Senin, 20 Juni 2011
Hikayat Si Pembelot
"Tidak ada teman sejati dan tidak ada musuh abadi, yang ada hanya kepentingan"
Jargon ini sering ku dengar dalam politik. Tapi aku baru menyadarinya setelah menghadiri sidang gugatan hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Pekanbaru di Mahkamah Konstitusi.
Calon wali kota yang tak lain istri Gubernur Riau, Septina Primawati Rusli dan pasangannya Erizal Muluk, menggugat kemenangan pasangan Firdaus-Ayat yang sudah disahkan KPU.
Mereka tidak terima dengan kemenangan dengan alasan berbagai kecurangan yang ditemukan. Karena itu mereka membawa 70 saksi ke MK. (Bayangkan 70 saksi).
Dengan mata kepalaku sendiri, aku melihat pejabat yang dulunya dekat dengan wali kota Pekanbaru, Herman Abdullah, berbalik menyerang.
Sebut saja mantan Kepala Badan Kesbangpolinmas, Noverius, Mantan Sekretaris Camat Bukit Raya, Damsal dan sebagainya yang tak ku ingat satu persatu namanya.
Disini aku tidak membela siapa-siapa. Aku hanya setengah tak percaya, Damsal ataupun Noverius yang dulu selalu menguntit kemana wali kota pergi menjadi saksi untuk pihak lawan.
Memang wali kota dengan terang-terangan menyatakan dukungan bagi pasangan Firdaus-Ayat. Ia pun dengan mudahnya melakukan promosi, rotasi dan mutasi PNS. Bahkan selalu membawa Firdaus kemanapun dirinya pergi. Dengan segala upaya mendukung Firdaus, kadernya, untuk meneruskan kepemimpinannya.
Tapi bukan berarti, pihak lawan tidak melakukan apa-apa. Septina dengan posisinya sebagai istri gubernur sudah lebih dahulu bergerilya.
Mengemban lebih dari 28 organisasi kemasyarakatan mulai dari Kakwarda Pramuka, Ketua Koperasi, Ketua Peduli Autis dan sebagainnya. Untuk publikasi pun tak tanggung-tanggung. Setiap hari Septina tampil di koran lokal kasih bantuan ini itu. Bahkan di setiap sudut kota, ada foto dirinya beserta suami. Ada yang sedang olahraga, membaca buku dan tersenyum manja. Ah Septina...
Trus dananya darimana? Aku pun tak tahu pasti. Namun kabarnya berasal dari dana bansos pemprov Riau yang nilainya puluhan milyar. Tapi siapa yang bisa membuktikannya? semua berjalan rapi, apalagi kalau bagi-baginya rata.
PNS pun terpecah belah. Kubu pemprov dukung Septina. Kubu Pemko dukung Firdaus-Ayat. Tapi sebagian besar kubu Pemko adalah pembelot dengan harapan jabatan yang lebih tinggi. Apalagi sebagian besar pejabat Pemprov adalah masih kerabat Gubernur.
Memang, diatas kertas Septina menang. Mungkin dalam pandangan si pembelot. Toh, jika kalah pihak provinsi akan mau menampungnya karena jabatan gubernur hingga 2013. Paling tidak di rotasi ke lingkungan pemprov yang lebih bergengsi.
Hampir sebagian pejabat Pemko Pekanbaru yang menjadi pembelot. Tak tanggung-tanggung mungkin ada sekitar 50 persen.
Nah, salah satunya adalah Noverius. Ia yang semula memegang posisi sebagai Kesbangpolinmas dimutasikan menjadi staf ahli. Jabatan yang kurang strategis.
"Jelas sekali mutasi menjelang pilkada bernuansa politis," tudingnya dalam kesaksian itu...Entahlah...
http://riauterkini.com/pekanbaru.php?arr=36742
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar