Senin, 26 November 2018

Tak Berarti

Adakah kesedihan melebihi saat ini? Saya kira tidak. Ini lebih sedih dari air mata yang jatuh ke dalam.

Ketika semua usaha tak dianggap, di situ kadang saya harus menyerah. Saya harus katakan saya menyerah.

Saya tak akan berupaya lagi untuk mendekatkan diri saya dengan keluarga dari pihak ibu. Tak akan pernah bisa. Keluarga yang tumbuh bersama kebencian yang disemai di setiap insan. Saya lelah.

Saya tak pernah dianggap ada. Semua usaha saya selalu dinilai salah. Semua pengorbanan saya dianggap sia-sia.  Uang habis, badan lelah yang ada hanya caci maki.

Saya tak pernah dianggap ada. Saya bukanlah bagian dari keluarga mereka. Meskipun pertalian darah mengikat kami. Tapi saya tak pernah dianggap.

Saya ingat, dulu pertama kali bertemu dengan  etek nen yang di Padang, dia tak pernah menanyakan kabar saya. Tidak datang ke pesta pernikahan saya. Tidak pernah melihat anak saya, padahal saat itu hanya berjarak puluhan kilometer saja dari saya.

Kemarin, ketika pernikahan adik saya. Saya salah, saya datang terlambat. Hingga kebencian tampak di wajah mereka. Sudahlah, saya lelah

Minggu, 11 November 2018

Buat Apa?

Seorang mengadu pada saya, jika si anu iri pada saya? Saya hanya tersenyum dan tidak tahu harus melakukan apa. Lagipula saya tidak peduli, hidup saya bukanlah untuk menyenangkan hati semua orang.Memang sedikit egois, tapi siapa peduli.

Saya terlalu sibuk untuk memikirkan banyak hal. Setiap pagi saya memasak, mengurus anak, bekerja, belajar, menemani anak belajar, menjalani kewajiban sebagai istri, beribadah. Hingga saya tak punya waktu untuk memikirkan pendapat orang lain.

Toh, kalaupun itu orang menghalangi jalan saya. Siapa yang peduli? Saya bisa mencari jalan lain. Hidup ini tak rumit sebenarnya, cukup berbuat sajalah. Maka semesta akan berpihak pada mu.  Stay positive