Ini Kamis, 26 Mei tertera di almanak. Satu bulan menuju ulang tahunku yang ke seperempat abad. Kamis ini, bagi sebagian besar kerabatku nun jauh di Indragiri Hulu, Riau adalah hari kelabu.
Hari ini Ketua DPRD Indragiri Hulu yang berasal dari Partai Golkar, H Marpoli resmi ditahan.
Marpoli merupakan saudara jauhku. Tepatnya saudara bawaan, karena abang sepupuku, Dasnir, menikah dengan adiknya.
Ia merupakan politisi cukup disegani di Indragiri Hulu. Tim sukses pemenangan Rusli Zainal sebagai Gubernur Riau dan Yopie Arianto sebagai Bupati Indragiri Hulu.
Dia ditahan karena (katanya) korupsi dana APBD periode 2005-2008 sebanyak Rp1,48 miliar. Korupsi ini sendiri sebenarnya dilakukan berjamaah dengan total Rp116 miliar. Dan metodenya pun unik, kasbon APBD.
Dulu, ketika kepemimpinan H Raja Thamsir Rahman semua dilakukan untuk menyenangkan kawan.
Thamsir memerintah bak raja. Tanda tangan dan instruksinya berlaku. Termasuk perintah kasbon walaupun sebenarnya tidak diperbolehkan dalam UU.
Aku mengenang saat itu adalah masa kejayaan anggota DPRD. Mobil dinas baru, bahkan untuk ketua DPRD mendapat Pajero yang harganya mencapai Rp1 miliar ketika itu.
Untuk anggotanya, mendapat Toyota Rush yang selalu hilir mudik di jalanan. Padahal di daerah lain hanya mendapatkan Avanza.
Lagaknya pun bak dewa, penuh sanjungan dan pujian. Dihormati kemanapun pergi. Namun kini, semua berubah.
Politisi yang dulu dipuji sekarang dimaki karena ketahuan korupsi. Sebanyak 22 orang anggota DPRD sudah menjadi tahanan PN Rengat sejak bulan lalu.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk membebaskan tersangka. Termasuk keluarga Marpoli. Kakak iparnya, Asni, mengeluhkan tabungan yang terkuras. Begitu juga dengan yang lainnya.
Abangku sendiri, pernah bercerita tentang berbagai upaya dilakukan untuk membebaskan saudaranya tersebut. Walaupun Juli, istrinya mengatakan bahwa yang salah tetap salah, namun jauh dilubuk hatinya ingin abangnya tersebut bebas.
Saya tidak tahu pasti untuk apa uangnya digunakan. Namun setahu saya, Marpoli atau akrab saya sapa dengan panggilan Bang Poli adalah orang yang ramah.
Ia dengan mudahnya memberikan uang kepada siapa saja yang datang ke rumah ataupun bertemu di jalan. Senior saya di Riau Pos, Asmawi mengatakan ia pun kerap merasakannya.
Bang Poli pun orang yang ramah, walaupun jabatannya ketua. Berbeda dengan rekannya yang lain.
Tapi politisi tetaplah manusia biasa. Dipuji ketika diatas dan dicaci ketika terpuruk di lembah terendah.
Saya ingat dulu, ketika saya masih kanak-kanak, Dina (keponakannya yang juga teman saya)mengatakan Bang Poli selalu membandingkan Dina dengan saya.
Bang Poli, kata Dina, menilainya terlalu banyak bermain. Berbeda dengan saya yang sangat hobi membaca.
Entahlah, saya berharap keajaiban akan muncul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar