Sabtu, 10 Maret 2012

Cara unik Robin Lim bantu ibu melahirkan

    Mata pengunjung yang hadir tak henti berkedip menatap perempuan setengah baya berambut panjang yang berjalan dengan penuh keyakinan ke atas panggung.
    Sesampai di atas panggung, perempuan yang mengenakan baju terusan lengan panjang bermotif etnis itu menyapu matanya ke sekeliling dan tersenyum ramah.
    "I love you," ujar dia memecah keheningan pada acara peringatan hari jadi Pusat Kebudayaan Amerika di Jakarta, Sabtu (14/1).
    Pengunjung hanya diam, sebagian lagi tak tahu harus menjawab apa.Perempuan itu tidak menyerah, dia mengulang lagi dan dengan bahasa tubuhnya, dia mengajak pengunjung untuk mengatakan hal yang sama. Hingga akhirnya semua pengunjung tanpa sungkan mengatakan kata yang sama.
    Perempuan itu bernama Robin Lim atau dikenal dengan sapaan Ibu Robin. Pendiri Yayasan Bumi Sehat itu, pada Desember lalu dinobatkan sebagai "2011 CNN Hero of the Year" atas jasa-jasanya membantu ribuan warga miskin Indonesia untuk mendapatkan kehamilan dan persalinan yang sehat tanpa dipungut biaya.

    Sejak 15 tahun lalu, Robin Lim yang merupakan warga Amerika Serikat menetap di Bali dan mengabdikan waktunya untuk melayani ibu melahirkan dan memberikan pendidikan kesehatan bagi warga di Nyuh Kuning, Ubud. Ia juga membuka klinik Bumi Sehat di Aceh pasca tsunami 2004, tepatnya di Meulaboh yang merupakan titik pusat gempa.
    Dengan keberadaan dua klinik itu, dia telah memfasilitasi kelahiran lebih 5.000 bayi.Robin memberi pengetahuan perhatian penuh kepada para ibu yang mayoritas warga miskin, agar bisa melahirkan bayinya secara sehat dan selamat. Dan memperlakukan para ibu itu selayaknya manusia.
    "Biasanya kalau ibu datang ke klinik umum, yang langsung ditanya kartu oleh petugas dengan ketus. Tapi di klinik ini berbeda, para ibu yang datang disambut dengan kasih sayang dan dipeluk," jelas perempuan kelahiran Arizona, 24 November 1954 itu.
    Semua orang yang melahirkan di Bumi Sehat diperlakukan sama apakah mereka warga mampu atau tidak dan tidak perlu membayar.
    Dia juga berusaha membuat ibu hamil maupun melahirkan merasa nyaman di klinik itu. Dalam proses persalinan pun, dia berusaha agar para ibu bisa melahirkan sealami mungkin. Dia menyebut proses itu sebagai "gentle birth".
    "Di klinik ini menggabungkan cara alami dan medis dengan melibatkan dukun dan dokter.Jika tidak bisa ditangani secara alami, maka ditangani dengan tindakan medis," tambah perempuan yang fasih berbahasa Indonesia itu.
    Robin mengakui pentingnya keterlibatan peran dukun beranak. Menurut dia, keberadaan dukun beranak sangat diperlukan dalam membantu persalinan. Selain itu, banyak warga yang masih percaya dengan peran dukun.
    "Tetapi begitu ada masalah dalam proses kelahiran, langsung diambil alih oleh tindakan medis," jelas Robin.
    Terdapat tiga bidan, empat perawat dan satu dokter di klinik Bumi Sehat yang ada di Aceh. Sedangkan yang di Bali terdapat sembilan bidan, dua dokter dan lima perawat.
    Proses melahirkan, terang Robin, sebenarnya bukanlah situasi medis melainkan sebuah keajaiban. Jadi yang lebih terpenting adalah membuat ibu itu nyaman.
    "Kita meminta pada ibu yang melahirkan untuk membuka mulut ketika proses melahirkan.Begitu kepala si bayi sudah kelihatan, kita meminta ibu untuk bernyanyi maupun berdoa. Misal dalam agama Hindu dikenal dengan mantra, Islam dengan membaca Basmallah, sedangkan Kristen beda lagi doa yang diucapkan," terang dia.
    Logikanya, lanjut dia, jika ingin membuka mulut rahim, maka ibu yang ingin melahirkan itu harus membuka mulutnya.
    Belakangan, istri dari seorang pembuat film dokumenter William Hemmerle itu juga mempopulerkan "water birth" atau melahirkan dalam air. Robin menjelaskan pada proses ini, ibu melahirkan dalam air yang dipenuhi bunga-bunga.

Pengalaman Pahit

    Apa yang dilakukan seorang Robin Lim saat ini, bukanlah tanpa ada pemicunya. Kematian adik kandungnya pada saat melahirkan anaknya 21 tahun lalu, membuat perempuan yang masih terlihat cantik itu berkeinginan menjadi bidan.
    Robin mengisahkan, dokter yang menangani proses kehamilan dan persalinan adiknya itu tidak banyak meluangkan waktu untuk melayani permintaan adiknya. Padahal, adiknya itu memiliki asuransi.
    Kondisi ini berbeda dengan yang dialami oleh Robin ketika melahirkan anak pertamanya 35 tahun lalu. Saat itu dia ditangani dua bidan yang memiliki ilmu dan dalam prakteknya penuh dengan cinta.
    "Saya pikir sayang kalau semua ibu tidak bisa dapat itu dan akhirnya saya memutuskan untuk menjadi bidan," kenang perempuan yang mempunyai latar belakang pendidikan sebagai bidan Universitas di Santa Barbara City dan sertifikat bidan dari North American Registry of Midwives dan Asosiasi Perbidanan Indonesia.
    Selain pengalaman pahit yang dialami adiknya itu, apa yang dilakukan Robin saat ini, juga berangkat dari rasa keprihatinannya terhadap jumlah kematian ibu melahirkan di dunia.
    "Tahun lalu sebanyak 981 ibu meninggal saat melahirkan. Itu jumlah yang banyak. Kita harus kerja bersama-sama agar ibu dan bayi bisa hidup," seru Robin.
    Kasus kematian itu, lanjut Robin, banyak menimpa warga yang kurang mampu. Menurut Robin, wanita hamil sangat membutuhkan asupan gizi yang baik untuk menunjang kesehatan dirinya sendiri dan bayi yang dikandungnya.
    "Kondisi ibu hamil di masyarakat miskin di mana-mana pasti susah. Karena kalau gizi ibu kurang, pasti bayi susah tumbuh di dalam kandungan. Selain itu waktu melahirkan juga bisa pendarahan berat kalau si ibu kurang gizi.Kondisi ini banyak kita temui," kata Robin. 
    Untuk membuka klinik pertamanya di Bali, bukan hal mudah bagi Robin. Dia harus menjual rumahnya di Hawai.
    "Kalau ditanya apakah saya takut miskin, tidak ada orang yang tidak takut miskin. semua takut jatuh miskin.Tapi saya percaya semua ada jalannya,"
    Robin mendapatkan uluran dana dari donatur dalam menjalankan dua klinik Bumi Sehat baik yang di Aceh maupun di Bali. Setidaknya diperlukan dana 500 dolar Amerika atau sekitar Rp4,5 juta per hari untuk membiayai klinik itu.
    Apalagi saat ini, kata Robin, Bumi Sehat memerlukan biaya untuk merenovasi klinik yang retak akibat gempa di Bali, November lalu.
    "Kadang-kadang bagian keuangan klinik, pak Sandi Hasan selalu bertanya Ibu Robin bagaimana kita membayar listrik bulan ini?Ok, dan saya bilang harus percaya," ujar dia lagi. 
    Saat ditanya mengapa memilih Indonesia? Robin mengatakan sejak kecil tertarik dengan Indonesia. Bermula ayahnya ditugaskan selama satu tahun oleh Pemerintah AS di Indonesia. Untuk mengobati rasa rindunya kepada keluarga yang ada di Amerika, ayahnya paket yang berisi wayang kulit.
    "Begitu melihat wayang kulit, saya langsung jatuh cinta pada Indonesia," ujar dia sembari tersenyum.
    Meski sudah menetap lama di Indonesia, dia mengaku tetap berkewarganegaraan Amerika. Sedangkan cucu-cucunya berkewarganegaraan Indonesia.
    Setelah dinobatkan menjadi "2011 CNN Hero of the Year" dan berhak mendapatkan uang senilai 250 ribu dolar Amerika ditambah 50 ribu dolar Amerika hadiah bagi nominasi, Robin Lim ingin mengembangkan sayapnya dengan membangun klinik yang ada di Bali.
    "Kontraknya akan habis empat tahun lagi. Tanah sudah ada, tinggal membangunnya saja," tambah dia.
    Robin juga mempunyai keinginan bisa mengembangkan sayapnya dengan membuka klinik di daerah lain di Tanah Air.
    Sebelum dinobatkan sebagai pahlawan oleh CNN, dia juga telah meraih Penghargaan Women Peace Award 2005 dari Women Peacepower Foundation dan Komite Yayasan Alexander Langer (Bolzano, Italia) menganugerahi penghargaan Internasional Alexander Langer di tahun 2006. Ia juga meraih Woman of the Month Award dari United Nations Entity for Gender Equality & the Empowerment of Women (UNIFEM) pada 2008.

   

   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar