Sabtu, 15 Agustus 2015

Abangku yang hebat (2)

    Lagi-lagi tak pernah bosa bercerita tentang uda. Aku punya banyak kisah tentangnya, separuhnya aku tuangkan di sini http://indriaeriza.com/index.php/2010/08/14/abangku-yang-hebat/

   Nah, ceritanya pas Lebaran kemarin, Abangku yang baik hati tersebut bersama keluarganya datang ke Tangerang. Bersama Kak Juli dan dua anaknya. Mereka mengendarai mobil selama lebih kurang 24 jam nonstop, untuk sampai ke kotaku. Hebat bukan.

   Awalnya, aku yang ingin pulang ke Airmolek. Tapi berhubung, Abangku itu udah janji dengan Emak, mau datang ke Tangerang, akhirnya aku mengalah. Padahal kerinduanku akan Airmolek, sudah mencapai ubun-ubun. :)

   Pertama sampai di rumahku. Ia berkeliling, melihat-lihat rumahku yang mungil dan langsung beri kritik dan saran. Semuanya aku iyakan.

   Hari pertama nyampe, mereka bukan nginap di rumahku, namun di kontrakanku di Jakarta. Rumahku hanya punya dua kamar dan kepake semua. Sementara di kontrakan kosong dan fasilitas yang ada cukup lengkap.

   Selama beberapa hari aku menemani mereka. Ku jamu sebisanya, ke sana ke mari. Badan penat, uang habis, misua bilang, makanya jangan kek orang kaya, habiskan duit lu. Aku diam saja, uangkan bisa dicari.

 
    Pada abangku yang hebat itu, aku juga cerita tentang keinginanku untuk sekolah. Tanpa banyak cerita, ia mendukungku. Bagus. Padahal aku sama sekali, tak tahu apa tujuan yang akan aku capai dengan kuliah itu. Jadi dosen tak mungkin, karena pendidikan sarjana dan pascasarjana tak linear. hehe

   Besoknya abangku dan keluarganya pulang. Sesampai di Airmolek, abangku telpon, menyemangatiku untuk terus sekolah. Meski suamiku sendiri dengan berat hari mengizinkannya, suamiku khawatir aku jadi sombong.

   "Uang kuliahnya berapa? Besok, kalau kira-kira belum ada buat bayar kuliah, telpon ya. Jangan pusing-pusing cuma gara-gara uang kuliah," katanya.

    Duh, sungguh tak ada abang yang sehebat dia. Meski dalam hati, aku bertekad aku tak akan merepotkan siapapun.

     Aku berangkat kerja dengan hati riang, dengan membawa motor kesayangan. Sebelum berangkat cek spion kiri dan kanan, tapi kok rasa-rasanya ada yang lain. Spion kiri yang sebelumnya longgar, kini jadi kencang. Hmmm, ini pasti kerjaan abangku. Sungguh, sampai mati aku takkan bisa membalas jasa baiknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar