Senin, 17 Oktober 2011

Sepak Bola Bawa Naim Ke Spanyol

Naim sebelum keberangkatan ke Spanyol di Kantor Kemenpora.
Di Spanyol Naim memperoleh prediket kiper terbaik dua dunia karena -
hanya kebobolan tujuh gol selama kompetisi.
Sebanyak 14 anak duduk teratur di ruang pertemuan Kementerian Pemuda dan Olahraga, Jakarta, Senin pagi. Mereka mengenakan setelan baju dan celana olahraga bewarna merah putih berlambang burung Garuda.

Sesekali mereka serius bahkan tak jarang juga bersenda gurau, ketika Menteri Pemuda dan Olahraga, Andi Mallarangeng, sedang memberikan sambutannya sebelum melepas secara simbolis tim junior Indonesia yang akan berlaga di final dunia sepak bola anak U-12 Danone Nation Cup (DNC) di Stadion Santiago Bernabeu, Madrid, Spanyol, 6-9 Oktober.

Adalah Kurnaim (12), pelajar kelas I MTSN Balangbalang Makasar yang menjadi bahagian dari tim itu. Naim, biasa dia dipanggil, bungsu dari tiga bersaudara ini tak pernah menyangka kecintaannya akan sepak bola membawanya terbang jauh ke Madrid, Spanyol.

Dia juga tak pernah tahu, kegemarannya akan sepak bola membawanya ke tempat kelahiran pesepakbola favoritnya, David de Gea.

Menurut dia, adalah mimpi untuk terbang beribu-ribu mil jauhnya dengan menggunakan biaya sendiri. Jangankan ke luar negeri, kata dia, menjejakkan kaki pertama kali ke Jakarta saja baru pertama kali dilakukannya.

Naim hanya tahu, kalau setiap hari dia hanya bermain dan berlatih sepak bola dengan riang di Sekolah Sepak Bola (SSB) Hasanuddin, Makassar. Tentunya dengan posisinya sebagai kiper, dia dengan sekuat tenaga akan berusaha menangkap bola yang datang agar tidak masuk ke gawang.

Anak dari pasangan Abdul Kadir dan Saribulan ini, juga tak menyangka kebaikan hati sang pemilik SSB Hasanuddin, Bahar Muharram, dia dapat berlatih tanpa harus dipungut biaya.

Penghasilan kedua orang tuanya sebagai petani, tak memungkinkan untuk membayar iuran sebesar Rp35.000 setiap bulannya.

Kakaknya yang pertama Kumairah (18), terpaksa meninggalkan bangku sekolah dan menikah, akibat keterbatasan ekonomi.

"Ayah dan Ibu hanya seorang petani," kata anak lelaki berkulit sawo matang ini.

Setiap harinya, Naim hanya mendapatkan uang saku sebesar Rp5.000 yang habis digunakan untuk membayar angkutan umum.

Jarak antara rumah dan sekolahnya terbilang jauh, tapi tak jarang juga Naim berjalan kaki kala orang tuanya tak bisa memberikan uang saku.

Berbeda dengan kondisi Wahyu yang dilarang ayahnya bermain bola dalam film besutan sutradara Hanung Bramantyo, Tendangan dari Langit, Naim didukung penuh oleh ayahnya.

Bahkan setiap hari, ayahnya Abdul Kadir (40) memberi dukungan dengan mengantarkan anaknya untuk berlatih di di Lapangan UVRI (Universitas Veteran Republik Indonesia).

"Saya sudah bergabung di sekolah ini sejak 2005," kata Naim singkat.

Sejak itu, Naim terus berlatih keras dan disiplin untuk mewujudkan mimpinya menjadi pesepakbola profesional suatu hari nanti.

"Kadang sulit juga mengatur sekolah dan latihan," kata dia polos.

Meski sangat mencintai sepak bola, lanjut dia, bukan berarti pelajarannya sekolahnya anjlok. Naim berkata nilai sekolahnya harus tetap bagus, walaupun berlatih keras setiap harinya.

Hingga kemudian, SSB tempatnya bernaung mengikuti kompetisi DNC yang diselenggarakan Danone-AQUA. Timnya berhasil menyingkirkan 250 tim di Sulawesi Selatan 13 tim di tingkat nasional.

Puncaknya, ketika timnya berhasil mengalahkan SSB Putra Banna Aceh 1-0 lewat tendangan semata wayang penyerang Muhammad Faturrahman.

"Saya senang dan bangga bisa mewakili Indonesia ke ajang internasional," kata Naim yang juga mengidolakan kiper andalan timnas senior Indonesia Ferry Rotinsulu ini.

Naim mengatakan, kedua orang tuanya meminta dirinya untuk bermain sebaik-baiknya. Orang tuanya juga berpesan agar dirinya tak meninggalkan sholat dan selalu berdoa dalam setiap melakukan aktivitas.





Berbakat

Pelatih sekaligus pemilik SSB Hasanuddin Makassar, Bahar Muharram, mengatakan Naim mempunyai bakat dan semangat yang tinggi. Karena itu, meskipun tidak mampu membayar iuran, mantan bek PSM Makassar era 90-an ini mengizinkannya untuk terus berlatih.

"Selain itu, dia juga disiplin dalam menjalani latihan," kata Bahar.

Dia sangat yakin kalau suatu saat nanti, Naim akan menjadi seperti pesepakbola favoritnya, Ferry Rotinsulu. Bahkan jika terus dibina, lanjut dia, bukan tidak mungkin Naim bisa menjadi kiper ternama dunia.

Untuk menghadapi laga final yang diikuti 40 negara itu, Bahar tak hanya memberikan latihan secara fisik tetapi juga motivasi.

"Latihan fisik dilakukan selama tiga bulan di Makassar dan satu minggu di Cibubur. Latihan di Cibubur dilatih langsung pelatih nasional tim juara AQUA-DNC, Zaenal Abidin," jelas dia.

Dia memotivasi anak asuhnya untuk tidak gentar menghadapi lawan yang postur tubuhnya lebih besar dan tinggi dari mereka.

"Kita tanamkan pada mereka, kalau semua lawan sama saja," tukas dia.





Optimis

Sementara itu, Kapten tim Asnawi Mangkualam (12) mengatakan timnya optimis dapat bersaing melawan tim negara-negara lain.

Pelajar kelas satu SMPN 20 Makassar itu mengatakan dirinya dan teman-temannya akan berusaha semaksimal mungkin untuk memenangi kompetisi yang akan berlangsung 6-9 Oktober mendatang itu.

"Kami optimis bisa bersaing dengan tim dari negara lain," kata Asnawi.

Pelatih nasional tim juara AQUA-DNC Indonesia, Zaenal Abidin, mengatakan anak-anak asuhnya itu sudah dipersiapkan untuk menghadapi lawan yang lebih tinggi dan lebih besar.

"Ketika latihan, tim junior ini juga diselingi dengan pertandingan persahabatan dengan tim U-14. Dengan demikian, diharapkan tim junior ini tidak kaget ketika melawan tim yang lebih besar dari mereka," tukas Direktur Teknis Persitara itu.

Zaenal mengatakan dalam laga nantinya, timnya akan memberikan tekanan pada lawan dengan mengandalkan bola-bola bawah. Langkah ini untuk mengantisipasi pemain lawan yang mempunyai postur tubuh besar dan tinggi.

DNC merupakan festival akbar sepakbola yang diikuti 2,3 juta anak setiap tahunnya. DNC didukung oleh Federation Internationale de Football Association (FIFA) serta French Football Federation dan menampilkan Zinedine Zidane, pemain sepakbola dari Perancis sebagai duta internasionalnya.

Si kulit bundar memang terus berputar, kadang di atas tak jarang juga di bawah. Tapi si kulit bundar juga akan membawa Naim terbang jauh ke salah satu negeri kiblat sepakbola dunia, Spanyol.***6***



Tidak ada komentar:

Posting Komentar