Minggu, 17 April 2011

Juda

Juda dan Qoni
  Juda adalah keponakanku yang pertama. Ia merupakan anak pertama dari sepupuku yang berasal dari pihak ayah, Ides. Karena sejak kecil aku menetap di rumah ayahnya, otomatis aku sudah menganggap kalau ayahnya sebagai abangku.
  Umur Juda 10 tahun 9 bulan. Akhir Juli mendatang, ia akan berumur 11 tahun. Sekarang ia duduk di kelas 5 SDN 001 Air molek.
  Juda merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Adiknya, Qoni berumur 6 tahun, masih menikmati masa di Taman Kanak-kanak.
  Kemarin, ketika aku pulang ke Air Molek, Juda belum pulang dari les mata pelajaran. Hanya Qoni, yang menyambutku di ruang tengah ruko milik abangku.
  Saat pulang, ia menenteng kedua sepatunya. Bajunya berantakan, penuh tanah di sekelilingnya. Ditambah lagi, baunya minta ampun.



  Sekarang tingginya hanya beda sekitar tiga inchi dari saya. Padahal, pulang sebelumnya, tingginya masih sedagu saya.
  Kakinya pun sudah besar. Kata Ibunya, nomor sepatunya sekarang 38. Tapaknya memang besar. Sama dengan adiknya.
  Begitu melihatku, ia langsung menyapa.
  "Bile sampe kak (kapan nyampe kak)? tanyanya padaku.
  Sejak kecil dirinya memanggil diriku dengan sebutan kakak. Padahal berulang kali ibunya menyuruhnya memanggil dengan sebutan tante.
   "Kakak!" tegasnya, ketika ibunya meminta dengan sebutan tante.
  Mungkin karena aku sejak kecil bersama dirinya. Berdua mengelilingi pasar dan membeli makanan. Biasanya kue tradisional pilihannya.
  Juda tak langsung menyalamiku. Ia langsung makan, ketika melihat udang. Dirinya memang pencinta berat udang. Berulangkali ia meminta, tapi dirinya tak mau memberikannya.
  "Kakak makan aja pake lauk yang lain," katanya.
  Dalam hatiku, memanglah anak satu ni. Dirinya kemudian bercerita tentang teman-temannya. Tentang akun fesbuknya yang jarang dibuka karena pulsa internetnya habis. Ujung-ujungnya, ia memintaku untuk mengisikannya. Akhirnya, harus kurelakan, sim card selularku berpindah pemilik.
  Sekarang Juda sedikit berbeda, kelihatan lebih hitam dan juga giginya agak maju kedepan. Padahal,waktu kecil dirinya cukup ganteng.
  Suaranya besar, tetapi ketika berhadapan dengan orang yang lebih tua, ia berubah drastis, sangat lembut.
  Ia sangat cuek dengan penampilan, tidak pandai memadupadankan baju. Beda dengan adiknya, yang ketika ku datang,langsung ingin melihat sepatu yang kukenakan.
  Juda juga berubah, sekarang pikirannya main sahaja. Nilai rapornya jeblok. Dan ketika ku periksa buku sekolahnya. Banyak angka 60 bahkan 0. Dulu tidak begitu rata-rata diatas 80.
  Tapi, Juda memiliki analisis yang cukup tajam. Aku yakin ia akan berhasil nantinya, jika diarahkan dengan baik.
  Kata bapaknya, Juda lebih senang bermain bersama teman-temannya ketimbang belajar. Memang, ketika aku melihat dia membawa bola ketika hendak les mata pelajaran keesokan harinya.
  "Sekalian kan," belanya saat ku tanyakan untuk apa bawa bola.
  Lucunya, saat aku pulang, aku memberinya uang saku seadanya. Ia dengan serta merta menolaknya. Berulang kali ia menolaknya, hingga akhirnya ku paksa. Sedangkan adiknya langsung mengambilnya. Akh, aku jadi merindukan kalian adik-adikku.

2 komentar:

  1. Salam kenal dari saya,mba tinggal di airmolek mana?

    BalasHapus
  2. salam juga pak...saya tinggal di belakang masjid raya, tepatnya desa Terang Bulan pak. Tapi skrg berdomisili di Jakarta.

    BalasHapus