Senin, 31 Oktober 2011

Memahami Tenses Bagian II

      Nah, setelah kemarin saya posting tentang Present Tense atau masa sekarang. Pada postingan kali ini akan dilanjutkan ke postingan tentang masa lalu atau Past Tense. Sama seperti present pada empat bagian, simple, continous, perfect, dan perfect continous... Baiklah, langsung dimulai saja.

1. Simple Past Tenses
    Sama seperti simple present tense, tenses ini digunakan untuk menceritakan masa lalu. Hanya saja kita menggunakan bentuk kedua dari irregular verb...misalnya go menjadi went..
ex : I go to school diubah ke past tense menjadi I went go to school.

Sedangkan untuk kalimat yang menggunakan kata sifat, to be yang digunakan was or were. Was digunakan untuk subjeknya I,  She, He dan It. Sedangkan Were digunakan untuk subjeknya You, We, dan They. ex.



1.I was very happy when I met her

2. Amir and Budi were absent yesterday.


2. Past Continous Tense
    Digunakan untuk menyatakan kejadian yang sedang terjadi pada waktu yang spesifik di masa lampau. Dalam hal ini, spesifikasi waktu biasanya dinyatakan dengan jam (i.e. jam berapa kejadian itu berlangsung). ex

1. My daughter was watching TV at eight o’clock last night. (Anak saya sedang nonton TV jam 8 tadi malam).
2. She was copying the materials at 10 o’clock this morning. (Dia sedang memfotokopi materi jam 10 tadi pagi).
3. I was not being busy at 8 o’clock yesterday morning. (Saya sedang tidak sibuk jam 8 pagi kemarin).


3. Past Perfect Tense
   Umumnya, ada 5 penggunaan past perfet tense, yakni menyatakan kejadian/aktivitas (misalnya, kejadian A) sudah terjadi/dilakukan pada waktu yang tidak spesifik (unspecified/indefinite time) di masa lampau sebelum kejadian/aktivitas yang lain (misalnya kejadian B) di masa lampau, Untuk menyatakan kekerapan (berapa kali) kejadian/aktivitas,  untuk menyatakan terus berlangsung mulai dari waktu tertentu di masa lampau sampai waktu tertentu di masa lampau.

 Formulanya : Subject + had + verb3 + object + modifier

1.John had traveled around the world before he got married last year. (John telah bertamasya ke seluruh dunia sebelum dia kawin tahun lalu). Sebelum John kawin tahun lalu, dia telah melanglang buana ke seluruh dunia.

2. I had seen the Titanic two times when my friends forced me to join them to watch it again last weekend. (Saya telah nonton Titanic dua kali ketika teman-teman saya memaksa saya untuk menemani mereka menontonnya akhir pekan lalu ).
3. He had married her for 19 years when they finally had a baby last month. (Dia telah mengawininya selama 19 tahun ketika mereka akhirnya punya anak bulan lalu).

Rabu, 26 Oktober 2011

Memahami Tenses

Huh...saya harus memulai tulisan ini dengan keluhan. Setelah bertahun-tahun saya tidak serius belajar bahasa khususnya bahasa inggris, akhirnya saya putuskan untuk belajar bahasa dengan serius. Sejak masih sekolah dasar saya belajar bahasainggris, namun dasar tidak serius semua yang masuk hanya masuk kuping kanan dan kemudian keluar kuping kiri.

Tulisan ini juga bagian dari memahami tenses. Saya agak kesulitan jika harus menghapalnya satu demi satu dari internet.

Baiklah, mari kita mulai.

Tenses adalah berbicara masalah waktu yakni masa lalu, sekarang dan masa akan datang. Secara sederhana tenses yang dipakaiyakni past tense, present tense dan future tense. Tetapi ada penambahan misalnya, keadaan ini masih terus berlangsung dari dulu hingga sekarang atau meerencanakan di masa sekarang apa yang akan terjadi di masa datang.

Tenses adalah berbicara masalah waktu yakni masa lalu, sekarang dan masa akan datang. Secara sederhana tenses yang dipakai yakni past tense, present tense dan future tense. Tetapi ada penambahan misalnya, keadaan ini masih terus berlangsung dari dulu hingga sekarang atau meerencanakan di masa sekarang apa yang akan terjadi di masa datang.

Ribet ya? Intinya gini aja, kalau continous berarti tengah berlangsung, perfect berarti baru saja terjadi tapi masih ada efeknya. Nanti tinggal digabung-gabung aja deh.



1.Simple Present Tense
  Tenses ini dipakai untuk menyatakan keadaan sekarang, fakta, generalisasi, kebiasaan atau rutinitas, situasi permanen,pernyataan, sesuatu yang pasti terjadi sesuatu yang sudah yang sudah direncanakan, narasi atau instruksi.

 Formulasinya hanya Subjek+Verb I untuk kalimat positif. Sedangkan untuk negatif Subjek+to be+not+verb 1 dan interogative

To be+Subjek+Verb I.

Untuk penggunaan to be sendiri dibagi dua. I, You, We, They menggunakan do, sedangkan he, she, it menggunakan does. Tetapi ingat sebenarnya penggunaannya hanya pada penggunaan negatif.

Sebenarnya pada kalimat positif to be ini sebenarnya ada, tetapi tidak diperlihatkan. Contonya I do love you, I do play football namun karena dihilangkan kalimat ini menjadi I love you, I play football. Mudah kan? Dari dulu saya binggung dengan pola ini, namun selama ini tidak ada yang bisa menjawab. Pertanyaan ini baru terjawab setelag googling. Thanks uncle google.

Nah dalam simple present tense ini juga ada penambahan. Khususnya untuk kalimat dengan menggunakan orang ketiga maka kata kerja harus ditambah S/ES. Contohnya He loves me, He plays the football.

Contohnya guru mengajar di kelas, bumi mengelilingi matahari atau saya tinggal di Jakarta. Atau jika ditulis dalam bahasa inggris nya.

+ Teacher teaches in the class
- Teacher doesn't teach in the class >>>>>> teach kembali bentuk semula karena udah ada does.
? Does teacher teach in the class?

+ The earth goes around the sun.
- The earth doesn't go around the sun
? Does earth go around the sun?

Kadang saya juga berpikir kalau dalam bahasa inggris tidak menggunakan S/ES yang ganda. Jika sudah mengerti ini klik di sini untuk latihannya

2. Present Continous
   Tenses ini digunakan untuk menyatakan keadaan yang masih berlangsung hingga sekarang, keadaan sementara, keadaan yang berlangsung sejak lama, janji atau rencana secara personal, tendensi atau tren, kejengkelan atau kemarahan.

Formulasinya adalah S+To be+ Verb ing.

Contohnya

+ I'm drinking a glass of juice >>>> kondisi saat ini
+ I'm riding a bike to get a work because my car is broken >>>>> kondisi sementara
+ They are not talking each other after the last argument >>>>> kondisi sementara
+ They are working hard to earn money >>> proses yang berlangsung lama namun masih terjadi
+ Jim is studying hard to become a doctor >>> proses yang berlangsung lama namun masih terjadi
+ I'm studying english hard to pass international desk >>> ini curhat...lewatkan saja
+ I'm meeting with Nicolas Saputra at 4 pm >>> sudah direncakan dan pasti terjadi (personal ya).
+ Our province is getting bigger >>> tendensi
+ I'm always asking the stupid question >>> ungkapan kejengkelan


Jika sudah memahami, klik di sini untuk latihannya.



3. Present Perfect Tense
   Nah tenses ini digunakan untuk mengekspresikan aksi yang terjadi sebelumnya atau memulai pada masa lalu hingga saat ini. Intinya, aktifitas itu masih mempunyai efek pada saat ini. Biasanya tenses ini sering menggunakan kata for atau since.

Formulasinya : S + have/has + Verb 3

+ I have eaten the apple
+ I have already had a breakfast.
+ He has been to England.
+ He has finished his work >>>> jadi sekarang dia bisa istirahat
+ Mary has worked as a teacher for over 25 years

Nah perlu diingat, mulai tenses ini harap menghapalkan irregular verb http://www.englishclub.com/vocabulary/irregular-verbs-list.htm

Untuk latihannya klik di sini


4. Present Perfect Continous Tense
   Tenses ini digunakan untuk menyatakan sudah berapa lama suatu keadaan/aksi berlangsung, keadaan yang baru aja berhenti dan situasi sementara. Check this out

Formula S + have/has + been + V-ing + Time marker

+ He has been painting the house for 5 hours >>>> dia masih mengecat
+ I have been waiting for you for half an hour! > sekarang saya tidak menunggu lagi karena kamu sudah datang
+ have been living here for 20 years
+ I have been living in Boston for two months
Untuk latihan klik di sini

Selasa, 25 Oktober 2011

Indonesia Defeats Timor Leste In U-23

 Indonesia's under-23 years of age soccer team (U-23 team) defeated Timor Leste 5-0 in friendly match at the Bung Karno main stadium Jakarta, Tuesday.

Indonesia's winning goal were made by Abdulrahman at 5th minute, Ferdinan Sinaga at 7th minute, Patrick Wanggai 17th minute, Egi Megiansah 21st minute, and Samsir Alam 71st minute.

The national team which was trained by coach Rahmad Darmawan dominated the first round with four goals. Although two goals in penalty line.

Timor Leste give the pressure in the second round. Timor Leste's which was trained by Antonio Viera directly threatened Indonesia's wicket watched by its goalkeeper Andrithany Ardhiyasa.

Senin, 24 Oktober 2011

Mereka Berjuang Demi Setetes Air Bersih


Manisa (36) tampak kerepotan dengan tangan kanan dan kirinya membawa jirigen yang berisi air, Jumat (21/10) siang. Sesekali perempuan yang mengenakan baju kaos merah itu berhenti dan menyeka keringat yang mengucur di wajahnya.

Warga Pademangan Barat, Jakarta Utara itu, baru saja membeli air dari kios milik Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya. Untuk mendapatkan air bersih, Manisa harus berjalan kaki sejauh satu kilometer ke kios air terdekat. Setiap hari, ia harus merogoh kocek hingga Rp10.000 ribu untuk mendapatkan air bersih.

Sejak dua tahun lalu dia memilih membeli langsung air dari kios yang memang disediakan untuk melayani penduduk di kawasan itu. Sebelumnya, dia pernah menjadi pelanggan PAM, namun kemudian berhenti karena air yang mengalir kecil dan keruh.

"Bayarnya juga lebih mahal. Makanya lebih memilih membeli melalui kios aja," kata ibu dua anak ini.

Air itu digunakan untuk keperluan memasak. Sedangkan untuk keperluan mandi dan mencuci keluarganya menggunakan air sumur yang menurut Manisa keruh, bau dan rasanya asin. Tak jarang juga air dari PAM pun berwarna hitam dan bau.

"Memang sejak saya kecil kondisi sudah seperti itu. Tapi tampaknya pemerintah kurang memperhatikannya," keluh Manisa.

Kerusakan Lingkungan Dalam Balutan Warna

Apa jadinya jika pelukis menggambarkan tentang kerusakan lingkungan? Tentu jawabnya kaya dengan khasanah warna.

Para pelukis dari berbagai aliran seni lukis menuangkan semua kegundahan atas kerusakan lingkungan pada sehelai kanvas. Ada yang menggambarkan pemanasan global dan perubahan iklim dalam garis yang menghasilkan ritme dan secara gamblang menvisualkannya. Tapi ada juga pelukis yang menampilkannya hanya dalam simbol-simbol.

Itulah yang terjadi ketika 24 pelukis yang tergabung dalam Himpunan Pelukis Jakarta (HIPTA) menampilkan hasil 48 karyanya dalam pameran yang bertajuk "Shaping a Biosphere" di Taman Ismail Marzuki, 17 hingga 31 Oktober.

Pameran minim publikasi mengkampanyekan ketidakseimbangan lingkungan yang ditimbulkan akibat ulah manusia yang serakah.

Pelukis dengan karyanya mengkritik manusia yang lalai penyelarasan dan kebersamaan hidup dan lingkungan. Pelukis juga menampilkan wajah perempuan dengan semua keindahannya dalam pameran itu.

"Dalam paradigma yang salah maka manusia kerap terjebak dalam egoisme sektoral dan sektoral yang cenderung eksploitatif dan serakah. Sehingga menjadi paradoks bagi kodrat ke-Illahi-an manusia," kata Ketua Umum HIPTA, Imam P Radjasa di Jakarta, Kamis.

Perubahan iklim yang disebabkan rusaknya lingkungan mengakibatkan krisis multidimensi seperti kelangkaan pangan dan energi.Jika sudah demikian, manusia tidak hanya menyiapkan masa depan dengan sebuah bencana tetapi juga merendahkan kodrat manusia itu sendiri.

Pameran ini sendiri, kata Imam, dimaksudkan untuk menggugah kepedulian masyarakat atas krisis yang terjadi. Dimana dalam krisis kelangkaan pangan kaum perempuan kelompok yang paling terkena dampak krisis karena peran dalam keberlangsungan hidup keluarga.

"Salah satu isu yang diangkat dalam kampanye kerusakan lingkungan adalah mengenai krisis pangan dan energi," tambah Imam lagi.

Dalam sambutannya juga, Imam kembali mengingatkan kaum perempuan untuk kembali pada dasarnya, seperti ibu-ibu dan para gadis di desa-desa menumbuk padi di lesung, sebelum tergantikan oleh beras impor.

Menurut dia, irama gerak yang teratur dan dihayati membuat lesung seakan bersenandung. Daripadanya tidak ada yang terbuang, mulai dari sekam untuk membakar batu bata, dedak untuk pakan ternak, hingga bekatul dan beras yang layak untuk dikonsumsi.

Jalan Buntu Jaminan Sosial


Lelaki berumur 67 tahun ini berkali-kali menghela nafas, sebelum terucap kata dari bibirnya. Matanya terus menerawang, baru kemudian mulutnya terbuka.

"Andai saya tahu, mungkin banyak uang yang menjadi hak saya yang seharusnya diterima," kata Kadir, salah seorang pensiunan PT Kereta Api (Persero) yang ditemui ANTARA di Jakarta, Rabu.

Kadir yang mengakhiri masa tugasnya di PT Kereta Api terhitung 1 April 2007 itu paham benar bagaimana berbelitnya persoalan dana pensiun itu. Bahkan ribuan pegawai Kereta Api harus turun ke jalan selama dua tahun pada 2003 dan 2004 untuk menuntut hak mereka. Penyebabnya ketika itu, PT Kereta Api menyatakan hanya bisa membayar pensiun sampai 2006.

"Sebagai perusahaan umum, gaji kami berasal APBN dan perusahaan. Porsinya 68 persen dari APBN, lalu 32 persen dari perusahaan. Nah, ketika itu perusahaan hanya mampu membayar gaji dan pensiunan hingga 2006. Tentu saja, kami tidak bisa menerimanya," kenang Kadir.

Saat itu, jumlah pegawai dan pensiunan mencapai 10 ribu orang. Persoalan ini bermula beralihnya status perusahaan itu dari Perusahaan jawatan (Perjan) menjadi Perusahaan Umum (Perum) berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No 57/1990, lalu pada 1998 PT KA resmi menjadi Persero. Peralihan ini membuat status pegawai berubah dari PNS menjadi pegawai perusahaan. Pengalihan ini melalui Keputusan Menteri Perhubungan KP304/2/1/17-PHB-92 tanggal 15 Januari 1992.

"Ketika itu saya tidak punya pilihan dan harus menandatangani peralihan status ini. Jika tahu akan merugikan, tentunya kami semua sepakat menolak," kata Kadir yang masuk ke PT Kereta Api pada 1978 itu.

Sabtu, 22 Oktober 2011

Bodohnya Saya

   Kadang saya suka keki kalau bertemu seniman entah itu penyair, sastrawan, pelukis atau apalah namanya. Salah-salah pilih kata saya bisa diusir hingga dipermalukan. Bagi saya, seniman itu adalah manusia dengan ego yang amat sangat besarnya. Dan juga mempunyai pribadi yang kompleks. Ucapannya menyakitkan hati, walaupun niatnya baik. Tidak semua memang.
   Saya ingat benar, dulu ketika masih kuliah sekitar 2008, saya bermain ke Rumah Dunia di Serang. Saya sudah beberapa kali main di komunitas itu. Nah, suatu ketika saya melihat mas Gola Gong dan tanpa pikir panjang, saya mendekati. Mulailah saya bertanya ini itu. Hingga akhirnya, dia berjalan ke arah perpustakaan dan memberikan saya sebuah potongan koran yang dibingkai dalam pigura.
   "Lebih baik kamu membaca semua tentang saya di sini," kata mas Gong.
   Saya hanya bisa tersenyum keki. Kemudian suatu waktu lagi, saya kembali ke Rumah Dunia dan bertemu penyair Banten, Toto ST Radik. Setelah bertanya ini itu tentang puisi, saya pun hendak menanyakan pendapatnya tentang puisi saya. Tapi sebelumnya saya berkata.
   "Mas, ini puisi saya. Tapi ini bukan puisi terbaik saya," kata saya sambil memberikan buku saya.
   Mendengar hal itu, Toto ST Radik langsung marah dan melempar buku saya. Lalu dia berkata.
   "Pergi kamu!!!!" usir dia.
   Saya hanya terdiam, tak tahu harus bagaimana.
   "Pergi kamu, saya tidak mau melihat kamu di sini," kata dia lagi.
   Saya pun mengambil buku yang dilempar dan memasukkannya ke dalam tas. Seingat saya, sebelum meninggalkan tempat itu saya sempat mengatakan saya akan mengalahkan dia suatu waktu nanti.
   Begitu juga di Riau, kampung halaman saya. Ketika mulai menjalani profesi jurnalistik, saya pun wawancara beberapa seniman. Ada yang baik sambutannya, tapi ada juga yang ngejengkelin seperti di atas.
   "Karya-karya bapak sulit dimengerti oleh awam," kata saya pada Yusmar Yusuf.
   Tanpa tedeng aling, Yusmar pun berkata :
   "Makanya jangan jadi orang awam,"
   Saya hanya terdiam, dalam hati misuh-misuh alias maki-maki, pukimak bapak ni.
   Begitu juga dengan senior saya, yang juga seniman teater, Fedli Azis. Awalnya saya hanya bertanya liputan dimana, hingga pada suatu kesimpulan dia berkata kalau saya menyuruh dia.
   "Apa hak kau menyuruh aku," oala..ampunlah.
   Ketika dari Jakarta pun, peristiwa memalukan terus terjadi. Contohnya ketika wawancara pelukis Agoes Jolly. Dia dengan seenaknya menyuruh saya mencari lukisannya dan suruh mencari maknanya sendiri.

Rabu, 19 Oktober 2011

'Parkinson' Reshuffle Kabinet

         Penyakit mundurnya sistem saraf pusat atau Parkinson semakin dikenal sejak petinju legendaris dunia, Muhammad Ali menderita penyakit itu.
        Parkinson telah membuat Muhammad Ali tidak mampu mengontrol syaraf motoriknya, sehingga tangan dan kakinya gemetar terus menerus. Kini "Parkinson" tak hanya menyerang manusia, tetapi telah menjalar ke pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
        "Kabinet SBY saat ini seperti terserang Parkinson. SBY telah kehilangan kontrol atas pemerintahannya sendiri, terutama saat melakukan resuffle kabinet," ujar Pakar Hukum Tata Negara LIPI Syafuan Rozi Soebhan, kepada ANTARA, menanggapi reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu jilid II di Jakarta, Senin.
        Soebhan menilai Presiden SBY telah kehilangan kontrol karena ia terlihat khawatir dengan ancaman parpol yang akan keluar koalisi jika ia mengganti menteri-menteri parpol. Oleh karena itu ia hanya berani  menambah wakil menteri dalam kabinetnya, sementara "jatah" menteri dari parpol relatif tetap.
        Padahal, menurut Soebhan, pemerintahan SBY saat ini sangat membutuhkan orang-orang profesional untuk memimpin kementerian, demi meningkatkan kinerja pemerintahannya.
   Perombakan atau reshuffle kabinet, kata Soebhan, akan lebih berarti jika SBY mengganti beberapa menteri dari parpol dengan orang-orang profesional, ketimbang penambahan wakil menteri yang bisa menyebabkan kabinet menjadi gemuk.
        "Penambahan wakil menteri yang tidak dijelaskan fungsinya oleh presiden juga akan menyebabkan terjadinya gejala 'parkinsonisasi'," katanya.
        SBY melakukan penambahan wakil menteri dalam resuffle Kabinet Indonesia Bersatu II, dengan harapan bisa memperbaiki kinerja sejumlah kementerian yang bermasalah, namun sayang menurut Rozi Soebhan, pemekaran birokrasi yang dilakukan pemerintah justru tidak sesuai dengan fungsinya.

Senin, 17 Oktober 2011

Batik Kian Membumi, Batik Kian di Hati


Sejak diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu, dan Budaya atau UNESCO pada 2009, batik kian hari kian populer.

Batik yang sewindu lalu, lebih banyak digunakan pada saat acara adat maupun perkawinan, kini semakin membumi. Saban hari kita bisa melihat tua, muda hingga anak-anak mengenakan batik, sudah bergeser tidak lagi menjadi busana pelengkap. Batik juga bisa dilihat dimana-mana, mulai dari kantor pemerintahan hingga swasta.

Begitu juga dengan penggunanya, kalau dulu hanya orang-orang tertentu yang boleh menggunakan motif batik tertentu. Misalnya, hanya keluarga keraton yang boleh mengenakan batik dengan motif kuno keraton seperti motif Panji, Gringsing, Kawung, dan Parang.

Transportasi Umum dan Hilangnya Rasa Aman Kaum Perempuan


Kasus pemerkosaan yang dialami oleh RS (27) di dalam angkutan kota D-02 jurusan Ciputat - Pondok Labu pada Kamis (1/9) cukup membuat masyarakat Jakarta tercengang.

Pasalnya, kejadian itu berselang tak lama setelah kasus pemerkosaan serupa yang dialami mahasiswi Bina Nusantara, Livia Pavita Soelistio (22) pada pertengahan Agustus.

RS diperkosa oleh empat pelaku yakni A , YG, AR, dan SB, juga memaksakan hubungan badan secara bergilir. yang berada di dalam angkutan kota. Kejadian bermula ketika dirinya pulang kerja sekitar pukul 00.30 dengan menumpang Kopaja P19 jurusan Tanah Abang-Ragunan.

Dia turun di wilayah Cilandak untuk melanjutkan perjalanan ke arah Pasar Rebo, Jakarta Timur.

Tak lama kemudian, datang angkot D02 mendekat dan menawari korban untuk mengantar langsung ke Pasar Rebo.

RS pun mengiyakan tawaran itu dan langsung naik ke angkot karena mengenal A, satu dari empat pelaku pemerkosa. Saat korban naik angkot, A mengajak untuk melakukan hubungan badan.

Korban pun menolak, tapi tetap dipaksa melayani nafsu pelaku. Pemerkosaan berlangsung selama angkot itu berjalan dan memutar-mutar di wilayah Trakindo hingga Cilandak.

Hadiani Punguti Beras Demi Lima Cucu

 Mentari bersinar terik ketika satu persatu truk pengangkut beras memasuki kawasan Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Selasa siang.

Puluhan buruh angkut dengan sigap berdiri begitu truk menepi di depan toko. Membuka terpal yang menutupi dan pintu belakang truk. Kemudian satu persatu karung beras diangkut dari truk ke dalam toko.

Hadiani (66) hanya bisa berdiri dan menatap aktivitas buruh pengangkut beras di pasar itu. Tangan kirinya memegang sapu lidi, sedangkan tangan kanannya menggenggam pengki. Sementara di punggungnya melilit kain yang dijadikan pengganti tas.

Begitu aktivitas buruh angkut selesai, nenek lima orang cucu ini dengan cekatan menyapu beras yang berjatuhan ke jalanan. Tak pedulikannya mentari yang bersinar terik.

Dengan tekun dikumpulkannya butir-butir beras yang bercampur dengan tanah jalanan. Kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik yang disandangnya.

Hikayat Si Kentang yang 'Dibenci' Petani Lokal



Apakah anda pernah membaca kisah anak-anak tentang kentang dan kebencian? Kisah yang mengajarkan budi pekerti ini banyak beredar di dunia maya.

Cerita berawal dari seorang guru TK yang mengadakan "permainan" dan meminta tiap muridnya untuk membawa membawa kantong plastik transparan dan kentang.

Setiap kentang yang dimasukkan ke plastik dan diberi nama yang berdasarkan orang yang yang dibenci. Jumlahnya tidak dibatasi. Terserah. Pada hari yang disepakati tiap murid membawa kentang `kebencian` itu ke sekolah. Ada yang bawa satu, dua, tiga hingga sepuluh.

Sang guru pun memerintahkan untuk membawa kantong plastik berisi kentang kemana saja mereka pergi, bahkan ke toilet sekalipun, selama satu minggu.

Silih hari berganti, kentang-kentang pun mulai membusuk. Banyak yang mengeluh karena berat dan bau tidak sedap, apalagi yang membawa sepuluh kentang.

Gangguan Jiwa Pupus Impian Yuli Jadi Dokter

Sesosok perempuan berusia 30 tahunan itu tampak duduk tercenung di salah satu rumah di kawasan padat penduduk Pasar Baru, Sawah Besar Jakarta Pusat.

Blus bermotif bunga-bunga yang dia kenakan kemungkinan lebih tua dibanding usianya. Matanya menatap lurus ke depan, kosong. Sesekali dipandangnya langit-langit rumahnya yang kusam.

Perempuan itu mempunyai nama panggilan Yuli. Tepat di sampingnya, duduk perempuan yang lebih muda, Ratnawati (29). Dialah yang merawat Yuli sejak tiga tahun lalu.

Ratna, biasa dia dipanggil, mengatakan, Yuli menderita gangguan jiwa sejak 18 tahun silam. Gangguan itu bermula ketika Yuli lepas dari sekolah menengah. Dia mulai banyak melamun dan terkadang tertawa.

Awalnya keluarganya hanya mengira sakit biasa dan tak begitu menghiraukantnya. Namun, dari hari ke hari, perilaku Yuli semakin aneh dan membuat resah. Misalnya saja, tiba-tiba ia berteriak dan mengamuk tanpa alasan yang jelas. Jika sudah mengamuk, tangannya menutup kedua telinganya, matanya menyiratkan amarah dan mulutnya mengeluarkan kata umpatan.

"Kalau sudah mengamuk, paling tidak butuh dua orang untuk menenangkannya," ujar Ratna.

Berbagai upaya telah dilakukan baik pengobatan medis maupun alternatif demi kesembuhannya. Berbagai macam dokter didatangi. Dokter yang menanganinya mengatakan Yuli mengalami gangguan kejiwaan jenis `skizofrenia paranoid`.

Bemo Disayang Bemo Dibuang


Deru mesin kendaraan saling berpacu memecah keheningan di perempatan Grogol, Jakarta Barat, Rabu siang. Matahari bersinar terik. Beberapa pejalan kaki yang tengah menyeberang terengah-engah setengah berlari menghindar dari serbuan kendaraan yang berdatangan.

Berjalan sedikit ke arah Jalan Prof Dr Latumeten terdapat puluhan bemo, parkir sejajar di pinggir jalan. Kendaraan roda tiga yang pernah menguasai jalan ibu kota ini terlihat tua dan lusuh, dengan cat yang mengelupas dan karat di hampir setiap bagian.

Para penumpang mulai berdatangan dan duduk teratur di dalam kendaraan asal Jepang itu. Sementara tak jauh dari bemo, sejumlah lelaki memenuhi sebuah warung. Ada yang menghirup kopi tetapi tak sedikit juga yang memandang lurus ke jalan raya yang dijejali kendaraan.

Gaung Kemerdekaan Palestina di Konser Maher Zain

Maher Zain, dengan suaranya yang merdu dan wajah tampan khas Timur Tengah mampu menyedot perhatian penggemar musik di Tanah Air.

Penyanyi Swedia keturunan Lebanon itu membawa nafas baru dalam genre musik pop religi. Maher mengusung lagu Islami dalam balutan nuansa modern nan ngepop dan mudah diterima telinga penikmat musik.

Berbekal album debutnya yang berjudul `Thank You Allah` dia mampu membawa perubahan. Maher, sesuai dengan keinginannya, ingin menunjukkan pada dunia bahwa Islam itu tidak kaku dan membosankan.

Lelaki kelahiran 16 Mei 1981 ini juga ingin musiknya bisa diterima semua kalangan dan bisa membawa generasi muda ke arah positif. Tentunya, melalui lirik lagu nan apik dan penuh motivasi.

Indonesia Emas, Mungkinkah?


Puluhan atlet atletik berdatangan ke Lapangan Madya di Jalan Asia Afrika, Jakarta, pekan lalu.

Tak berlama-lama setelah menaruh barang bawaan, mereka langsung melakukan pemanasan. Ada yang berlari-lari kecil dan ada juga yang bermain bola bersama rekan sesama atlet.

Fadlin (20), sprinter muda andalan Indonesia pada SEA Games 2011 turut bermain bola dengan rekannya, sprinter Farel Oktaviandi dalam pemanasan itu. Fadlin merupakan peraih medali emas nomor lari 100 meter putra di Kejuaraan Nasional Atletik 2011.

Sang pelatih Eni Nuraini, dari kejauhan mengawasi anak asuhnya. Sesekali ia menegur para atlet yang terlihat kurang serius.

Setelah sesi pemanasan, Eni mengajak sprinter muda itu untuk pindah menuju lintasan. Di sana, para sprinter dilatih fisik dan teknik berlari.

"Latihan untuk persiapan SEA Games sejak setahun lalu. Bedanya, kalau sekarang `speed` nya lebih tinggi," kata atlet asal Bima, Nusa Tenggara Barat itu usai latihan.

Mengenal Gateball, Olahraga yang Digemari Para Lansia


Sepuluh laki-laki dan perempuan paruh baya memenuhi salah satu lapangan rumput yang terletak di Parkir Timur Kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis siang.

Mereka berpakaian rapi dan masing-masing memegang tongkat di tangannya. Tongkat yang digunakan pun terbilang unik, seperti palu namun dipakai terbalik. Fungsinya untuk memukul bola agar masuk ke dalam gawang kecil.

Masing-masing peserta yang terbagi dalam dua tim menunggu giliran untuk memukul bola. Selain memegang tongkat, pemain juga memegang bola yang harus dimasukkan ke dalam gawang.

Walau mayoritas berumur diatas 60 tahun, para pemain tampak antusias dan bersemangat menunggu giliran.

Sepak Bola Bawa Naim Ke Spanyol

Naim sebelum keberangkatan ke Spanyol di Kantor Kemenpora.
Di Spanyol Naim memperoleh prediket kiper terbaik dua dunia karena -
hanya kebobolan tujuh gol selama kompetisi.
Sebanyak 14 anak duduk teratur di ruang pertemuan Kementerian Pemuda dan Olahraga, Jakarta, Senin pagi. Mereka mengenakan setelan baju dan celana olahraga bewarna merah putih berlambang burung Garuda.

Sesekali mereka serius bahkan tak jarang juga bersenda gurau, ketika Menteri Pemuda dan Olahraga, Andi Mallarangeng, sedang memberikan sambutannya sebelum melepas secara simbolis tim junior Indonesia yang akan berlaga di final dunia sepak bola anak U-12 Danone Nation Cup (DNC) di Stadion Santiago Bernabeu, Madrid, Spanyol, 6-9 Oktober.

Adalah Kurnaim (12), pelajar kelas I MTSN Balangbalang Makasar yang menjadi bahagian dari tim itu. Naim, biasa dia dipanggil, bungsu dari tiga bersaudara ini tak pernah menyangka kecintaannya akan sepak bola membawanya terbang jauh ke Madrid, Spanyol.

Jumat, 07 Oktober 2011

Kembali Menangis

    Pagi ini saya kembali menangis. Saya benci kenangan. Kenangan yang diciptakan sahabat-sahabat terbaik saya. Saya menangis pagi ini, begitu adik tingkat saya Randy, komentar di fesbuknya. Komentarnya begini,"Teriak dr lantai 2 kostan hilman d palem dulu: "Wey ndri satean sini,." :D "...
   Saya jadi ingat semua kenangan ketika kuliah. Semuanya berlangsung cepat, bagai kilas balik. Dan saya benci semua kenangan.

Oktober Biru

   Sudah lama rasanya saya tidak menulis di blog kesayangan ini. Sekalinya nulis, saya bercerita tentang 'kehilangan'. Yah, di tengah kesibukan yang lumayan tingggi, saya merasa kehilangan. Kehilangan pertama adalah ketika teman saya, Mona, mengatakan Ewid (teman saya jg) mengundurkan diri dari Kursus Dasar Pewarta (Susdape) yang dijalani.
   Awalnya saya tidak percaya dengan apa yang saya dengar. Saya langsung konfirmasi ke Ewid melalui pesan singkat. Dan, dia menjawab kalau dia memang mengundurkan diri karena ingin melanjutkan kuliah komunikasi di Australia. Perasaan saya campur aduk, antara senang melihat kemajuan teman dan juga sedih kehilangan dirinya.
   Walau memang saya tidak begitu dekat dengan Ewid, saya tetap saja merasa kehilangan. Perasaan ini sama, ketika dulu teman saya Intan dan Ebi disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Entahlah, seingat saya ketika di kelas Ewid adalah anak yang gigih belajar. Dia terus belajar, nanya sana nanya sini. Bahkan dia mau meluangkan waktunya untuk belajar lebih banyak.