Jumat, 29 Juni 2012

Kisah Laskar yang Tak Pernah Mati


Jika ditanya, laskar apa yang tak pernah mati? Jawabannya adalah Laskar Pelangi, sebuah novel yang kisah perjuangan 10 anak miskin Belitong dalam menggapai pendidikan.

Suka atau tidak, sejak kemunculan pertamanya pada 2005, nama Laskar Pelangi seakan tak pernah surut dari pemberitaan.

Laskar yang satu ini, seakan tak pernah kehilangan tuahnya. Dia sekaan memiliki kekuatan yang bisa mengubah suatu daerah. Kunjungan wisatawan ke Belitong meningkat hingga 800 persen sejak novel tersebut terbit.

Nama Laskar Pelangi pun seakan menjadi "jualan" yang pastinya akan laris manis.

Di Belitong kita akan menemukan tujuan wisata yakni Galeri Laskar Pelangi, sekolah Laskar Pelangi, Festival Laskar Pelangi, pelabuhan Laskar Pelangi, jalan yang bernama Laskar Pelangi bahkan "seabrek" warung yang menambahkan embel-embel itu. Bahkan Belitung Timur dijuluki sebagai negeri Laskar Pelangi.

Tak hanya melambungkan nama penulisnya, Andrea Hirata, yang masuk dalam jajaran penulis ternama Tanah Air. Novel itu juga telah diterbitkan di 22 negara dalam 19 bahasa.

Pekan lalu, novel yang kisah perjuangan 10 anak miskin Belitong dalam menggapai pendidikan itu, terbit di Brazil dan mendapat sambutan hangat dari masyarakat negara itu.

Bahkan koran terbesar di Brazil, O Globo, dalam "review"-nya mengatakan bahwa "Laskar Pelangi" adalah karya sastra Indonesia yang mengejutkan.

Kabar terbaru, sastrawan asal Brazil Paulo Coelho dikatakan akan memberi komentar novel tersebut pada edisi internasionalnya "The Rainbow Troops".

"November nanti, edisi internasional akan terbit di AS," ujar Andrea Hirata.

Edisi internasional novel tersebut akan diterbitkan penerbit ternama dunia, Farrar, Straus and Giroux (FSG) yang kerap menerbitkan karya para pemenang Nobel Sastra.

Tak heran, kemudian lelaki yang akrab disapa Andis tersebut, digadang-gadangkan sebagai nominator penerima Nobel Sastra. Jika benar, Andrea merupakan orang kedua dari Indonesia setelah Pramoedya Ananta Toer yang dinominasikan untuk meraih penghargaan bergengsi itu.



Beragam Adaptasi

Laskar Pelangi juga telah diadaptasi menjadi sebuah film yang berjudul sama pada 2008. Film itu menjadi salah satu film terlaris di Indonesia dengan berhasil menyedot penonton sebanyak 4,6 juta orang.

Pada awal tahun ini, rumah produksi milik Brad Pitt, Plan B, pun tertarik untuk membuat film versi Amerika. Namun Andrea masih belum mengambil keputusan apa pun, karena masih konsentrasi untuk penerbitan versi internasional.

Kemudian, novel tersebut diadaptasi lagi menjadi sebuah drama musikal pada akhir 2010. Isi drama itu sama dengan novelnya, para pemainnya pun juga diharuskan untuk bernyanyi dan menari.

Tak habis sampai di situ, Laskar Pelangi kembali diadaptasi menjadi mini seri yang tayang di televisi nasional.

Andrea Hirata menolak jika hal tersebut jika dirinya mengkomersilkan karyanya. Menurutnya, dia hanya berupaya agar semangat yang ada di novel Laskar Pelangi sampai di seluruh anak Indonesia.

"Banyak anak-anak Indonesia yang masih belum beruntung. Mereka tidak bisa membaca novel dan menonton filmnya karena tidak ada toko buku ataupun bioskop di kampungnya. Salah satu caranya adalah melalui media televisi."

Dengan mini seri 15 episode yang ditayangkan di televisi, dia berharap 30 juta anak di Tanah Air bisa menyerap pesan yang disampaikan oleh Laskar Pelangi.

"Semangat pantang menyerah dan berani untuk bermimpi," tegas dia.

Melalui media televisi, lanjut dia, pesan dari novel terus yakni semangat dan keberanian untuk bermimpi bisa menular ke anak-anak Indonesia.

Pada Senin (25/6) malam lalu, juga diluncurkan Laskar Pelangi Song Book. Buku yang dilengkapi CD yang berisi lima lagu dan cerpen.

Buku itu menceritakan kecintaan Andis pada tanah kelahirannya yang kemudian menginspirasi karya-karyanya. Selain itu juga keprihatinan terhadap minimnya lagu anak-anak dalam beberapa tahun ini.

"Kalau mau idealis, Laskar Pelangi jangan jadi apa-apa (film, drama musikal dan lagu). Tapi saya tidak bisa menolaknya untuk tidak jadi apa-apa."

Lalu setelah itu apalagi, Andis? Lelaki itu tersenyum dan menjawab pelan, ada usulan untuk sebuah film animasi. Wow.

"Sebenarnya sudah menumpuk proposal di tempat saya. Juga sudah ada yang menyurati. Tapi saya ingin yang membuat animasi ini adalah orang Indonesia," ujar dia.

Dia mengaku selektif dan tak mau tanggung-tanggung berkarya untuk menjaga kualitas. Namun, dia mengaku tidak akan ikut campur dalam proses pembuatannya.

Misalnya saja ketika dia membuat lagu Laskar Pelangi, Andis mengajak serta keponakannya yang berumur dua tahun untuk mendengarkan lagu tersebut.

Penulis skenario Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi, Salman Aristo, mengatakan Andrea tak pernah mencampuri skenario yang ditulis olehnya. Meskipun Andrea merupakan penulisnya.

"Dia tak bawel dalam penulisan naskah untuk film. Dia menyerahkan semuanya kepada saya untuk melakukan eksplorasi," kata Salman.

Begitu juga untuk film ketiga dari tetralogi Laskar Pelangi, Edensor, semua penulisan naskah juga diserahkan kepada Salman. Pada tahun-tahun mendatang, bukan tidak mungkin kita akan menemukan Laskar Pelangi dalam beragam kemasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar