Minggu, 05 April 2015

Titik balik yang mengubah segalanya

kisah lama, semoga menginspirasi...


 
Harry Tanoe sumber internet
Apa jadinya jika seorang Steve Job tidak pernah dipecat oleh perusahaan yang didirikannya, Apple? Mungkin saja berbagai perangkat canggih seperti iPhone, iPad, iPod dan lainnya tidak akan pernah ada di tangan anda.

Steve bercerita selama berbulan-bulan sejak dipecat dari Apple, tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Steve merasa telah mengecewakan generasi entrepreneur yang sebelumnya.

Dia merasa seperti sebuah kesalahan publik. Namun sesuatu seperti telah membangkitkan dirinya, dia masih mencintai bidang pekerjaannya.

Keluarnya dari Apple tidak mempengaruhi perasaan tersebut sama sekali. Meski merasa dibuang, namun dia masih mencintai bidang pekerjaan tersebut dan memutuskan untuk memulai kembali semuanya.

Jenius yang meninggal pada 6 Oktober 2011 itu pernah berkata bahwa tidak mungkin semua kesuksesannya tidak akan terjadi, jika dirinya tidak pernah dipecat dari Apple.

Lain lagi cerita, Bos Media Nusantara Citra (MNC) Hary Tanoesoedibjo dalam suatu kesempatan pernah bercerita bahwa dirinya sangat nakal. Bahkan Harry mendapat diskors selama enam bulan oleh sekolahnya. Padahal ketika itu, dia duduk di kelas tiga SMA dan akan menghadapi ujian akhir.

Akibat hukuman tersebut, dia tidak bisa mengikuti ujian akhir dan harus mengikuti ujian persamaan. Tentu saja hal itu membuatnya frustasi.

Saat itu, Hary merasa hidupnya hancur karena teman-temannya dapat melanjutkan sekolah. Sementara dirinya tidak bisa melakukan apa-apa karena tidak memiliki ijazah dari sekolahnya.

"Waktu itu saya sadar, jika saya tidak berubah maka hidup saya akan seperti itu saja," kata Hary.

Peristiwa itu yang menjadi titik balik bagi dirinya hingga kemudian ketika melanjutkan studi di Kanada dia berubah menjadi anak yang disiplin dan rajin.

"Saya menjadi anak yang sangat disiplin. Lulus dengan nilai terbaik dan bahkan menjadi dosen di Kanada," jelas Harry.

Kini, Hary telah bermetamorfosis menjadi bos media dan pemilik lebih dari 200 perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 23.000 karyawan.



Titik Balik
Handry Satriago sumber internet

CEO General Electric Indonesia Handry Satriago mengatakan titik balik sangat penting bagi kesuksesan seseorang. Setiap orang pernah mengalaminya.

"Anda butuh itu untuk bangkit," kata Handry.

Namun, kata Handry, kapan masa-masa itu akan datang tidak bisa diketahui dengan pasti karena kesedihan itu tidak bisa diramalkan.

"Yang terpenting adalah melihat dengan kacamata yang lebih lebar dan tahu apa yang harus dilakukan."

Handry pun pernah mengalaminya. Ketika dia berusia 17 tahun, kanker getah bening merenggut daya kedua kakinya dan membuatnya harus tergantung dengan kursi roda hingga sekarang.

Awalnya, Handry frustasi akibat sakit yang dideritanya. Handry pun membuang mimpinya untuk mendaki gunung dan mengumpulkan kupu-kupu yang menjadi hobinya.

Itu pula yang membuat Handry selama sebulan mengurung diri di kamarnya. Ayahnya yang khawatir akan keadaan dirinya pun datang ke kamarnya.

Sambil membuka jendela kamar yang selama ini tertutup, sang ayah mengatakan bahwa Handry boleh memilih untuk tetap diam di kamar ini sampai sepanjang hayatnya dengan mengandalkan orang tuanya atau meneruskan hidup dengan segala kekurangannya.

"Ayah berkata kupu-kupu tidak akan datang dengan sendirinya untuk dikoleksi oleh saya."

Ayahnya pun menambahkan, teman-teman Handry akan terus mendaki gunung dan tidak akan bisa membawa gunung itu ke kamar Handry, mereka akan juga tetap bersekolah setiap hari dan tidak bisa menengok Handry setiap hari.

"Ayah mengajarkan saya bahwa hidup adalah pilihan. Silahkan memilih sendiri mana yang terbaik," kenang Harry.

Setelah itu ayahnya pun pergi ke kantor. Sekitar 10 menit, Handry merenung, dan menemui ibunya.

"Ma, tolong panggilkan taksi saya mau berangkat ke sekolah. Sejak itu, saya terus mendorong `mobil` saya untuk terus melaju."

Meski hidup dengan keterbatasan, Handry pantang menyerah. Handry mengaku hidupnya dipenuhi rasa takut, misalnya ketika dia pertama kali menatap lantai empat gedung kampusnya untuk kuliah, takut ketika pertama kali mengajak perempuan yang disukainya untuk menonton, hingga takut ketika pertama kalinya naik pesawat dengan kursi roda.

Menurut Handry yang terpenting adalah mengubah ketakutan tersebut menjadi kekuatan. Toh, semuanya bisa dilalui oleh dirinya. Hingga akhirnya Handry menjadi orang Indonesia pertama yang didapuk menjadi pimpinan tertinggi GE Indonesia.





Kunci Sukses Lainnya



Selain titik balik yang mengubah hidup, ternyata ada kunci sukses lainnya. Hary Tanoesoedibjo mengatakan yang terpenting adalah keinginan untuk berubah. Keinginan untuk bangkit dan tidak mau berpangku tangan.

Sementara Handry Satriago menambahkan perlu bagi generasi muda untuk bekerja keras, meningkatkan daya saing, dan membuka pikiran menjadi berwawasan global.

"Juga harus berpikir berbeda dengan yang lainnya," kata Handry.

Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan mewanti-wanti anak-anak muda di Tanah Air untuk tidak menjadi politisi atau birokrat.

Dahlan melihat bangsa ini sudah banyak yang berprofesi sebagai politisi. Sedangkan dia melihat birokrasi sebagai sesuatu yang ruwet. Dahlan tidak ingin anak muda yang penuh gairah dan ambisi terkungkung.

"Anak muda sebaiknya menjadi pengusaha saja," kata Dahlan saat hadir dalam acara "Surat untuk Indonesia", Rabu (13/3).

Mantan atlet renang Indonesia Richard Sambera yang mengumpulkan lebih dari 100 medali sepanjang karirnya mengatakan anak muda jangan takut untuk gagal.

Meski semua orang takut untuk gagal, namun Richard berpendapat bahwa kegagalan yang mengantarkan seseorang pada kemenangan.

Richard merasa gagal pada setiap latihan maupun pertandingan. Perasaan gagal tersebut itu pula yang membuatnya bangkit dan menghantarkannya pada kemenangan pada setiap kompetisi yang diikutinya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar