Sabtu, 14 November 2015

Ekonomi dan Tata Kelola Media

Latar Belakang
Selama ini media massa lebih dibahas dari sudut pandang sebagai institusi sosial saja, padahal perkembangan zaman membuat media telah berkembang menjadi sebuah industri dalam rangka memenuhi kebutuhan  sosial dan budaya individu dan masyarakat . Media telah tumbuh bukan saja sebagai alat penyampai pesan sosial, politik dan budaya, tetapi juga sebagai perusahaan bisnis. Tren ini menjadi semakin pesat dalam beberapa tahun terakhir seiring dengan pertumbuhan industri dan kepentingan ekonomi diseluruh sektor komunikasi dan informasi.
                Hal ini berkaitan dengan privatisasi perusahaan telekomunikasi negara dan kegiatannya yang semakin meluas baik secara nasional dan internasional, serta ditambah faktor dari pergeseran ekonomi negara bekas jajahan komunis kearah pasar bebas

Media ‘Bukan Hanya Sekedar Bisnis Lain’
                Institusi media memiliki sebuah karakteristik, yaitu adanya aktivitas yang berkaitan erat dengan ekonomi dan politik serta ketergantungan terhadap perkembangan teknologi. Aktivitas tersebut melibatkan produksi barang dan jasa yang termasuk dalam ranah bisnis swasta (private) dan juga publik.
Ada 3 perspektif  dalam teori institusi media:
Perspektif ekonomi/industri
Memandang kekhasan dan bermacam-macam karakteristik media  sebagai  media yang berbeda dan konteks yang berbeda.
Perspektif politik-ekonomi kritis
Konsep yang diturunkan dari kritik kapitalisme, dengan mengacu pada proses konsentrasi dan komersialisasi.
Perspektif kepentingan publik
Bagaimana sebuah media bertindak, berdasarkan kepentingan publik.

Pertanyaan yang timbul untuk teori yang muncul dari ekonomi dan pemerintahaan.
                Ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab untuk mengidentifikasi masalah umum dalam analisa teori ini:
-      Bagaimana media tertentu berbeda dalam istilah ekonomi dan politik?
-      Bagaimana dan mengapa sistem media berbeda dalam struktur dan kontrol?
-      Bagaimana dan mengapa ekonomi media berbeda dari industri lain?
-      Apa sebab dan akibat dari konsentrasi media?
-      Apa kebab dan akibat dari internasionalisasi
-      Apakah hubungan beban konvergensi teknologi sebagai paksaan untuk perubahan media?
-      Bagaimana kinerja media yang dipengaruhi oleh sumber finansial?


Dasar Struktur Media dan Tingkat Analisisnya
                Sistem suatu media terkait dengan logika politik-ekonomi dalam suatu negara, seperti jika di US media massa beroperasi sebagai perusahaan bebas (free enterprise) sedangkan di media massa di China dikelola oleh pemerintah. Namun, beberapa negara ada yang menggabungkan sistem medianya antara swasta dan publik, yang pengaturannya tergantung pada prinsip kebijakan media nasional menurut tingkat integrasinya. Terkadang, ada sebuah kementrian komunikasi atau badan pengawas komunikasi yang memiliki tanggung jawab yang berbeda untuk masing-masing media yang berbeda, apakah itu media massa swasta atau publik. Media juga diperlakukan sebagai sistem yang koheren baik oleh audiens atau bagi para pengiklan.

Sektor media
                Didalam sistem media, terdapat beberapa tipe media massa berdasarkan teknologi perantaranya, hasil dari pengelompokan tipe media massa ini disebut sektor media, dan sektor media ini dibuat untuk tujuan pengawasan kebijakan atau untuk tujuan analisa ekonomi:
-      Cetak (buku,koran, majalah)
-      Televisi
-      Radio
-      Rekaman musik
-      Internet
-      Telekomunikasi,dll.
Ada beberapa faktor yang membuat diferensiasi (pembedaan) ataupun integrasi (penyatuan) sektor tersebut khususnya melalui sistem distribusi; apakah akan didistribusikan secara terpisah atau bersama. Berbeda alat distribusi seringkali berbeda juga organisasi dan perusahaannya.

Beberapa prinsip ekonomi dari struktur media
Perbedaan pasar media dan sumber pendapatan
                Pada umumnya, pasar bisa didefinisikan berdasarkan tempat, orang-orangmya, jenis pendapatannya, sifat produk atau jasanya. Media massa seperti koran, televisi, dan radio, dapat diklasifikasikan secara ekonomi berdasarkan sumber pendapatannya, menjadi: pasar konsumen dan pasar pengiklan.
                Tapi, seringkali tidak ada pemisahan antara keduanya. Sebagai contoh, koran bisa melayani dua pasar tersebut sekaligus. Sumber pendapatan lain media adalah:
-      Pemberian sponsor
-      Penempatan produk
-      Dana dari masyarakat
-      Dukungan swasta
-      Kepercayaan non-profit/bantuan sukarela
-      Dukungan langsung dari audiens

Lahirnya internet membuat sumber baru pendapatan media massa, yaitu :
-      Biaya online
-      Pembayaran website
-      Subsidi produsen

                Namun lahirnya internet ini juga memiliki kerugian ekonomi bagi media massa yang terlebih dahulu ada (koran, majalah,dll) yaitu; tersedianya konten secara gratis atau menimbulkan pembajakan. Masalah lain juga terjadi ketika ingin mengukur ‘nilai penggunaan’ dari audiens untuk menagih biaya pada pengiklan. Karena opsi  ‘kunjungan’ atau ‘klik’ yang digunakan diinternet sebagai indikator ‘frekuensi penggunaan’ tidak dapat mewakili indikasi ‘waktu’ yang digunakan untuk mengetahui berapa banyak waktu yang dihabiskan dalam sebuah situs tertentu.

