Selasa, 30 Juni 2015

Pernikahan Sesama Jenis dan Ancaman Perlindungan Anak

pelangi, logo LGBT
    Saya masih ingat ketika TH, ibu AL korban pelecehan seksual di satu sekolah internasional di bilangan Jakarta Selatan J*S, menangis tersedu-sedu menceritakan kisahnya. Anak laki-laki kesayangannya, yang masih duduk di TK, harus mengalami kejadian yang mengenaskan. Ibu mana yang tak terguncang ketika tahu anaknya disodomi oleh orang yang seharusnya melindungi yakni guru dan petugas kebersihan di sekolah itu justru merusak masa depan anak itu.
      Meskipun para pelaku yakni petugas kebersihan divonis delapan tahun dan dua oknum guru asing Neil Bantlemen dan Ferdinant Tjong vonis 10 tahun penjara denda Rp 100 juta, subsider 6 bulan, tak membuat trauma AL hilang. Sampai saat ini pun, AL yang telah pindah ke salah satu negara di Eropa tetap menjalani terapi. Hepatitis kulit yang diderita akibat tindakan bejad para pelaku juga tidak akan hilang seumur hidupnya.
     "Psikolognya bilang, kejadian ini tak akan hilang seumur hidup AL. Tapi paling tidak, terapi ini mencegah AL melakukan perbuatan serupa ketika dewasa," terngiang ucapan TH ketika akan berangkat. Itu menjadi pertemuan terakhir saya dan TH.
    Wajar kiranya AL trauma, para pelaku bekerja sama. Para petugas kebersihan mencegat anak-anak TK yang masuk ke toilet. Awalnya seorang pelaku Afrisca, marah karena pipis AL belepotan. Kemudian datang pelaku lain, mencegat agar anak tersebut masuk ke dalam toilet. Sebelum diubah oleh pihak sekolah, toilet di sekolah itu tertutup. Pintu toilet tertutup dari atas sampai bawah. Kemudian, pelaku memanggil pelaku yang merupakan oknum guru untuk datang ke toilet dan terjadilah perbuatan bejad itu.
    "Sebelum disodomi, dimasukkan pil  ke dalam (maaf) dubur. Anak saya menyebutnya magic pill dan disodomi. Setelah selesai disodomi, kemudian disuntik."
    Tak hanya AL, hal serupa dialami oleh teman sekelasnya. Rata-rata anak-anak yang sekolah di situ merupakan anak ekspatriat. Banyak kejadian serupa, tapi para ekspatriat enggan berkasus dan memilih mendiamkannya. Beda dengan TH, dulunya ia atlet wushu di Jawa Timur dan mempunyai kakak seorang wartawan. Kakaknya yang mendorong agar kasus itu dibongkar.

Selasa, 02 Juni 2015

era baru

     Orang bijak mengatakan bahwa hidup ini adalah pilihan. Dengan kata lain, hidup ditentukan oleh kemana tangan menjangkau maupun kemana kaki yang akan membawa pergi. Dirimu sendiri yang menentukannya. Dengan seyakin-yakinnya saya katakan ya.
     Saya tidak punya alasan kuat untuk membantahnya. Apalagi Tuhan telah mengatakan dalam firmanNya tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika mereka tidak merubahnya sendiri. Siapa yang berani melawan. Tuhan bukan, nabi juga bukan.
     Tapi saya punya hak untuk berpendapat sebaliknya, bahwa hidup hanya menjalani apa-apa yang ditentukan oleh Tuhan. Sulit untuk menjelaskannya, namun dunia sampai manapun dicari hanyalah kehampaan. Bekerja keras siang dan malam, sikut kiri kanan, lalu serta merta jadi kaya raya. Toh, pada akhirnya juga akan menghadapi kematian. Entah kapanpun itu.Hanya kain kafan yang akan dibawa.
     Semu, memang semu. Dunia hanyalah fatamorgana yang menyilaukan mata dan membuat lupa daratan. 


kos-kosan tercinta, 1 Muharram 1433 H

Siapa bilang, Hipertiroid Tak Boleh Hamil?

    Ada pameo di kalangan kedokteran, jika seseorang menderita gangguan hormon semisal Hipertiroid maka tidak diperkenankan untuk hamil hingga gangguannya sembuh. Bahkan, saya yang rencananya menambah anak harus diwanti-wanti ama dokter penyakit dalam, tunda dulu kehamilan hingga pengobatan selesai. Oh, God.


http://indriaye.blogspot.com/2015/06/siapa-bilang-hipertiroid-tak-boleh-hamil.html

Penderita Hipertiroid Rentan Depresi

    Penderita gangguan hormon Hipertiroid, rentan mengalami depresi. Guru Besar Universitas Airlangga, Prof Dr. Agung Pranoto dr MSc SpPD-KEMD, menyebutkan pasien Hipertiroid sering mengalami cemas berlebih, emosional yang labil hingga konsentrasi yang menurun.

http://indriaye.blogspot.com/2015/06/penderita-hipertiroid-rentan-depresi.html

Hipertiroid

Kenal dengan penyakit ini?
     Pertama kali divonis hipertiroid saya galau berminggu-minggu. Sempat ga mau minum obat karena pahit luar biasa obatnya (PTU), dan beralih ke herbal, akhirnya kembali lagi mengonsumsi obat tersebut. Kalau jodoh memang tak kemana. hehe.


Tulisan saya di blog sebelah http://indriaye.blogspot.com/2015/05/hipertiroid.html

Untitled



Tuhan
Aku penuh dengan kesalahan
Jiwaku bergelimang dosa


Tapi aku mohon Tuhan
Beri kebahagiaan untuk dia yang ku sakiti
Ia yang masih tetap tersenyum walau ku lukai
Ia yang mengisi kekosongan jiwa

Tuhan
Aku memang salah
Cinta seharusnya tak begini
Aku remuk sayang