Beberapa hari terakhir, jantung saya berdebar kencang. Mencapai 28 kali per 15 detik. Normalnya 20 hingga 22 kali per 15 detik. Saya juga sulit tidur, baru tidur jam 11 malam keatas, cepat capek dan mudah berkeringat.
Itu semua merupakan tanda-tanda hipertiroid. Saya memang menderita hipertiroid sejak dua tahun yang lalu. Tepatnya baru mengetahuinya.
Waktu itu, emak saya heran mengapa leher saya membesar. Bodohnya, saya jawab kalau leher saya tak apa-apa, malah saya bangga leher rasanya lebih kekar. Saya justru baru meneriksakannya ketika saya jatuh dari motor, dan dada saya kena stang motor. Oohhh..
Selama dua tahun, pengobatan putus nyambung. Dokter penyakit dalam yang memeriksa, bilang klo pengobatannya dilakukan selama dua tahun. Tapi saya malah berhenti, alasannya obatnya pahit.
Kemudian berobat lagi ke Dr Soesilowati di RS Siloam Kebon Jeruk pada April 2016. Dokternya bagus, periksa detak jantung, tremor pada tangan, punggung dan lagi-lagi dua tahun serta ga boleh hamil. Sebenarnya yang paling menakutkan saya adalah saya harus cek darah sebulan sekali.
Hal itu merupakan mimpi buruk buat saya. Bayangin, tiap bulan darah disedot. Aduh sakitnya. Saya pun putus pengobatan.
Memasuki 2017, saya mau sehat. Tapi saya mencoba pengobatan alternatif atau herbal seperti lintah, minum air Millagros, hingga detox synergi dengan minum jus noni.
Tapi bukannya membaik, malah sebaliknya. Penyakit saya kambuh. Malah makin parah, saya silau kalau siang hari di luar ruangan, kemudian kepala saya pusing. Ada yang menekan kepala, sehingga sakit banget.
Saya putus harapan, tapi sejujurnya saya ingin sembuh. Ingin melihat perkembangan anak saya hingga besar. Saya juga pengen punya anak lagi. Emak saya pun kasihan dengan kondisi saya.
Waktu itu, saya juga lagi stress dengan kerjaan dan kuliah. Dosen saya sulit ditemui serta bos saya menyebalkan. Sebagai penderita hipertiroid saya ga boleh stress, ga boleh capek.
Menurut saya ini cobaan, saya tipe pekerja keras, karena saya bukan keluarga kaya. Suami saya pun bukan orang kaya. Cuma pekerja biasa.
Saya harus bekerja untuk menghidupi keluarga saya karena saya suka makan di luar.. Hehe
Akhirnya saya googling, mencari dokter baru. Saya nemu, namanya Prof Slamet Suyono di Senopati, Jakarta Selatan. Prakteknya di sebelah apotek potenza.
Dokternya walaupun sudah Prof ramah dan baik. Dia bilang klo penyakit saya itu warisan. Turunan dari orang tua atau bisa juga dari keluarga ayah atau ibu.
Dalam hati saya, mengapa warisannya penyakit bukannya duit. Klo duit kan enak, saya bisa santai2 belanja dan leha-leha. Hehe.
Penyakit ini bisa dikendalikan dan bahkan tanpa obat sekalipun nantinya.
Tapi ini kan namanya takdir, saya harus terima. Baik dan buruknya. Well, Prof Slamet berpesan klo saya ga boleh stress dan capek. Tiap bulan ke sini dan cek darah dua bulan sekali. Hamil jangan dulu, tapi klo hamil apa boleh buat Buru-buru ke sini.
Saya juga harus menghindari makan seafood. Cumi, udang, kepiting, kerang, rumput laut, tapi ikan boleh...
Well, saya harap saya bisa konsisten berobat di Prof Slamet Suyono. Aamiin