Dampak iklan vs pendapatan konsumen
Media  dapat diklasifikasikan berdasarkan sumber utama pendapatan media yaitu:
-      Pasar konsumen         : Penjualan produk secara langsung
-      Pasar iklan                     : Menyediakan jasa untuk membuat iklan

Perbedaan dua sumber pendapatan utama tersebut, membedakan tipe media:
-      Media yang hanya bisa melakukan penjualan produk
-      Media yang bisa beroperasi dalam penjualan produk dan iklan
-      Media yang sumber pendapatannya hanya berasal dari iklan

                Semakin tinggi ketergantungan terhadap iklan sebagai sumber pendapatan, semakin berkurang independesi (kebebasan) konten suatu media dari kepentingan pengiklan dan bisnis umumnya. Hal ini tentu saja berdampak terhadap kredibilitas media tersebut sebagai sumber informasi jika konten sebuah berita selalu dikaitkan dengan apa yang diiklankan. Dalam kasus eksrim, jika sebuah media sepenuhnya dibiayai dan disponsori oleh iklan, konten sebenarnya dari media tersebut akan sangat sulit untuk dibedakan dari iklan itu sendiri, propaganda, atau PR-nya.

Dari perspektif ekonomi muncul beberapa pertimbangan berdasarkan perbedaan pasar ini:
-      Pembiayaan. 
Media yang pendapatannya berasal dari iklan umumnya biayanya tertutupi sebelum diproduksi sedangkan media yang pendapatannya berasal dari pasar konsumen (penjualan produk secara langsung) pendapatannya harus mengikuti pengeluarannya.

-      Kriteria dan metode penilaian kinerja pasar.
Media yang berbasis iklan dinilai berdasarkan jumlah dan tipe konsumen (siapa mereka, dimana mereka tinggal) yang dicapai oleh pesan tertentu (contoh: sirkulasi,  jumlah pembaca, dan pencapaian rating), sedangkan media yang berbasis pasar (market performance) langsung dibayar oleh konsumen dan dinilai berdasarkan pemasukan yang diterima dari penjualan dan jasa berlangganan.

-      Kinerja.
Kinerja sebuah pasar bisa berdampak pada kinerja pasar lainnya dimana suatu perantara beroperasi pada keduanya contoh: peningkatan penjualan sebuah koran bisa meningkatkan rating iklan.

-      Perbedaan basis pendapadan vs keadaan ekonomi.
Perbedaan basis pendapatan media dapat menyebabkan berbagai jenis peluang atau kerentanan terhadap keadaan ekonomi. Media yang sangat bergantung pada iklan cenderung lebih sensitif terhadap dampak negatif dari kemerosotan ekonomi umum daripada media yang menjual (biasanya rendah-biaya) produk untuk konsumen individu

Jangkauan pasar dan keragaman media
                Media massa berbasis iklan lebih memilih ‘selera media’ dan pola konsumsi masyarakat yang konvergen atau tidak terlalu beragam. Alasannya karena, audiens yang homogen sering lebih hemat biaya untuk para pengiklan dibandingkan dengan pasar heterogen dan tersebar.
                Lain halnya dengan internet, yang memiliki kapasitas yang sangat besar yang kemungkinkan untuk bisa mencapai berbagai macam audiens  dengan berbagai macam konten. Sebuah inovasi terbesar dari internet sebagai media iklan adalah kemampuannya untuk mengidentifikasi secara akurat dan mencapai banyak pasar yang tersebar untuk produk dan jasa tertentu berdasarkan data yang diperoleh secara online.

Persaingan pendapatan
                Persaingan dalam mendapatkan sebuah sumber pendapatan tunggal menghasilkan keseragaman yang bersifat imitatif (saling meniru). Ini adalah alasan rendahnya selera kualitas jaringan televisi di Amerika Utara dimana hampir seluruhnya dibiayai oleh iklan konsumen massal. Lain halnya dengan dengan pertelevisian di Eropa yang menghindari situasi dimana semua penyiaran bersaing untuk sumber pendapatan yang sama.
                Persaingan media yang berbeda untuk mendapatkan pendapatan dari iklan yang sama bisa mendorong keberagaman. Tingkat dan jenis persaingan merupakan variabel penting dalam modifikasi iklan tersebut.
                Pada awal abad 21, terjadi pertumbuhan yang cepat dalam penggunaan internet untuk beriklan, meskipun masih belum jelas apakah akan menghasilkan pendapatan yang cukup menguntungkan bagi media yang beroperasi di internet. Namun, diprediksi beberapa media terutama koran yang bergantung pada tipe iklan terlihat cocok untuk menggunakan media internet.

Struktur biaya media
                Salah satu kekhasan dari media massa tradisional adalah adanya potensi ketidakseimbangan antar biaya tetap dan biaya variabel dari produksi. Biaya tetap mengacu pada hal-hal seperti; tanah, instalasi fisik, peralatan, dan jaringan distribusi. Sedangkan biaya variabel mengacu pada; material, perangkat lunak, dan buruh. Semakin tinggi rasio biaya tetap terhadap biaya variabel, maka semakin rentan bisnis itu mengubah lingkungan pasar. Media tradisional memiliki rasio tinggi antara biaya tetap dan biaya variabel, dengan modal investasi besar, yang harus diperoleh kembali melalui pendapatan penjualan dan pendapatan dari iklan.
                Sifat tipe produk media adalah, memiliki harga yang sangat tinggi untuk ‘cetakan pertama’. Semua beban biaya tetap dimasukkan kedalam harga setiap koran harian atau cetakan pertama dari sebuah film, setelah itu biaya marjinal cetakan berikutnya/salinan tambahannya menurun dengan sangat cepat. Hal ini membuat media tradisional, seperti koran rentan terhadap fluktuasi permintaan dan dalam pendapatan dari iklan. Biaya tetap yang tinggi juga akan menghalangi munculnya pendatang baru dalam bisnis media. Dibawah rezim otoriter, kerentanan ekonomi dari koran membuat pemerintah lebih mudah untuk memberikan ancaman kepada koran yang bersangkutan dengan penghentian suplai dan distribusi.
                Kehadiran media baru, membuka ketidakpastian baru bagi media yang telah mapan. Secara umum, tampak seolah-olah biaya tetap bisa jauh lebih rendah dibandingkan dengan media tradisional, dengan biaya masuk yang jauh lebih rendah serta kemudahan yang lebih besar untuk memasuki pasar. Namun biaya produksi konten yang bernilai tinggi akan bersaing untuk mendapatkan popularitas di pasar internasional sehingga mereka akan terus berada dibawah tekanan yang memiliki popularitas diatas mereka. Beberapa faktor baru juga diperkenalkan dalam pasar media, dengan munculnya format baru dan website seperti media sosial atau e-bay (online shopping) membuat pembagian antara biaya tetap dan biaya variabel kurang relevan untuk perkembangan baru ini.

Kepemilikan dan Kendali
Kepemilikan tidak hanya menghilangkan sifat alami media bukan hanya teori Marxist, tapi sebuah aksioma yang disampaikan Altschull (1984) dalam "hukum kedua jurnalisme" yang menyebutkan bahwa konten media selalu mencerminkan keberpihakan dari mereka yang membiayai media tersebut.Tak heran, ada beberapa bentuk kepemilikan dari media yang berbeda dan kekuatan dari pemilik modal dapat menjadi "latihan" dalam cara yang berbeda.
Walaupun, ada media yang pemiliknya membiayai untuk hak istimewa dari konten yang mempengaruhi, namun sebagian lagi pemilik hanya ingin keuntungan, dan sebagian lainnya media dibiayai dari sumber yang berbeda pula.Hal ini meliputi investor swasta yang terdiri dari perusahaan media lainnya, pengiklan, pelanggan, publik atau subsidi yang diberikan swasta dan pemerintah.Penaruh dari kepemilikan sering kali tidak langsung dan rumit, serta sangat jarang mempengaruhi.
Sebagian besar media terdiri dari tiga kategori kepemilikan yakni perusahaan komersial, lembaga swasta nirlaba dan sektor publik.Bagi pemilik media, maka itu akan relevan apakah perusahaan itu publik atau swasta, media besar atau konglomerat atau hanya media kecil yang independen.Tuntsall dan Palmer pada 1991 mengatakan kepemilikan media besar oleh para taipan hanya ingin mengambil keuntungan pribadi dalam kebijakan redaksi.
Kemudian, kepemilikan media oleh lembaga nirlaba lebih netral serta dirancang untuk melindungi independensi media. Kepemilikan media lembaga nirlaba misalnya lembaga dengan budaya yang khusus atau tugas sosial seperti partai politik, gereja dan lainnya.Sementara kepemilikan masyarakat juga datang dengan bentuk yang berbeda dan dirancang untuk memaksimalkan independensi dari pengambilan keputusan atas konten media.

Dampak dari Kepemilikan
Teori liberal meletakkan asumsi bahwa kepemilikan dapat berjarak dari kendali keputusan media. Keputusan mengenai anggaran media, strategi bisnis, sumber daya diambil oleh pemilik atau direksi, sementara redaktur dan pembuat keputusan dibiarkan mengambil keputusan tentang konten media yang merupakan keahlian mereka.
Pada beberapa situasi dan negara, ada penengah yang dirancang untuk melindungi integritas kebijakan editor dan kebebasan jurnalis.Dalam hal profesionalisme, kode etik, reputasi publik, dan bisnis maka diperlukan kepedulian pada masalah pengaruh pemilik yang tidak semestinya.Media komersil harus mencetak untung agar tetap bertahan dan sering kali melibatkan pengambilan keputusan yang mempunyai pengaruh pada konten.
Hal ini juga menjadi fakta bahwa sebagian besar media swasta mempunyai kepentingan dalam sistem kapitalis cenderung memberikan dukungan pada pemilik saham. Contohnya dukungan yang luar biasa dari redaksi koran Amerika kepada kandidat presiden dari Republik sepanjang tahun 1989 dan fenomena itu juga terjadi di beberapa negara di Eropa. Semua itu tentunya ada keterlibatan redaksi.Kepemilikan publik bertujuan untuk menetralkan atau menyeimbangkan tekanan khusus tersebut, meskipun itu berarti harus mengikuti aturan redaksi tertentu (meskipun satu netralitas).

Terdapat beberapa kalimat kunci yang mewakili kepemilikan dan kendali yakni:
1.       Kebebasan pers mendukung hak pemilik untuk menentukan konten dari pemberitaan.
2.       Bentuk dari kepemilikan yang tak terelakan adalah pengaruhnya dalam konten pemberitaan.
3.       Kepemilikan dalam jumlah besar dan kompetisi bebas adalah pertahanan terbaik dalam melawan penyalahgunaan wewenang oleh pemilik media.
4.       Biasanya ada pengecekan dan keseimbangan dalam sistem untuk membatasi pengaruh pemilik yang tak diinginkan.

Kompetisi dan Konsentrasi
Kompetisi bebas harus mengarah pada keberagaman dan perubahan struktur media, meskipun kritikus menunjukkan dampak yang sebaliknya, yakni mengarah pada monopoli (ekonomi yang tidak diinginkan maupun dasar sosial) (Lacy dan Martin, 2004).Sejauh ini, ekonomi media menaruh perhatian pada tiga aspek yakni kompetisi antarmedia, kompetisi intramedium dan kompetisi antarperusahaan.
Kompetisi antarmedia tergantung pada produk yang bisa digantikan dengan yang lainnya (contohnya berita di internet untuk pemberitaan di televisi atau di koran) dan iklan dapat digantikan dari satu sarana ke yang lainnya.Kedua pergantian tersebut mungkin terjadi, namun hanya terjadi pada kasus tertentu.

Konsentrasi horizontal vs vertikal
Pada umumnya, konsentrasi media dibedakan menjadi horizontal dan vertikal. Konsentrasi vertikal merujuk pada pola kepemilikan yang memperluas melalui tahapan produksi dan distribusi yang berbeda (contoh instansi, studio film dimiliki oleh jaringan bioskop) atau geografi (nasional membeli koran lokal).Sementara kecenderungan dari konsentrasi vertikal,  ada juga yang dikenal dengan tren menuju "pemilahan" aktivitas media khususnya pemisahan produksi dan distribusi.
Hal itu dipercepat oleh internet karena banyaknya persaingan situs dan tidak ada kapasitas produksi. Gaya lama dari hirarki kontrol dari perusahaan media menjadi tidak terstruktur, yang mana oenyusunan pasar ditentukan oleh hubungan antara bagian organisasi dibandingkan dengan perintah dan kontrol langsung (Collins, 2008).
Konsentrasi horizontal merujuk pada penggabungan dengan pasar yang sama (contohnya persaingan dua koran lokal). Kedua proses tersebut terjadi pada banyak negara, meskipun dampaknya dapat dimodifikasi oleh keberlanjutan media dan kebangkitan media baru.Keberagaman sering kali dilindungi oleh kebijakan publik melawan kepemilikan lintas media (media yang berbeda dimiliki dan dijalankan oleh perusahaan yang sama, khususnya pada pasar geografis yang sama).
Media dapat juga terlibat dalam konsentrasi horizontal melalui penggabungan perusahaan di industri yang berbeda, maka koran atau saluran televisi dapat dimiliki oleh perusahaan bukan media. Hal ini tidak langsung mengurangi keberagaman media, tapi dapat menambah kekuatan dari media massa dan melebarkan implikasi iklan.

Dampak dari konsentrasi bentuk lain
De Ridder, 1984, membedakan antara penerbitan atau kepedulian (kepemilikan), tajuk rencana dan level audiens. Kepemilikan merujuk pada meningkatnya kekuatan dari kepemilikan atau stasiun televisi.Perusahaan media dapat mengurang indenpendensiruang redaksi (sejauh keputusan konten media dipertimbangkan), meskipun rasionalisasi dari bisnis dan perusahaan mengarah kepada pembagian layanan dan mengurangi perbedaan. Independensi dari suatu redaksi itu sulit diukur. Begitu juga dengan dampak dari kedua internet pada kedua tipe konsentrasi juga belum dapat diukur.
Kenaikan jumlah situs berita dan kepemilikan, tapi ada kecenderungan untuk membangun kekuasaan secara besar dan sukses seperti halnya Google dan AOL-Time Warner.Perubahan yang relatif kecil dari kepemilikan dapat meningkatkan konsentrasi audiens (dalam ketentuan proporsi kendali ditentukan oleh grup penerbit).Sebenarnya konsentrasi audiens dapat dicapai tanpa kepemilikan.  Media besar mencari jalan keluar dari produk melintasi batas media dan tas. Tujuannya untuk mendapatkan target yang ingin dicapai.

Tingkat konsentrasi
Tingkat konsentrasi media biasanya diukur melalui jangkau yang meliputi besarnya perusahaan, kendali produksi, pekerja, distribusi, dan pelanggan.Situasi dari konsentrasi media dapat berbeda dari satu kompetisi sempurna ke monopoli, dengan perbedaa tingkat diantaranya. Media yang berbeda menempati tempat yang berbeda dalam satu kesatuan, dengan berbagai alasan.
Jarang sekali terjadi kompetisi yang sempurna, tapi kompetisi biasanya berlangsung tinggi dan terjadi pada penerbit buku dan majalah di banyak negara.Stasiun televisi dan koran nasional pada umumnya oligopoli dan sangat jarang terjadi monopoli. Alasan utama dari upaya peningkatan konsentrasi media dan integrasi dari kegiatan adalah untuk pengembangan bisnis dan kekuatan pasar.

Isu kebijakan yang timbul
Perkembangan konsentrasi media baik nasional dan internasional menaikkan tiga isu kebijakan publik yang pokok yakni harga, produk dan posisi pesaing. Masalah utama dari harga perlu dilakukan karena berkaitan dengan perlindungan pelangan, jika ada monopoli, kekuatan yang besar tentunya dengan semena-mena memasang harga.Kemudian isu produk, perlu dilakukan dengan konten layanan monopoli media khususnya kualitas dan pilihan yang memadai,dan bagi siapa konten media tersebut ditujukan.Isu ketiga yakni kompetitor atau pesaing, yang mengacu pada pesaing sebagai akibat dari skala ekonomi atau keuntungan dari pasar iklan atau penggunaan keuangan untuk terlibat dalam kompetisi yang "berdarah-darah".
Ide pokok dari kompetisi dan konsentrasi media adalah:
a.       Konsentrasi dapat ditemukan pada tiga level yakni antarmedia, intramedium (dalam sektor) dan antarperusahaan.
b.      Konsentrasi dapat horizontal atau vertikal.
c.       Konsentrasi dapat diamati dengan organisasi pada tiga level yakni penerbit/pemilik, tajuk rencana dan pelanggan.
d.      Tingkat konsentrasi dapat diukur dengan ketentuan pembagian nilai pasar, pembagian pelanggan dan pembagian saluran.
e.      Dampak dari konsentrasi sulit untuk diukur diluar peningkatan kekuatan pasar dan pengurangan keragaman.
f.        Konsentasi adalah diperhitungkan menjadi banyak dimana tiga atau empat perusahaan mengendalikan lebih dari 50 persen pasar.
g.       g, Konsentrasi dapat didorong oleh kompetisi tinggi, sinergi dan keuntungan yang tinggi.
h.      Beberapa konsentrasi dapat menguntungkan pelanggan.
i.         Dampak yang tak diinginkan dari kelebihan konsentrasi adalah kehilangan keragaman, harga tinggi, dan akses terbatas untuk media.
j.        Konsentrasi dapat diperangi dengan regulasi dan dorongan pendatang baru di pasar itu.

Tata Kelola Media Massa
Cara di mana media dikendalikan dalam masyarakat demokratis menggambarkan bagaimana eksistensi media (secara keseluruhan) dalam bisnisnya, secara politik, kehidupan sosial budaya sehari-hari, dan kekebalan relatif terhadap regulasi pemerintah. Penggunaan terminologi “governance” dalam konteks ini sebagai penggambaran serangkaian tata hukum, regulasi, aturan dan konvensi guna melakukan kontrol atas kepentingan umum, termasuk industri media. Governance (tata kelola pemerintahan) mengacu pada sebuah proses di mana berbagai pelaku yang berbeda, bekerja sama untuk tujuan yang berbeda, dengan aktor yang berasal dari kalangan dunia usaha, organisasi masyarakat sipil (lembaga swadaya masyarakat atau sejenisinya) dan juga dari pemerintah.

Tujuan dan bentuk dari governance
Variasi bentuk dari governance yang diterapkan pada media massa, menggambarkan keanekaragaman tujuan atas kendali yang dilakukan terhadap aktor-aktor yang terlibat. Hal ini termasuk:
§  perlindungan terhadap kepentingan pokok dari negara dan kepentingan umum, termasuk mencegah kerugian bagi masyarakat umum;
§  perlindungan terhadap hak dan kepentingan individu;
§  mempertemukan kebutuhan dari industri untuk operasional dan keberlangsungan industri itu sendiri;
§  mempromosikan kebebasan, bentuk komunikasi yang lain dan nilai-nilai budaya;
§  mendorong inovasi teknologi dan usaha-usaha ekonomi;
§  perumusan teknis dan standar atas infrastruktur;
§  mempertemukan kepentingan internasional, termasuk penghormatan terhadap hak asasi manusia;
§  mendorong akuntabilitas media.
Governance dapat diterapkan pada empat tingkat, yaitu tingkat internasional, nasional, regional dan tingkat lokal. Dalam prakteknya, regulasi internasional lebih kepada batasan tentang hal-hal teknis dan terkait dengan masalah organisasi media, namun regulasi tersebut dapat berkembang ruang lingkupnya, khususnya bagi media yang telah mendunia (publikasi pada tingkat internasional). Kebanyakan bentuk governance diterapkan pada tingkat nasional, namun beberapa negara bagian (dalam bentuk negara federal) menerima pelimpahan tanggung jawab dari pemerintah pusat.
Bentuk utama dari media governance:

Formal
Informal
Eksternal
Penegakan hukum dan regulasi melalui lembaga peradilan dan badan regulator publik
§  Kekuatan pasar,
§  Lobi antar kelompok,
§  Opini publik,
§  Ulasan dan kritikan
Internal
§  Manajemen,
§  Regulasi internal yang dibentuk oleh perusahaan atau industri,
§  Budaya organisasi
§  Profesionalisme,
§  Kode etik dan tindakan

Media governance dalam sistem kebebasan media, dapat dirancang dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
§  Keragaman media memerlukan keragaman bentuk dari governance (pengaturan, tata kelola),
§  Kontrol dapat lebih disesuaikan untuk media massa dibandingkan media skala kecil karena kemungkinan efek yang lebih luas,
§  Kontrol dapat lebih diterapkan pada struktur, daripada konten/isi,
§  Kelonggaran atas sensor maupun hukuman atas publikasi yang dilakukan media, yang konsisten/sejalan dengan kebebasan dan demokrasi,
§  Regulasi internal biasanya lebih dipilih, daripada menggunakan kontrol ekternal atau yang bersifat hirarkis.

Regulasi Media Massa : Model Alternatif
Karena sejarah dan alasan lainnya, media telah tunduk pada tipe dan derajat regulasi yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut berhubungan dengan empat faktor yaitu:
1.       Kekuatan media untuk mengklaim kebebasan, terutama dalam tipe dan isi yang ditampilkan,
2.       Derajat dari suatu potensi bahaya yang akan dirasakan oleh masyarakat,
3.       Karena alasan keadilan,
4.       Karena alasan praktis.
Lebih lanjut, regulasi terhadap media dapat dibandingkan dalam tabel berikut:

Cetak
Siaran
Bentuk Umum Lainnya (berhubungan dengan jasa komunikasi: surat menyurat, telepon, telegram,dll.)
Regulasi terhadap infrastruktur
Tidak ada
Tinggi
Tinggi
Regulasi terhadap isi
Tidak ada
Tinggi
Tidak ada
Akses bagi pengirim
Terbuka
Terbatas
Terbuka
Akses bagi penerima
Terbuka
Terbuka
Terbatas

Tiga model alternatif mengenai regulasi media massa (Pool, 1983)
Model kebebasan pers
§  Pers bebas dari regulasi dan kontrol pemerintah.
§  Kebebasan pers seringkali dinyatakan dalam konstitusi nasional dan internasional, sebagai contoh European Convention on Human Rights dan United Nations Charter.
§  Bukan pers yang benar-benar bebas, namun seringkali dimodifikasi dengan kebijakan publik untuk menjamin harapan masyarakat atas manfaat dari kebebasan dan independensi pers.
§  Pers seringkali mendapatkan perlindungan dari negara, sebagaimana perlindungan terhadap hal-hal yang menghasilkan manfaat ekonomis. Pers dapat memperoleh pinjaman dana, konsesi pajak dan subsidi. Terhadap kepemilikan pers, negara dapat mengeluarkan aturan hukum untuk melawan kepemilikan asing dan kepemilikan terpusat (pers yang terkonsentrasi kepemilikannya pada pihak-pihak tertentu).
§  Penerapan kebebasan pers dilakukan dalam membukukan suatu publikasi dan penerapan lainnya yaitu kebebasan bermusik.
§  Tindakan hukum tetap dapat dilakukan untuk melawan pers karena adanya pelanggaran tertentu, sebagai contoh, muatan pers yang bertendensi fitnah.

Model penyiaran
§  Sarat dengan regulasi. Regulasi diterapkan pada hal-hal teknis penyiaran dan bertujuan untuk menjamin penggunaan yang adil terhadap spektrum (frekuensi) dan kontrol terhadap monopoli.
§  Konsep pelayanan publik ada dalam model penyiaran ini, meskipun derajat pelayanan publik tersebut bervariasi, dari yang lemah (sebagai contoh di Amerika) hingga yang kuat (sebagai contoh di Eropa). Penyiaran publik yang dikembangkan sepenuhnya biasanya didukung dengan kebijakan dan regulasi, secara spesifik diatur dalam hukum media untuk mengatur industri penyiaran dan dibentuk sebuah organisasi birokrasi untuk pelaksanaan regulasi tersebut.
§  Munculnya isu privatisasi dan komersialisasi mulai melemahkan kekuatan yang dimiliki model penyiaran. Di Eropa, hal ini ditandai dengan adanya perpindahan saluran dan operasional media dari kepemilikan publik menjadi privat, termasuk sumber pembiayaan, dan para pesaing baru dari saluran penyiaran publik.
§  Meskipun diterpa isu privatisasi dan komersialisasi, namun dari sebuah “tes” terhadap kepentingan publik di Eropa, media penyiaran tetap menjadi ketertarikan publik yang ditandai dengan respon yang baik dari para pemirsanya. Media penyiarannya tetap dapat membawa nilai-nilai positif, terutama dalam proses demokrasi dengan menjamin akses yang sama bagi setiap partai politik dan kecenderungannya untuk memberikan akses pada kepentingan nasional.Pertanyaan: Bagamaina dengan kondisi di Indonesia?

Bentuk umum lainnya (Common Carrier Model)
§  Berhubungan dengan jasa telekomunikasi, antara lain surat-menyurat, telepon, dan telegram.
§  Pengaturan terhadap model ini dilakukan untuk tujuan efisiensi dan kepentingan konsumen.
§  Regulasi dititikberatkan pada infrastruktur dan kepentingan eksploitasi ekonomi, serta tidak banyak dilakukan untuk mengatur konten. Hal ini yang membedakan dengan model penyiaran, yang memiliki pengaturan yang tinggi terhadap konten meskipun pertumbuhan infrastrukturnya banyak dilakukan oleh kelompok privat (swasta).

Tantangan saat ini muncul dari “konvergensi” moda komunikasi, dimana regulasi tidak benar-benar dapat memisahkan antara bentuk moda komunikasi cetak dan penyiaran. Teknologi satelit dan komunikasi dapat digunakan untuk menyampaikan tiga jenis model media tersebut (cetak, penyiaran, common carrier model), lembaga penyiaran dapat memproduksi surat kabar, jaringan telepon juga dapat menyediakan saluran televisi dan bentuk media lainnya. Perlu untuk meninjau kembali regulasi yang didasarkan pada pembatasan ketiga model media tersebut dan disesuaikan dengan perkembangan situasi saat ini.

Status “Hibrida” dari Internet
Internet dikembangkan dalam semangat kebebasan yang ada dari segala bentuk kontrol (Castells, 2001) dan dalam tahap perkembangannya dimaknai sebagai bentuk menengah dari common carrier model, yang menggunakan sistem telekomunikasi untuk transmisinya dan pertukaran pesan serta informasi. Karena kebebasannya, internet telah memberikan pengaruh pada pers untuk membuka akses kepada siapa pun yang ingin mengambil peran sebagai pengirim (informan, kontributor, dll.). Namun, kebebasan tersebut masih jauh dari perlindungan hukum dan tampak sangat rapuh.
Internet tidak secara spesifik diatur dalam regulasi pada tingkat nasional dan tidak secara khusus dalam suatu bidang hukum tertentu. Sulit untuk melakukan regulasi karena sifatnya yang antar negara, antar wilayah hukum dengan masing-masing memiliki regulasi yang berbeda, fungsi yang beragam dan karakter (pengguna) yang tidak dikenali. Kontrol pada akhirnya diserahkan pada penyedia jasa internet yang hak dan kewajibannya hukumnya juga masih belum jelas. Pertanyaan: Apakah hadirnya UU ITE di Indonesia telah menjawab permasalahan tersebut?
Ada peningkatan kemungkinan bahwa internet pada akhirnya akan diserahkan pada kondisi semi-regulasi atau dengan kata lain regulasi yang tidak terlalu ketat. Pendapat Collins (2008) untuk melawan mitos dari pengaturan internet, pertama, pasar dapat mengambil peran pada setiap keputusan; kedua, pengaturan tersebut sangat merasuk dan efektif; dan ketiga, substansi pengaturannya sangat berbeda dengan bentuk media yang telah ada sebelumnya. Internet bukanlah subjek tunggal dan tidak dapat digolongkan pada bentuk media tunggal yang telah ada (cetak, penyiaran, bentuk umum lainnya).
Bagan di bawah ini, menggambarkan media berdasarkan dimensi massa dan interpersonal, serta dimensi jeda/kontak mediasi yang terjadi (bersifat instant/langsung dan terdapat jeda). Dimensi ini cukup signifikan dalam perumusan regulasi kebijakan publik.


Serempak                                                                   Tidak Serempak
Jeda
Inter-personal
Telepon
Kepemilikan privat
Bentuk umum (common carriage)
Monopoli
Pos
Kepemilikan publik
Bentuk umum
Monopoli
Pola/Bentuk
Penyiaran
Kepemilikan privat
Perijinan fidusia
Oligopoli (sedikit produsen)
Cetak
Kepemilikan privat
Otonom dalam proses perumusannya
Kompetitif
Massa

Internet dapat masuk ke dalam 4 kuadran di atas, tergantung pada pertanyaan yang digunakan dan bagaimana internet diklasifikasikan. Internet dapat menjadi media penyiaran, pertukaran, konsultasi atau media personal. Karena internet tidak dapat secara tegas dimasukkan ke dalam satu bentuk media, maka pengaturannya pun tidak dapat hanya merujuk salah pola pengaturan media yang telah ada (cetak, penyiaran atau bentuk umum lainnya). Secara lebih mudah, pengaturannya dapat didasarkan pada kepentingan privat atau kepentingan publik.

Pergeseran Paradigma dalam Kebijakan Media
Tren regulasi yang didasarkan pada jenis media, banyak digunakan sebagai pendekatan dalam perumusan kebijakan media. Beberapa elemen dalam pendekatan tersebut antara lain adalah bagaimana membuat media lebih akuntabel terhadap masyarakat, pengaruh globalisasi, tren deregulasi dan privatisasi terhadap media. Van Cuillemberg dan McQuail (2003) mengidentifikasi tiga fase dari kebijakan komunikasi di beberapa belahan dunia.
1.       Munculnya kebijakan karena industri komunikasi
Pada tahap ini (awal abad ke-19 sampai dengan Perang Dunia Kedua), komunikasi dan kebijakan media terutama mengacu pada teknologi yang muncul dari radio, telegraf, telepon dan nirkabel. Kebijakan komunikasi di era ini didorong karena kepentingan negara dan untuk melindungi industri.
2.       Pelayanan publik
Dalam fase ini muncul kesadaran bahwa komunikasi dimaknai lebih dari sekedar teknologi. Komunikasi dipandang dapat mendorong kesejahteraan. Kebijakan digunakan untuk mendorong hal-hal positif seperti promosi budaya dan tujuan sosial, dan mengurangi hal-hal negatif yang membawa dampak buruk pada masyarakat. Untuk pertama kalinya, pers datang dalam lingkup kebijakan publik untuk membatasi kekuatan pemilik monopoli dan mempertahankan standar dalam menghadapi tekanan komersial. Fase ini mengalami puncaknya di Eropa pada tahun 1970, dan menunjukkan penurunan setelah periode tersebut.
3.       Internasionalisasi, digitalisasi dan konvergensi
Kebijakan tetap dipandu oleh tujuan politis, sosial dan ekonomi, namun mengalami perubahan interpretasi. Prinsip utama yang digunakan dalam kebijakan publik di bidang komunikasi adalah kebebasan, akses dan pelayanan yang universal, serta akuntabilitas.

Sistem Media dan Sistem Politik
Prinsip yang mendasari hubungan media dan masyarakat, menurut Siebert (1956), adalah bahwa pers selalu membentuk dan mewarnai tatanan sosial dan politik yang berlangsung didalamnya. Hal tersebut khususnya tercermin dari sistem kendali sosial dimana hubungan antara individu dan institusi adalah hal biasa.
Terdapat tiga model hubungan antara media dan sistem politik menurut Hallin dan Mancini (2004):

Liberal
Korporat Demokratis
Pluralis Terpolarisasi
Peranan negara dalam media
Lemah
Kuat
Kuat
Konsensus atau polarisasi politik
Campuran
Lebih Konsensus
Lebih Terpolarisasi
Profesionalisasi jurnalisme
Rendah
TInggi
Sedang
Paralelisme pers dengan politik
Rendah
Sedang
Tinggi
Kehadiran klientilisme
Rendah
Rendah
Tinggi
Prinsip inti dari sistem pers yang mendominasi di Amerika Serikat terlihat seperti berikut: berita yang yang utama umumnya selalu berada pada bidang konsensus yang resmi dan konflik ditampilkan pada pernyataan publik oleh pejabat kunci pemerintahan yang mengatur area kebijakan dan proses membuat keputusan yang membuat itu menjadi sebuah berita. Jurnalis menyesuaikan berita menurut prinsip kekuatan dinamis ini. Sembari hal itu berjalan, proses penyesuaian dilakukan secara implisit oleh korps wartawan yang menciptakan pembobotan untuk menentukan berita apa yang ingin dimunculkan, apa keunggulan berita tersebut, berapa lama itu akan dimunculkan dan siapa yang menerima keuntungan darinya.


Kesimpulan
Di dalam bab ini pada intinya membahas secara ringkastentang topik utama ekonomi media dan sistem yang khas dari tata kelola media. Keduanya menunjukkan gambaran khusus jika dibandingkan dengan sektor industri lain ataupun institusi di bidang lain. Perbedaan utama jika dibandingkan dengan keduanya adalah terlihat bahwa media memiliki karakter dualisme. Di satu sisi media merupakan industri komersil namun sekaligus juga merupakan elemen kunci baik di bidang politik, budaya maupun kehidupan sosial bagi masyarakat. Media tidak bisa sepenuhnya dibiarkan menjadi sebuah pasar namun juga tidak bisa diatur terlalu ketat. Baik perusahaan yang bergerak di bidang media maupun pemerintah memiliki kebebasan penuh untuk menerapkan kebijakan. Meskipun saat ini kebebasan merupakan tren yang sedang berlangsung namun tentu ini akan mencapai batasannya kelak.
Sejauh apapun campur tangan pemerintah, kebebasan sebagai salah satu karakter media yang menonjol pasti masih akan tetap tetap terasa. Media massa hanya bisa diatur pada tepiannya agar jangan sampai melewati batasnya dan diatur secara tidak langsung oleh pemerintah. Bentuknya bisa beragam, dari sisi internal maupun eksternal, dengan cara yang formal ataupun informal, namun mungkin lebih penting untuk bisa mengaturnya secara internal dan informal. Tentu untuk jenis teknologi media yang berbeda harus diterapkan bentuk peraturan yang berbeda pula. Pada akhirnya semua perbedaan tata kelola yang ada sangat tergantung dari perbedaan akar sejarah dan budaya politik masing-masing bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar