Selasa, 03 Mei 2011

Tiara

 Suatu sore, di pekan ketiga April telepon selulerku berdering. Waktu itu, aku sedang berada di Cilegon, setelah pulang rakernas di Yogyakarta. Tepatnya berada di sebuah cafe bersama ketua angkatan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Iwan. 


  Layar telepon selulerku menunjukkan nomor yang tidak dikenal. Namun dari kode wilayahnya, aku tahun itu berasal dari Jakarta.


  "Hallo selamat siang, ini Indriani?" tanya suara perempuan dari seberang sana.


  "Ya, ada apa ya mba?," aku bertanya balik.



  "Saya Tiara mba, dari Kantor Berita ANTARA, Jakarta. Maaf baru bisa menghubungi. Selamat anda lulus tes yang diselenggarakan. Untuk langsung briefing pada Jumat (29/4) mendatang," jelas dia panjang lebar.


  "Terimakasih mba atas informasinya," ujarku ogah-ogahan.


  "Tapi mba masih berminat kan? Jangan lupa datang Jumat depan ya," ingatnya.


  Aku tersenyum, dan aku menjawabnya hanya dengan kata ya.


  Tiara,Tiara, nama selalu dinanti beberapa bulan terakhir. Temanku yang berasal dari Bandung, Ida, selalu menanyakan baik melalui sms atau facebook, apakah aku sudah ditelepon oleh Tiara atau belum. 


  Menunggu dalam ketidakpastian memang membuat kami gila. Apalagi ini menyangkut masa depan. Terhitung enam bulan harus menunggu. Dari November hingga April untuk kepastian selanjutnya.


  Tiara pertama kali menghubungiku pekan ketiga November, memberitahuku untuk ikut tes umum dan wawancara. Kemudian kembali menghubungi pada awal Januari, untuk mengikuti tahap psikotes. Dan akhir Februari menghubungiku untuk medical check up.


  Usai mendapatkan telepon dari Tiara, itu berarti aku harus berpikir keras untuk membeli tiket pulang pergi Pekanbaru-Jakarta. Mau tak mau, aku harus menggunakan uang untuk mengikuti tes ini.


  Tak murah memang, tapi setidaknya terbayarkan. Yah, pada akhirnya aku berhasil lulus dari seleksi itu. Penuh dengan perjuangan dan pengorbanan memang.


  Awalnya, aku setengah hati mengikutinya, namun Kepala Biro ku, yakni bu Evy, selalu menyemangati. Begitu juga ketika hendak tes, dia selalu menyemangatiku untuk tetap terus berjuang. Begitu juga emakku yang terus memberi semangat. Tak sia-sia memang...


   Terimakasih Emak, Bu Evy dan Tiara...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar