Kamis, 15 Februari 2018

Duh Nana

Mungkin kemarin, di saat hari kasih sayang katanya 14 Februari 2018 adalah hari yang buruk bagi Nana. Saya baru ingat jika baju olahraga yang seharusnya dipakai ke sekolah ternyata masih di laundry. Ia pun kemudian dengan males-malesan memakai baju bebas pergi ke sekolah. Awalnya dia enggan, dan bilang mau bolos saja. "Nana pura-pura sakit aja bu", duh anak 4,5 tahun punya pikiran macam itu. hehe




Akhirnya pergi sekolah, ga mau baris. Nunggu barisan selesai, ia pun masuk kelas. Saya bilang ke gurunya, kalau baju olahraganya masih di laundry. Kata bu Jannah, gurunya gak apa apa bu, hari ini cuma suntik difteri saja ga belajar.Ini cuma nunggu dokter aja. Setelah dibujuk, Nana pun masuk kelas.

Saya pun sambil nunggu Nana disuntik, bolak -balik jaga warung. Giliran kelas Nana jam 9 lewat. Saya pun masuk menemani. Dia teriak-teriak ga mau disuntik, kabur ke kelasnya. Kemudian teman-temannya nyamperin, menghibur dia. Saya bawain dua biji es krim. Tapi dia ga mau. Akhirnya saya ngumpet, Nana teriak-teriak ga mau. Digendong sama bu Zarrah, dan kemudian ia pun disuntik. Begitu selesai disuntik, dia bilang "kok ga sakit ya". hihi

Pulang sekolah, minta mainan spinner. Main ke rumah Riries, trus Nana dan Riries main ke rumah. Di depan ada si Jojo gabung. Saya kemudian mandi. Eh tahu-tahu tetangga sebelah,, Mami si Jojo marah-marah ke anaknya.. Habis mandi saya langsung ke depan, karena ada barang yang datang. Saya ga tahu ada apa, tapi Mami Jojo masih marah-marah. Kemudian dia bilang ke saya "saya ga terima anak saya dipukul si Nana, mukanya kencang banget", dia suruh Jojo bales. saya bilang "wah saya ga tahu , saya mandi. Kalau mau bales, bales saja itu Nana nya di dalam"

Saya panggil Nananya, tapi Nana ga mau ke luar.  Saya suruh minta maaf, katanya takut sama Papinya Jojo. Nana bilang ,, kalau cuma minta maaf ke Jojo nana mau. tapi Nana takut sama Papi nya.

Hiks. Nana, nana....

Sedih sekali, melihat Nana. Aku seakan melihat diriku puluhan tahun silam. Nana ga punya figur ayah yang melindungi dirinya . Dari kecil, ayahnya kerja di luar kota. Di cilegon, kemudian sekarang di Handil, Kalimantan Timur. Aku sebagai ibunya, juga sibuk ke luar kota, sibuk kerja. Sekarang aja karena sakit, aku menyadari semua kesalahan yang sudah diperbuat. Menebus kesalahan. Ia juga tak begitu dekat dengan ayahnya, jika anak lain meraung-raung ditinggal ayahnya kerja. Ini tidak, dia malah senang dan dadah segala. Begitu juga ketika ayahnya di rumah, Nana lebih memilih nonton dibandingkan main sama ayahnya. Ia juga tak mendapat didikan agama yang baik dari ayahnya dan juga aku, padahal seharusnya ini momen yang tepat. Mungkin kini saatnya, aku harus berkata sama ayahnya untuk berhenti saja bekerja, daripada semuanya terlambat. Untuk apa harta dicari terus-menerus, yang ada aja tidak diurus dengan baik.

Apalagi sekarang menjelang Pemilu 2019, kondisi kurang kondusif, mulai dari isu penyerangan ulama oleh orang gila, penyerangan rumah ibadah dan lainnya. Terus terang, di rumah ada kekhawatiran, apalagi tak ada lelaki di rumah yang bisa melindungi kami. Tapi dari semua itu, yang aku khawatirkan adalah Nana, yang kurang mendapatkan kasih sayang dari ayahnya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar