Senin, 20 Februari 2012

Selamat ulang tahun uda

    Apa kabar uda? Semoga uda dalam keadaan sehat walafiat dan setiap langkah diridhoi oleh Alloh SWT.
Rasanya baru kemarin, aku melihatmu memakai seragam putih abu-abu. Bermain bersama teman-temanmu atau memadu kasih dengan pacarmu. Rasanya juga baru kemarin, aku melihatmu pulang lebih cepat dari jam keluar sekolah, memarahiku yang sedang meminum air dari pipa ledeng yang bocor di samping rumah.         
    Menggantikanku bermain "gebok gambar" agar aku bisa mendapat banyak gambar.
Dan aku juga merasa baru kemarin, ketika engkau bangun pagi sekali saat azan berkumandang, menunaikan solat subuh dan ke pasar untuk membuka kedai, lalu kemudian berangkat ke sekolah.
Semua itu berlalu dengan cepat, hingga kemudian engkau memutuskan untuk berhenti sekolah, mengubur dalam-dalam keinginanmu menjadi tentara demi membantu ibumu.

Hufff...rasanya juga baru kemarin, ketika engkau mengajakku jalan-jalan ke Padang.
"Biar pandangannya terbuka" katamu ketika ditanyakan alasannya oleh orang-orang.
   Untuk pertama kalinya aku melihat rel kereta api yang tergantung kokoh di atas lembah. Aku terpesona melihat ketangguhan rel yang berwarna merah dan kuning itu.
Aku juga merasakan kegembiraan yang teramat sangat saat memakan roti yang penuh dengan taburan mesis coklat. Hingga kini, aku masih menyukai roti itu.
    Tahun-tahun berlalu, engkau menyayangiku seperti layaknya adik kandung. Sementara aku tumbuh seperti anak korban perceraian lainnya, amat nakal.  Uda juga ,memastikan aku mendapatkan yang terbaik.  
    Menyuruhku banyak makan sayur, lari pagi ketika pagi atau tidur ketika siang. Uda, masihkah ingat ketika engkau mengejarku karena aku tidak tidur siang? Hahaha..itu kejadian tak terlupakan. Seperti biasa, engkau juga turut tidur sambil memelukku, kadang aku tertidur tapi terkadang mataku enggan terpejam. Bermain bersama Rudi dan anak-anak lain lebih mengasyikkan dibanding tidur. Setelah memastikan aku tidur, engkau kembali ke pasar melanjutkan berdagang. Aku yang tahu engkau telah pergi, berjingkat hendak beranjak main walaupun nenek telah melarangku. Aku tidak peduli, dan memutuskan keluar.Namun siang itu, aku tidak melihat Rudi ataupun Ipul, aku pun memutuskan bermain ke tempat Ilen. Tapi siapa sangka, mataku tersirobok denganmu yang entah kenapa pulang ke
rumah. Tanpa babibu, aku langsung kabur, dan engkau mengejarku. Tentu saja aku kalah uda..dan plak, satu pukulan yang membuatku harus tidur.
Rasanya juga baru kemarin, engkau memboncengku dengan sepeda balap menuju lapangan garuda untuk latihan. Memang, sejak berhenti sekolah, engkau memilih untuk menjadi atlet. Tentunya selain sehat, juga mendapatkan uang. Uang sangat berarti saat itu bagi kita.
Aku menemanimu sembari menikmati Chiki Ball rasa Coklat. Dan jika makananku habis, aku merengek minta pulang.
Hufffttt...betapa jauh masa itu terlampau uda. Banyak kenangan bersamamu. Engkau merupakan orang yang paling berjasa mengajariku berbicara dan membaca. Setiap malam engkau mengajariku dengan keras bagaimana membaca. Tak jarang, aku menangis dan tertekan tapi hasilnya memang luar biasa. Engkau bisa mengubahku dari seorang anak gagap menjadi bisa berbicara.
Aku juga masih ingat ketika aku mendapat nilai 70 dan menangis ketika pulang. Engkau menghiburku. Aku juga masih ingat, betapa gembiranya engkau usai mengambil raport pertamaku. Engkau setengah tak percaya, aku mendapat ranking empat. Hanya ranking empat, tapi engkau sangat bangga dan mengajakku ke ibu kota kabupaten, Rengat, untuk bermain sepeda air.
Betapa gembiranya aku saat itu uda.
Sama seperti pembicaraan kita di atas becak saat mencari sekolah. Waktu itu engkau bingung memasukkanku ke TK atau SD. Aku tak mau masuk TK, aku ingin satu sekolah dengan Rudi. Engkaupun mengabulkan keinginanku. Aku gembira bukan kepalang.
Engkau melebihi ayahku yang baru aku tahu ketika aku berumur enam tahun.
Namun, hidup tetaplah hidup. Semuanya berubah, ada suka dan ada juga duka. Menjadi orang dewasa merupakan hal yang rumit. Itu sebabnya, aku sampai saat ini menolak dewasa.
Hubungan kita mulai memburuk, ketika engkau menikah dengan kekasihmu yang sudah engkau pacari selama 10 tahun. Aku yang kurang perhatian, menjadi semakin nakal. Engkau juga memarahiku dengan keras, tak jarang memukulku. Aku tahu, kamu sebenarnya tidak tega melakukan itu, ada campur tangan istrimu. Hingga aku bertekad, akan pergi dari rumah untuk mencari kebahagianku sendiri.
Hidup menjadi semakin rumit, engkaupun demikian. Kebahagiaan yang seharusnya engkau dapatkan tak juga kau rengkuh. Entahlah, mungkin jika aku di posisimu, aku akan meninggalkan semuanya demi kebahagiaanku. Toh, hidup hanya untuk bahagia. Namun engkau berpikiran lain. Tak tega terhadap anak-anak, katamu.
Engkau juga dengan berlapang dada membiarkan uang hasil usahamu, dinikmati keluarga istrimu. Engkau lebih memilih bergelut dengan pekerjaanmu dibanding berlibur ke kota dan berbelanja.
   Engkau juga mengalah demi kebahagian orang-orang di sekitarmu...Entahlah..
Aku pernah bertanya, mengapa bisa bertahan? Engkau hanya menjawab, mungkin ini suratan, cobaan terhadapmu.

  ***
    Rabu kemarin, aku bangun agak siang. Atasanku di kantor, menanyakan kemana liputan hari ini. Aku menjawab ke hotel Mulia Senayan, tentang makanan Jepang. Aku berangkat dengan semangat. Turun-naik transjakarta hingga sampai di lokasi. Namun sayang, begitu sampai di lokasi yang merupakan hotel mewah itu aku baru sadar, kalau hari ini baru tanggal 15 bukan 16.
Upphhh...aku lupa...pikiranku entah kemana...
Belakangan ini pikiranku kacau.Banyak masalah di tempat kerja hingga kehidupan pribadi.  Entahlah, hidup semakin menyebalkan ketika melewati angka 25.
    Hingga pada malam harinya, saat mataku 5 watt, aku baru ingat kalau hari ini adalah ulang tahunmu. Aku menulis pesan singkat, mengucapkan selamat ulang tahun...
Hufftt...tidak terasa umurmu sekarang sudah 40 uda...Engkau sudah kepala empat..Kata orang, kehidupan baru dimulai ketika berumur 40..
     Tidak terasa, sekarang uda berumur 40. Bagaimana rasanya menjadi 40...Dalam kondisi saat ini, pasti berat ya uda. Dua bulan lalu, usaha yang kau rintis habis terbakar, tanpa menyisakan apa-apa. Sekarang kau memulai hidup baru lagi. Berat memang, apalagi dengan istrimu seperti itu. Sedangkan aku, tempatmu biasa berkeluh kesah berada jauh. Dari dulu, aku memang berniat pergi jauh dari tempat yang penuh kenangan dan luka itu.
Aku dengan tertatih, mencoba menata hidupku. Aku tinggalkan semua yang sudah aku dapatkan. Aku ingin bahagia. Begitu sulit menemukan kebahagian ketika dewasa dan tak bermasalah dengan uang.
Uda...selamat ulang tahun..semoga kebahagian selalu menyelimuti uda pada tahun-tahun mendatang...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar