Kamis, 19 Mei 2011

Ini Melayu Ncik..


  Rabu (18/5) pagi adalah waktu yang paling dinanti. Terutama untuk kedua pasang calon wali kota Pekanbaru 2011-2016, Ir Firdaus MT-Ayat Cahyadi dan Septina Primawati Rusli-Erizal Muluk.
  Helat akbar, Pemilukada,dilangsungkan, dengan jumlah pemilih 536.113 di 1.250 Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang tersebar di Pekanbaru.
  Awalnya, aku tidak tertarik dengan Pemilukada.Apalagi sejak jauh hari, calon  kuat Firdaus sudah melakukan sosialisasi.
  Tetapi menjadi tertarik, ketika istri Gubernur Riau yang masih aktif HM Rusli Zainal, Septina, bertarung.
  Menurut pengakuan Firdaus, ia merupakan kader dari wali kota Pekanbaru, Herman Abdullah dan Rusli Zainal. Dia digadang-gadangkan jadi calon tunggal wali kota, dengan salah satu prasyarat wakilnya adalah Septina.
  Firdaus setuju saja atas usulan seniornya tersebut. Apalagi Rusli memberinya jabatan strategis yakni Kepala Dinas Pekerjaan Umum Riau. Tujuannya, tempias dari uang proyek multiyears milik Gubernur bisa disisihkan untuk dana kampanye.

  Tapi keadaan berbalik, ketika sang ratu yang didesak teman-temannya meminta untuk maju sebagai calon wali kota.
  Firdaus berontak. Ia didukung Herman Abdullah, yang membawanya sosialisasi kemana saja.
 Tak kuasa, atas permintaan istrinya, sang gubernur pun mengabulkannya.
  Apalagi istrinya yang tak lain putri Ismail Suko, politisi senior yang dijuluki martil demokrasi, sangat berjasa pada dirinya. Mendampinginya sejak jadi mahasiswa biasa, pengusaha, anggota dewan, bupati hingga gubernur.
  Desas-desus beredar, Septina ingin membuktikan dirinya sebagai perempuan tangguh. Perempuan Melayu pertama yang menduduki posisi wali kota Pekanbaru. Pelipur lara terhadap perilaku suaminya yang mendua bahkan menigakannya.
  Kompensasinya, ia memperbolehkan istri kedua suaminya, Syarifah untuk menggantikan posisinya di istana. Itu karena ia akan tinggal di rumah wali kota , tentunya seorang diri bersama kawan setia maupun kawannya yang hobi menjilat.
  Lagipula, tahun 2011 dicanangkan sebagai kebangkitan trah Suko. Di Rokan Hulu, Jhony Irwan, adik Septina bertarung. Tetapi kalah telak. Mungkin, pikirnya, berbeda hasilnya di Pekanbaru.
  Berkat restu suami, foto wajahnya terpasang di seantereo Pekanbaru. Sebagai istri gubernur, ketua TP PKK, ketua BKMT dan banyak lainnya.
  Berkat dukungan suami, puluhan jabatan diemban, ketua TP PKK, BKMT, Kwarda Pramuka, Peduli Autis dan banyak lainnya.
  Berkat dorongan suami pula, puluhan miliar dana digelontorkan. Bukan dari kantongnya, tetapi dana bansos. Tak ada yang mengusut, semua sudah ditutup mulut dengan uang yang tak seberapa.
  Septina yang kemudian hari berpasangan dengan wakil wali kota, Erizal Muluk semakin menjadi-jadi. Dapat dukungan puluhan partai karena rayuan maut sang gubernur, paguyuban dan dapat gelar macam-macam.
  Sibuk sosialisasi kesana-sini. Kasih bantuan masjid maupun orang miskin. Siang dan malam.
  Adakan seminar tentang perempuan dengan tujuan mengubah pola pikir perempuan Riau. Hingga membayar ulama untuk melegalkan pemimpin perempuan. Naudzubillah...
  Pegawai humas maupun wartawan yang menyertainya pun acap mengeluh. Tentu saja kecuali Kepala Biro Humasnya yakni Chairul Riski, yang senantiasa menyenangkan bosnya.
  Setiap hari di koran ada saja iklan tentang Septina. Acara gubernur, tetapi dibawahnya foto Septina. Hampir seluruh media, dengan mudahnya mau dibeli (ada juga yang tidak, tetapi hanya sebagian kecil). Septina tak terbendung...

Runtuhnya Suko

  Tuhan dengan mudahnya mendudukan manusia di tempat tertinggi dan dengan mudah pula menurunkannya.
  Jhony Irwan, anak lelaki Ismail Suko, gagal menjadi bupati Rokan Hulu. Pada Senin (16/5) kemarin, Ismail Suko yang dijuluki martil demokrasi Riau karena berani melawan kekuasaan pusat meninggal dunia.
  Usai meninggal dunia, pada Pemilukada keesokan lusanya, Septina kalah. Langit tidak lagi Berseri (BERsama SEptina eRI). Terseok-seok mengejar pasangan PAS yang unggul sementara dengan 60 persen suara.
  Septina...Septina. Saya bukan tidak simpati dengan Ncik yang pintar dan cantik. Tapi cara-cara penjilat di samping Ncik itu. Mereka tidak akan menerima kekalahan begitu saja. Mengajukan gugatan ke MK, hingga akhirnya nanti menjebloskan Herman Abdullah ke lokap karena mendukung pasangan PAS.
  Ini Melayu Ncik, pemimpin haruslah lelaki. Selagi ada, selagi mampu.

http://indrianieriza.blogspot.com/2011/03/ampuhnya-rayuan-maut-sang-gubernur.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar