Selasa, 01 September 2015

Haikal Sayang

     Pulang kuliah  semalam, dapat kabar yang kurang mengenakkan. Haikal, teman anakku Nana, meninggal setelah empat bulan berjuang melawan sakit di Rumah Sakit Umum Tangerang. Sedih tak terkira...
    Rasa-rasa terbayang, gerak langkah Haikal saat berjalan. Tubuhnya montok dan gagah. Kulitnya putih bersih. Badannya yang sanggam.
   "Calam Nana..calam Nana," ucap Haikal saat bertemu Nana. Begitu diulurkan tangan oleh Nana, Haikal langsung menyambutnya. Kemudian memeluknya. Begitu seterusnya...
    Tak terbayang bagaimana hancurnya hati ibu dan ayahnya. Juga apaknya (kakeknya). Dulu, di mobil pick up milik ayahnya terpampang besar tulisan Haikal. Tapi kemudian mobil tersebut dijual karena rusak.
   Aku juga masih ingat, ketika lebaran tahun lalu menumpang mobil ayahnya, naik mobil pick up ke Tanjung Pasir,  Tangerang. Rame2. Seru sekali.
    Kondisi Haikal memburuk sejak empat bulan yang lalu. Badannya yang gemuk menyusut. Tidak mau makan. Haikal lebih banyak menghabiskan waktu dalam gendongan, hanya melihat tanpa bersuara. Disapapun, Haikal diam. Tubuh ibunya juga semakin kurus, mengurus dan memikirkan anak.
    Saat aku menjenguknya, kakeknya menjelaskan sakitnya. Dengan bahasa orang awam dijelaskan kalau saluran makanannya tak bisa mendistribusikan makanan ke seluruh tubuh.
   Sayangnya, Haikal tak mendapatkan pengobatan medis diakhir hayatnya. Keluarganya lebih memilih pengobatan alternatif dengan berbagai alasan.
    Duh Haikal sayang...perih hati mendengar kabarmu. Nana kehilangan temannya sedari kecil. Sahabat baiknya. Haikal umurnya hanya delapan bulan lebih tua dari Nana.
   Tak akan ada lagi, Haikal yang padat berisi yang akan bermain dengan Nana. Tak akan ada lagi, Haikal yang gemar minum susu. Sedihnya hati ini nak...Urusanmu telah selesai di dunia ini nak, sedangkan kami belum. Selamat jalan nak Haikal....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar