Selasa, 15 Mei 2012

Ya

"beep..beep...beep.."
getar dari ponsel membangunkanku Ahad pagi lalu. Sebuah pesan pendek dari bibiku, yang sekarang tengah menempuh studi masternya di UI.

"Indri, nenek sakit. Bibi pulang hari ini, berangkat jam 12. Kasih maaf nenek ya."

Agak bingung aku membacanya, dan kuputuskan tidak membalasnya saat itu. Namun bayanganku tentang nenek menari-nari. Nenek yang ku maksud adalah ibu dari ibuku. Ibuku adalah anak pertamanya dan meninggal sekira delapan tahun yang lalu. Dua tahun yang lalu, anak perempuannya yang lain juga meninggal karena kanker rahim.



"Nenek sakit apa bi?" aku membalas pesan singkat itu.
"Sakitnya tambah parah, makan ndak mau. Badan udah tinggal tulang. Bibi mohon sama indri, maafkan nenek ya, biar beliau pergi ga punya beban."

Aku tercekat...lama aku terdiam dan merenung. Mengapa harus meminta maaf pada diriku? Pikiranku melayang, 23 tahun yang lalu. Umurku memang masih dua atau tiga tahun, namun ingatanku cukup kuat mengingat semuanya. Ada sakit yang kurasakan. Perih...

Ingat bagaimana mereka (nenek dan anak-anaknya yang lain) memutuskan untuk mengantarkanku ke tempat nenek dari pihak bapak. Praktis sejak itu, aku terpisah dari ibu dan adikku. Tak ada telepon, surat ataupun salam yang sampai padaku.

Sakit, memang sakit sekali saat itu. Menjalani hidup seperti orang yang tak diharapkan. Kadang ku menangis dalam diam. Air mataku jatuh ke dalam.

Hingga kemudian, ketika aku sedikit dewasa dan mulai mencari keluarga yang terpisahkan. Sayang, tanggapannya tak seindah yang diharapkan. Dan aku memutuskan untuk hidup sendiri lagi...

Aku menghirup udara pagi. Dalam-dalam, terasa segar memenuhi rongga paruku. Mengambil ponselku dan menuliskan kata "Ya" dan mengirimkannya ke nomor bibiku.

Ya, aku sudah memaafkannya. Jauh sebelum ini, karena ini memang suratan tanganku...





Tidak ada komentar:

Posting Komentar