Senin, 17 Oktober 2011

Mengenal Gateball, Olahraga yang Digemari Para Lansia


Sepuluh laki-laki dan perempuan paruh baya memenuhi salah satu lapangan rumput yang terletak di Parkir Timur Kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis siang.

Mereka berpakaian rapi dan masing-masing memegang tongkat di tangannya. Tongkat yang digunakan pun terbilang unik, seperti palu namun dipakai terbalik. Fungsinya untuk memukul bola agar masuk ke dalam gawang kecil.

Masing-masing peserta yang terbagi dalam dua tim menunggu giliran untuk memukul bola. Selain memegang tongkat, pemain juga memegang bola yang harus dimasukkan ke dalam gawang.

Walau mayoritas berumur diatas 60 tahun, para pemain tampak antusias dan bersemangat menunggu giliran.

Olahraga ini dinamakan bola gawang atau `gateball`. Olahraga ini dicetuskan oleh Eiji Suzuki pada tahun 1947 di Hokkaido, Jepang.

Secara umum permainan bola gawang itu sendiri mirip dengan golf, namun bedanya tidak memakai lubang tetapi gawang yang harus dilewati.

Pemain bola gawang diharuskan memasukkan bola ke tiga buah gawang kecil dan sasaran akhirnya adalah sebuah tonggak. Tiap game berdurasi 30 menit dan terdiri atas dua tim yakni tim merah dan putih.

Masing-masing tim beranggotakan lima pemain dimana masing-masing pemain memegang sebuah bola. Tim merah harus memukul bola bernomor ganjil dan tim putih bola bernomor genap.

Bola gawang baru masuk ke Tanah Air tepatnya Bali pada 1993. Olahraga ini pada mulanya diperkenalkan oleh wisatawan Jepang yang berlibur ke Bali.

Bola gawang menjadi salah satu olahraga rekreasi yang ada di Festival Olahraga Rekreasi Nasional (FORNAS) yang berlangsung 6 hingga 9 Oktober.

Salah seorang pemain bola gawang Hardi (68), mengaku telah menggeluti olahraga ini sejak dua tahun terakhir.

"Olahraga ini membuat kita berpikir cepat dan bertindak tepat. Misalnya, kalau lapangannya kurang bagus, kita akan berpikir bagaimana mengatasinya," kata lelaki yang tinggal di Cinere, Depok ini.

Dia memilih olahraga ini, karena bisa melatih konsentrasi dan juga sebagai salah satu cara penghilang stress.

"Kalau lagi banyak pikiran, maka akan kelihatan dari permainannya yang tidak beraturan," jelas dia.

Selain itu juga, kata Hardi, olahraga ini menuntut kerjasama tim yang memiliki pemain yang egois akan sulit memenangkan pertandingan.

"Peserta diharuskan berpikir bagaimana caranya membantu kawan dan menghambat lawan. Jika ada bola lawan yang mendekati gawang, maka pemain harus bahu membahu mencoba untuk menjauhkannya dari lawan," papar Hardi.

Ia sendiri juga menambahkan, dirinya memilih olahraga ini karena tidak membuatnya lelah. Menurutnya olahraga ini cocok untuk para lansia.

Ketua Asosialsi Bola Gawang Jabodetabek, Ir Suryanto, mengatakan meski banyak para lansia yang menggemari olahraga ini bukan berarti hanya diperuntukkan bagi para lansia.

"Olahraga ini untuk semua umur, baik tua maupun muda. Makanya dinamakan olahraga rekreasi, karena semua anggota keluarga bisa memainkannya," jelas Suryanto.

Biaya yang dikeluarkan untuk olahraga ini pun terbilang tidak mahal. Menurut Suryanto, harga tongkat pemukul bervariasi bekisar Rp200.000 hingga Rp600.000. Sedangkan untuk bolanya pun tidak terlalu mahal, Rp600.000 untuk 10 bola.

Suryanto mengatakan olahraga ini sendiri harus dilakukan di lapangan rumput, karena dapat merusak bola jika dilakukan di aspal.

Olahraga bola gawang berkembang pesat di 11 provinsi di Tanah Air seperti Bali, Jawa Tengah, Jawa Barat, Yogyakarta, Banten, Jambi hingga Kalimantan Timur.

Beberapa manfaat yang bisa dipetik dari olahraga ini adalah kerjasama tim, sportifitas, saling menghargai, strategi, kepercayaan diri, ketepatan waktu, keakuratan, dan kecepatan.

"Kita berharap olahraga ini akan semakin dikembangkan dan bisa masuk ke dalam cabang olahraga prestasi," harap dia.



Olahraga Rekreasi

Tak hanya olahraga bola gawang saja yang ditampikan dalam festival olahraga itu. Tetapi juga beragam olahraga rekreasi lainnya, mulai dari pencak silat, egrang, layang-layang, hingga gasing.

Festival ini merupakan pesta olahraga rekreasi pertama di Tanah Air. Festival ini dibuka langsung oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng.

Dalam festival nasional ini melibatkan 27 jenis olahraga rekreasi, terdiri dari kejuaraan nasional, eksibisi dan festival olahraga tradisional, olahraga berbahaya dan modern, serta olahraga massal.

Menpora dalam sambutannya mengatakan olahraga rekreasi, prestasi maupun pendidikan tidak bisa dipisahkan. Oleh karena itu ia mendukung dengan banyaknya festival olahraga yang diadakan.

"Festival olahraga bisa membuat anak-anak muda maupun para orang tua untuk gemar berolahraga. Sehingga nantinya olahraga menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia modern," kata Andi Mallarangeng.

Ketua KONI, Rita Subowo mengatakan olahraga tradisional perlahan mulai bergeser dari sebelumnya hanya dimainkan di kalangan masyarakat menjadi kompetisi internasional, seperti tarung derajat yang mulai dipertandingkan pada SEA Games ke-26 mendatang.

Sementara itu Ketua Umum Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) Haryono Isman, berdasarkan penelitian dari FORMI kehadiran olahraga rekreasi terbukti mampu menekan angka kekerasan di tengah masyarakat.

"Jadi masyarakat tidak mudah emosi dalam menghadapi perbedaan pandangan politik, suku maupun agama," kata mantan Menpora ini.

Kedepannya, FORMI akan bekerjasama dengan Kemenpora untuk menggali lebih jauh olahraga rekreasi yang ada di tengah masyarakat.

Kehadiran olahraga rekreasi ini menjadi solusi bagi masyarakat yang ingin tetap sehat tetapi juga ingin berekreasi. Olahraga tidak lagi dilakukan sendiri tetapi bisa dilakukan bersama keluarga.

***6***

SDP-13?B/Z003




























Tidak ada komentar:

Posting Komentar