Penganan dari Provinsi Riau tak hanya terkenal dengan Bolu Kemojo yang kelezatannya tiada tara, namun juga ada penganan lain yang tak kalah lezat dan unik yakni Bolu Berendam atau Bolu Berondam. Bolu Berendam berwarna kuning nan menggugah selera ini berasal dari Kabupaten Indragiri Hulu.
Disebut dengan berendam dikarenakan bolu tersebut direbus terlebih dahulu kemudian dihidangkan dalam keadaan basah. Rasanya manis dan digemari semua kalangan mulai dari anak hingga dewasa. Ini yang membedakannya dengan bolu yang ada di Indonesia.
Menurut riwayat, Bolu Berendam merupakan penganan kesukaan para raja di Kerajaan Indragiri. Saat ini, penganan tersebut hanya dihidangkan pada acara-acara tertentu seperti acara pernikahan dan hari raya Idul Ftri dan Idul Adha.
Berbeda dengan pembuatan bolu lainnya dimana komposisi gula, telur dan tepung seimbang, Bolu Berendam hanya memerlukan sedikit tepung dan selebihnya gula dan telur. Perbandingannya, untuk sepuluh butir telur dan dua kilogram gula hanya memerlukan segenggam tepung terigu.
"Tak sembarangan orang bisa membuat Bolu Berendam ini. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa membuatnya," ujar Titis Andriana, salah seorang keponakan dari keturunan Raja Indragiri di Rengat,Riau Jumat.
Kata Titis, bolu ini yang bisa membuatnya hanya orang tertentu saja, karena membutuhkan kesabaran yang cukup tinggi dan banyak pantangannya. Dalam pembuatan bolu tersebut, tidak boleh menggunakan tenaga listrik.
Jumat, 26 November 2010
Selasa, 09 November 2010
Melangun, Tradisi Suku Kubu Hilangkan Kesedihan
Melangun bagi suku Kubu, Orang Rimba atau Anak Dalam yang menetap di perbatasan Provinsi Riau dan Jambi adalah pergi jauh. Melangkahkan kaki menjauh dari kampung halaman menghilangkan kesedihan akibat ditinggal mati sanak saudara.
Berjalan kaki melintasi sejumlah kota kecamatan, kabupaten hingga provinsi berharap kesedihan ditinggalkan keluarga akan sirna. Menatap jalanan yang dilalui dan berusaha melupakan kesedihan.
"Melangun sampai hati puas, sampai hilang kesedihan," ujar Sukur, salah seorang suku Anak Dalam yang menetap di kawasan penyangga Taman Nasional Bukit Tiga Puluh,pada Kamis (24/6) lalu.
Berjalan kaki melintasi sejumlah kota kecamatan, kabupaten hingga provinsi berharap kesedihan ditinggalkan keluarga akan sirna. Menatap jalanan yang dilalui dan berusaha melupakan kesedihan.
"Melangun sampai hati puas, sampai hilang kesedihan," ujar Sukur, salah seorang suku Anak Dalam yang menetap di kawasan penyangga Taman Nasional Bukit Tiga Puluh,pada Kamis (24/6) lalu.
Gelanggang Remaja Provinsi Riau-Ketika Melayu Bersatu Dengan Sportifitas
Setiap tamu yang datang ke Pekanbaru melalui Bandara Sultan Syarif Kasim II akan disambut dengan kehadiran Gelanggang Remaja Provinsi Riau yang berada di Jalan Jenderal Sudirman tersebut. Gelanggang remaja yang selesai pengerjaannya pada Desember lalu, kini menambah gedung mewah baru di Pekanbaru setelah gedung perpustakaan wilayah Soeman HS dan gedung sembilan lantai.
Berbeda dengan gelanggang remaja lainnya, gelanggang remaja ini kental dengan nuansa Melayu. Seperti rumah-rumah melayu lainnya, gelanggang remaja pun tak ketinggalan untuk menggunakan selembayung disisi kiri bangunan. Ditambah lagi, atap gelanggang yang merupakan adopsi dari tanjak atau topi yang biasa digunakan kaum lelaki Melayu.
"Ini melambangkan semangat dan kreatifitas generasi muda di Riau. Dengan adanya gedung tersebut, menjadi titik balik generasi muda Riau untuk bangkit dan berkarya,"ujar Kepala Seksi Sarana dan Prasana Olahraga Dispora Riau,Jayusman.
Dikatakannya dalam penataan interior yang dominan dengan warna kuning, hijau, merah dan biru merupakan perpaduan nuansa Islami dan budaya Melayu. Begitu juga dengan pagar yang mengadopsi dari bentuk pagar Kerajaan Siak Sri Indrapura.
"Kita tak bisa lepas dengan nuansa Melayu, karena kita berada di negeri Melayu yang kental dengan adat istiadat yang harus dijunjung. Gelanggang remaja ini merupakan perpaduan budaya dengan sportifitas,"jelas pria berkacamata ini.
Gedung yang berada persis disamping kantor Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) ini berdiri diatas tanah seluas 2.6808,14 m2 dengan mempunyai luas gedung 8369,7 m2. Pada mulanya gelanggang tersebut dipersiapkan sebagai lokasi pertandingan bulu tangkis pada PON XVIII 2012 mendatang.
"Namun setelah PON berlangsung, gelanggang ini dapat digunakan untuk semua kegiatan. Tak hanya digunakan untuk pertandingan bulu tangkis,"pungkasnya.
Diceritakannya, dulunya daerah tempat berdirinya gelanggang tersebut merupakan rawa yang kedalamannya mencapai satu meter. Dan memerlukan perjuangan keras pada tahap-tahap awal pembangunannya. Dimana kontraktor pelaksana PT Pembangunan Perumahan harus menimbunnya dengan tanah sebanyak 45 ribu kubik.
Senin, 08 November 2010
Lokomotif Saksi Bisu Ribuan Pahlawan Kerja
Suasana Selasa pagi di komplek perkuburan Simpang Tiga, Pekanbaru sepi. Hanya ada beberapa pekerja tengah mempersiapkan pagar.
Nantinya, komplek perkuburan tersebut akan diberi pagar pemisah. Sebelah untuk perkuburan warga dan sebelah untuk Taman Makam Pahlawan.
Lokomotif hitam dengan panjang 10 meter berdiri tegak mematung ditengah perkuburan. Persis dibawahnya semak belukar dan ilalang tumbuh.
Berdampingan dengan pondasi berlumut yang menggambarkan perjuangan masyarakat Riau sebelum kemerdekaan.
Nantinya, komplek perkuburan tersebut akan diberi pagar pemisah. Sebelah untuk perkuburan warga dan sebelah untuk Taman Makam Pahlawan.
Lokomotif hitam dengan panjang 10 meter berdiri tegak mematung ditengah perkuburan. Persis dibawahnya semak belukar dan ilalang tumbuh.
Berdampingan dengan pondasi berlumut yang menggambarkan perjuangan masyarakat Riau sebelum kemerdekaan.
Langganan:
Postingan (Atom)