Seorang anak bertanya pada ibunya,
apa itu palsu?
Ibunya hanya tergagap
Tak bisa menjawab sambil memegang topeng
yang melekat erat di wajahnya
Seorang kawan juga bertanya pada kawannya,
apa itu palsu?
Kawannya pun tak bisa menjawab
Diam-diam perutnya (jadi) mual
Seorang anak muda pun bertanya pada para tetua,
apa itu palsu?
Tetua hanya diam, sambil mengeluarkan isi mulutnya
Diam-diam, seorang tikus bertanya pada ular
apa itu palsu?
Sang Ular menjawab, ya seperti aku
Mendesis, bermulut manis dan kemudian menyebarkan bisa
Dan tikus pun mati
Minggu, 04 Desember 2011
Aku Ingin
Tuhan,
Jika engkau masih memberiku nafas
Aku ingin, selalu bersama dengan emak
mendengarkan setiap keluhannya
hingga akhir hayatku
Aku ingin, lebih mengerti bapak
menyayanginya, layaknya anak perempuan pada bapak
Aku ingin, membuat bangga abangku
bukan selalu berdebat dengannya
Aku ingin, mencintai kedua ponakanku
selalu mengantar jemput ke sekolah dan madrasah
Aku ingin, menyayangi lelaki yang telah mencintaiku
dengan sepenuh hatinya hingga tiba waktuku
Aku ingin, bisa melindungi mereka, sahabatku,
dan mendoakan orang-orang yang aku cintai
Aku ingin, aku ingin menyelesaikan cerita pendek yang tak pernah usai
dan kembali menulis puisi di saat senja
Oh ya Tuhan, aku juga ingin membaca kitab-kitabMu itu
Mulai dari Taurat, Zabur, Injil, hingga Al Quran
Tolong kabulkan Tuhan, pliz
Jika engkau masih memberiku nafas
Aku ingin, selalu bersama dengan emak
mendengarkan setiap keluhannya
hingga akhir hayatku
Aku ingin, lebih mengerti bapak
menyayanginya, layaknya anak perempuan pada bapak
Aku ingin, membuat bangga abangku
bukan selalu berdebat dengannya
Aku ingin, mencintai kedua ponakanku
selalu mengantar jemput ke sekolah dan madrasah
Aku ingin, menyayangi lelaki yang telah mencintaiku
dengan sepenuh hatinya hingga tiba waktuku
Aku ingin, bisa melindungi mereka, sahabatku,
dan mendoakan orang-orang yang aku cintai
Aku ingin, aku ingin menyelesaikan cerita pendek yang tak pernah usai
dan kembali menulis puisi di saat senja
Oh ya Tuhan, aku juga ingin membaca kitab-kitabMu itu
Mulai dari Taurat, Zabur, Injil, hingga Al Quran
Tolong kabulkan Tuhan, pliz
Tak Ada
Cinta
Apa begitu sempitnya ruang?
Hingga tak ada tempat lagi di hatimu
Bagi aku
Love
Sebegitu hina diri ini
Sampai kau lupa memberi maaf
Ah sudah, lupakan saja
Apa begitu sempitnya ruang?
Hingga tak ada tempat lagi di hatimu
Bagi aku
Love
Sebegitu hina diri ini
Sampai kau lupa memberi maaf
Ah sudah, lupakan saja
Sabtu, 26 November 2011
Si Bundar Yang Menghipnotis
Ada pemandangan tak biasa selama berlangsungnya pekan olahraga perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara atau yang dikenal dengan sebutan SEA Games XXVI ini. Terutama pada saat laga sepak bola Indonesia melawan negara lain. Mulai dari Singapura, Thailand, Malaysia hingga yang terakhir Vietnam.
Pemandangan yang tak biasa juga terjadi pada laga Indonesia melawan Vietnam, Sabtu (19/11) malam. Dimana orang-orang yang biasa berlalu-lalang di stasiun atau terminal menghentikan langkah dan bergerombol memandangi kotak berwarna yang disebut televisi itu.
Tukang ojek berhenti sejenak menawarkan jasanya dan memilih bergabung menonton aksi Titus Bonai dan kawan-kawan yang menjadi idola baru masyarakat Indonesia. Mereka berdiri, bergerombol bersama menatap layar kaca yang teronggok di atas rak yang biasa digunakan untuk berjualan.
Sejenak mereka terlupa dengan kehidupan. Lupa dengan kerasnya hidup dan tingginya persaingan antara sesama tukang ojek. Sejenak melupakan dinginnya ubin stasiun bagi para tunawisma yang menghabiskan malam-malam dingin di stasiun. Atau bagi kaum urban yang bekerja di Jakarta, sejenak melupakan pulang cepat ke rumah dan memilih kereta terakhir.
Di pinggir jalan pun demikian. Para pengguna jalan maupun pedagang asongan sejenak terhipnotis menatap sungguh-sungguh pada layar mungil televisi milik pedagang kaki lima. Tak ada yang bertanya satu sama lain, mereka seakan mafhum dengan kebersamaan yang tercipta.
Pemandangan tak biasa juga, di bus-bus lintas kota yang biasa sunyi senyap berubah total menjadi hingar bingar. Lagi, lagi kotak berwarna yang tergantung di depan yang mencuri perhatian. Lincahnya liukan dan aksi-aksi Garuda Muda itu membuat mereka terlupa dengan kemacetan yang dialami. Mereka juga lupa dengan kekalahan Indonesia ketika berhadapan dengan Malaysia dua hari lampau.
Sesekali terlontar ocehan, cemoohan, hingga pujian. Ocehan atau cemoohan kepada pemain Garuda muda yang gagal memanfaatkan peluang, hingga pada wasit yang dianggap berlaku tidak adil.
"Wasit goblok," kata seorang penonton ketika wasit asal Korea Selatan yang memimpin pertandingan, Kim Jong Hyeok, menganggap aksi yang dilakukan pemain nomor delapan Vietnam,Nguyen Trong Huang , bukan sebuah pelanggaran.
Pemandangan yang tak biasa juga terjadi pada laga Indonesia melawan Vietnam, Sabtu (19/11) malam. Dimana orang-orang yang biasa berlalu-lalang di stasiun atau terminal menghentikan langkah dan bergerombol memandangi kotak berwarna yang disebut televisi itu.
Tukang ojek berhenti sejenak menawarkan jasanya dan memilih bergabung menonton aksi Titus Bonai dan kawan-kawan yang menjadi idola baru masyarakat Indonesia. Mereka berdiri, bergerombol bersama menatap layar kaca yang teronggok di atas rak yang biasa digunakan untuk berjualan.
Sejenak mereka terlupa dengan kehidupan. Lupa dengan kerasnya hidup dan tingginya persaingan antara sesama tukang ojek. Sejenak melupakan dinginnya ubin stasiun bagi para tunawisma yang menghabiskan malam-malam dingin di stasiun. Atau bagi kaum urban yang bekerja di Jakarta, sejenak melupakan pulang cepat ke rumah dan memilih kereta terakhir.
Di pinggir jalan pun demikian. Para pengguna jalan maupun pedagang asongan sejenak terhipnotis menatap sungguh-sungguh pada layar mungil televisi milik pedagang kaki lima. Tak ada yang bertanya satu sama lain, mereka seakan mafhum dengan kebersamaan yang tercipta.
Pemandangan tak biasa juga, di bus-bus lintas kota yang biasa sunyi senyap berubah total menjadi hingar bingar. Lagi, lagi kotak berwarna yang tergantung di depan yang mencuri perhatian. Lincahnya liukan dan aksi-aksi Garuda Muda itu membuat mereka terlupa dengan kemacetan yang dialami. Mereka juga lupa dengan kekalahan Indonesia ketika berhadapan dengan Malaysia dua hari lampau.
Sesekali terlontar ocehan, cemoohan, hingga pujian. Ocehan atau cemoohan kepada pemain Garuda muda yang gagal memanfaatkan peluang, hingga pada wasit yang dianggap berlaku tidak adil.
"Wasit goblok," kata seorang penonton ketika wasit asal Korea Selatan yang memimpin pertandingan, Kim Jong Hyeok, menganggap aksi yang dilakukan pemain nomor delapan Vietnam,Nguyen Trong Huang , bukan sebuah pelanggaran.
Hitam Putih Energi Jakarta
Perlu energi besar untuk bisa bertahan di kota yang bernama Jakarta. Sebuah kota dengan segudang masalah mulai dari kemacetan, banjir hingga tingginya angka kriminalitas. Tak hanya energi yang dibutuhkan, tetapi juga optimisme untuk tetap menjalani hari-hari di kota besar itu.
Setidaknya itulah yang ditangkap pelukis Aisul Yanto dan menuangkannya ke dalam kanvas. Hasilnya, sebuah lukisan abstrak hitam putih yang penuh dengan totolan melingkar yang diformasikan dalam bentuk lengkung yang dipamerkan di Taman Ismail Marzuki mulai 4-13 November.
Setidaknya itulah yang ditangkap pelukis Aisul Yanto dan menuangkannya ke dalam kanvas. Hasilnya, sebuah lukisan abstrak hitam putih yang penuh dengan totolan melingkar yang diformasikan dalam bentuk lengkung yang dipamerkan di Taman Ismail Marzuki mulai 4-13 November.
Fabulous Fridays Yang Memukau
Musik adalah bahasa universal. Dengan kata lain dengan menggunakan musik maka setiap insan dari latar belakang yang berbeda sekalipun bisa menerimanya. Maka tak heran, musik kerap dijadikan sarana untuk menyampaikan pesan perdamaian.
Seperti yang terjadi pada konser paduan suara asal Jerman, Fabulous Fridays di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta Selatan, Jumat (4/11) malam. Ratusan penonton yang menghadiri konser itu terpukau oleh penampilan paduan suara yang beranggotakan mahasiswa Universitas Seni Berlin (UdK) tersebut.
Pandangan penonton seakan tak jemu melihat ke arah panggung. Dimana terdapat sekitar 20 mahasiswa yang dipandu Michael Betzner Brandt memberikan suguhan terbaiknya. Tanpa bantuan satu pun alat musik, mereka membawakannya secara akapela.
Melalui suara bening keluar dari mulut mulut, Fabulous Friday mampu menyemangati para pendengarnya. Mereka tak sekedar bernyanyi, tetapi juga memberi nilai tambah dengan koreografi nan apik. Ini terbukti mampu menahan penonton untuk berlama meskipun tak mengerti dengan lirik lagu yang dibawakan.
Usai membawakan lagu, baru kemudian salah seorang diantaranya dan menjelaskan tentang lagu yang dibawakan. Ada lagu tentang kehidupan muda-mudi di Jerman, ada juga tentang cinta dan perdamaian.
Tak jarang juga, mereka menyanyikan lagu yang tidak direncanakan sebelumnya, yang menuntut kemampuan improvisasi di atas panggung. Misalnya saja ketika pemandu Michael Betzner Brandt mengatakan jika mereka kerap melakukan improvisasi salah satu diantaranya dengan menggunakan kalimat "Selamat Datang".
Seperti yang terjadi pada konser paduan suara asal Jerman, Fabulous Fridays di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta Selatan, Jumat (4/11) malam. Ratusan penonton yang menghadiri konser itu terpukau oleh penampilan paduan suara yang beranggotakan mahasiswa Universitas Seni Berlin (UdK) tersebut.
Pandangan penonton seakan tak jemu melihat ke arah panggung. Dimana terdapat sekitar 20 mahasiswa yang dipandu Michael Betzner Brandt memberikan suguhan terbaiknya. Tanpa bantuan satu pun alat musik, mereka membawakannya secara akapela.
Melalui suara bening keluar dari mulut mulut, Fabulous Friday mampu menyemangati para pendengarnya. Mereka tak sekedar bernyanyi, tetapi juga memberi nilai tambah dengan koreografi nan apik. Ini terbukti mampu menahan penonton untuk berlama meskipun tak mengerti dengan lirik lagu yang dibawakan.
Usai membawakan lagu, baru kemudian salah seorang diantaranya dan menjelaskan tentang lagu yang dibawakan. Ada lagu tentang kehidupan muda-mudi di Jerman, ada juga tentang cinta dan perdamaian.
Tak jarang juga, mereka menyanyikan lagu yang tidak direncanakan sebelumnya, yang menuntut kemampuan improvisasi di atas panggung. Misalnya saja ketika pemandu Michael Betzner Brandt mengatakan jika mereka kerap melakukan improvisasi salah satu diantaranya dengan menggunakan kalimat "Selamat Datang".
entahlah (part II)
Tuhan,
Aku akui, aku memang bebal
Lalai akan perintahMu
Selalu meminta toleransi atas apa yang aku lakukan
Tuhan,
Semakin tua, aku semakin pengecut
Semakin takut akan kematian yang dulu selalu dirindukan
Aku takut, setakut-takutnya akan siksa yang akan Kau berikan
Dosaku bergelimang
Layaknya hujan yang jatuh ke samudera
Tuhan
Aku sadar, aku tidak akan mendapat surgaMu
Pedihnya neraka, tak pula sanggup aku hadapi
Tapi plis, pelan-pelan ya hanya untukku
Aku akui, aku memang bebal
Lalai akan perintahMu
Selalu meminta toleransi atas apa yang aku lakukan
Tuhan,
Semakin tua, aku semakin pengecut
Semakin takut akan kematian yang dulu selalu dirindukan
Aku takut, setakut-takutnya akan siksa yang akan Kau berikan
Dosaku bergelimang
Layaknya hujan yang jatuh ke samudera
Tuhan
Aku sadar, aku tidak akan mendapat surgaMu
Pedihnya neraka, tak pula sanggup aku hadapi
Tapi plis, pelan-pelan ya hanya untukku
tahun baru
Orang bijak mengatakan bahwa hidup ini adalah pilihan. Dengan kata lain, hidup ditentukan oleh kemana tangan menjangkau maupun kemana kaki yang akan membawa pergi. Dirimu sendiri yang menentukannya. Dengan seyakin-yakinnya saya katakan ya.
Saya tidak punya alasan kuat untuk membantahnya. Apalagi Tuhan telah mengatakan dalam firmanNya tidak akan merubah nasib suatu kaum jika mereka tidak merubahnya sendiri. Siapa yang berani melawan. Tuhan bukan, nabi juga bukan.
Tapi saya punya hak untuk berpendapat sebaliknya, bahwa hidup hanya menjalani apa-apa yang ditentukan oleh Tuhan. Sulit untuk menjelaskannya, namun dunia sampai manapun dicari hanyalah kehampaan. Bekerja keras siang dan malam, sikut kiri kanan, lalu serta merta jadi kaya raya. Toh, pada akhirnya juga akan menghadapi kematian. Entah kapanpun itu.Hanya kain kafan yang akan dibawa.
Semu, memang semu. Dunia hanyalah fatamorgana yang menyilaukan mata dan membuat lupa daratan.
kos-kosan tercinta, 1 Muharram 1433 H
Saya tidak punya alasan kuat untuk membantahnya. Apalagi Tuhan telah mengatakan dalam firmanNya tidak akan merubah nasib suatu kaum jika mereka tidak merubahnya sendiri. Siapa yang berani melawan. Tuhan bukan, nabi juga bukan.
Tapi saya punya hak untuk berpendapat sebaliknya, bahwa hidup hanya menjalani apa-apa yang ditentukan oleh Tuhan. Sulit untuk menjelaskannya, namun dunia sampai manapun dicari hanyalah kehampaan. Bekerja keras siang dan malam, sikut kiri kanan, lalu serta merta jadi kaya raya. Toh, pada akhirnya juga akan menghadapi kematian. Entah kapanpun itu.Hanya kain kafan yang akan dibawa.
Semu, memang semu. Dunia hanyalah fatamorgana yang menyilaukan mata dan membuat lupa daratan.
kos-kosan tercinta, 1 Muharram 1433 H
entahlah
Perempuan itu kini bersedih. Di sudut ruangan ia termangu. Tak bisa berucap satu katapun. Mulutnya bungkam. Namun kedua bola matanya menyiratkan kesedihan. Sorot pias yang melambangkan air matanya telah jatuh ke hati.
Perempuan itu sedih bukan kepalang. Tak banyak orang tau akan penyebabnya. Tidak puan ataupun tuan. Perempuan itu merana, bukan karena suaminya, yang pergi bersama perempuan lain. Ataupun anak-anaknya yang menempatkan dia pada ruang yang dihuni oleh dia kini.
Dia marah pada waktu yang merampas semuanya. Merampas satu persatu orang yang dikasihi. Lelaki dia yang pergi, anak-anak yang berubah, hingga sahabat yang raib entah kemana.
Dia sadar, sadar sesadarnya jika semua mata memandang dia aneh. Dia yang sebelumnya suka meracau, kini tak pernah lagi mampu berkata hingga berucap. Kawan-kawannya menatap aneh akan dirinya. Tapi siapa yang peduli. Itu pilihan, ucapnya dalam hati.
Perempuan itu lebih memilih diam seribu bahasa dan mengamati apa yang terjadi di sekeliling. Tidak berucap sepatah kata pun. Dia merasa jengah.
Dia juga muak dengan kawan-kawannya, yang membicarakan sesama di belakang. Namun mereka mampu menutupinya dengan muka manis di depan orang yang dibicarakan. Dia mual, ingin muntah, namun seketika keinginan itu ditahan. Dan cepat-cepat menutup mulutnya rapat-rapat.
Oh ya, satu lagi dia juga muak dengan si anu yang juga bermuka dua. Dulu si anu memiliki hubungan cukup dekat dengan perempuan itu. Namun sejak perempuan itu memilih diam, si anu berubah menjadi ular yang mendesis dan menyebarkan bisa ke sekeliling.
Perempuan itu hanya bisa bungkam. Dia tahu benar, jika dia tidak memiliki kekuatan satu pun. Bibirnya kering, kulit berkeriput layaknya kerupuk kulit, tubuhnya pun tak sebugar dulu kali. Dulu, jangan kau tanya, gunung apa yang tak didaki oleh perempuan itu. Sekarang, untuk menopang tubuhnya pun sulit.
Dia ingin sekali berteriak, tapi begitu sampai di tenggorakan mulutnya langsung mengatup rapat. Kini, seribu ton beban berada di pundaknya. Oh, amang oi...betapa rindunya dia akan dekap amang. Oh, inang oi, betapa ia merindukan tertidur di pangkuan inang..
Perempuan itu sedih bukan kepalang. Tak banyak orang tau akan penyebabnya. Tidak puan ataupun tuan. Perempuan itu merana, bukan karena suaminya, yang pergi bersama perempuan lain. Ataupun anak-anaknya yang menempatkan dia pada ruang yang dihuni oleh dia kini.
Dia marah pada waktu yang merampas semuanya. Merampas satu persatu orang yang dikasihi. Lelaki dia yang pergi, anak-anak yang berubah, hingga sahabat yang raib entah kemana.
Dia sadar, sadar sesadarnya jika semua mata memandang dia aneh. Dia yang sebelumnya suka meracau, kini tak pernah lagi mampu berkata hingga berucap. Kawan-kawannya menatap aneh akan dirinya. Tapi siapa yang peduli. Itu pilihan, ucapnya dalam hati.
Perempuan itu lebih memilih diam seribu bahasa dan mengamati apa yang terjadi di sekeliling. Tidak berucap sepatah kata pun. Dia merasa jengah.
Dia juga muak dengan kawan-kawannya, yang membicarakan sesama di belakang. Namun mereka mampu menutupinya dengan muka manis di depan orang yang dibicarakan. Dia mual, ingin muntah, namun seketika keinginan itu ditahan. Dan cepat-cepat menutup mulutnya rapat-rapat.
Oh ya, satu lagi dia juga muak dengan si anu yang juga bermuka dua. Dulu si anu memiliki hubungan cukup dekat dengan perempuan itu. Namun sejak perempuan itu memilih diam, si anu berubah menjadi ular yang mendesis dan menyebarkan bisa ke sekeliling.
Perempuan itu hanya bisa bungkam. Dia tahu benar, jika dia tidak memiliki kekuatan satu pun. Bibirnya kering, kulit berkeriput layaknya kerupuk kulit, tubuhnya pun tak sebugar dulu kali. Dulu, jangan kau tanya, gunung apa yang tak didaki oleh perempuan itu. Sekarang, untuk menopang tubuhnya pun sulit.
Dia ingin sekali berteriak, tapi begitu sampai di tenggorakan mulutnya langsung mengatup rapat. Kini, seribu ton beban berada di pundaknya. Oh, amang oi...betapa rindunya dia akan dekap amang. Oh, inang oi, betapa ia merindukan tertidur di pangkuan inang..
Minggu, 13 November 2011
Dunia Nan Semu
Jenuh dan jengah
Aku jenuh dengan dunia ini. Penuh dengan hingar bingar yang memekakkan telinga. Aku juga jengah dengan manusia dan semua kemunafikannya.
Pergi dan berlari
Ingin rasanya pergi. Tinggalkan semua mimpi,dogma bahkan norma. Ingin berlari sekencang-kencangnya. Berlari mencari bahagia nan hakiki.
Tertawa
Dunia ini seakan menertawaiku. Makhluk bodoh yang terpedaya.
Lelah
Aku lelah sayang. Lelah sangat. Hatiku telah lelah dengan semua kesemuan duniawi ini. Dunia yang palsu. Bawa aku...
Aku jenuh dengan dunia ini. Penuh dengan hingar bingar yang memekakkan telinga. Aku juga jengah dengan manusia dan semua kemunafikannya.
Pergi dan berlari
Ingin rasanya pergi. Tinggalkan semua mimpi,dogma bahkan norma. Ingin berlari sekencang-kencangnya. Berlari mencari bahagia nan hakiki.
Tertawa
Dunia ini seakan menertawaiku. Makhluk bodoh yang terpedaya.
Lelah
Aku lelah sayang. Lelah sangat. Hatiku telah lelah dengan semua kesemuan duniawi ini. Dunia yang palsu. Bawa aku...
Dwi
Rasanya aneh...sungguh-sungguh aneh. Setelah sekian lama tak bersua, akhirnya aku kembali bertemu dengan sahabatku. Ya, Dwi. Nama lengkapnya Dwi Puspitasari. Sekarang namanya agak lebih panjang karena ditambah titel, menjadi Dwi Puspitasari Amd Keb alias Ahli Madya Kebidanan.
Semuanya berawal, ketika Om Tatam mengirim pesan singkat padaku. Om Tatam adalah adik ibu tiriku. Kira-kira isinya begini "Indri, kamu dimana? ada undangan dari Dwi di rumah, mau diantar kemana?". Aku sungguh-sungguh terkejut membaca sms itu.
Kenangan membawaku kembali ke masa silam. Tujuh tahun yang lalu. Ketika aku duduk di bangku SMA dan tinggal bersama Om Tatam di Meruya Selatan. Aku tak mempunyai teman dan baru pertama kali hidup di ibu kota. Aku memutuskan bergaul dengan lingkungan sekitar. Orang-orang mengenal aku sebagai keponakan Pak Haji, nama lain Om Tatam.
Aku mulai mengenal anak-anak tetangga yang sepantaran denganku. Mulai dari Mariana, Dwi, Riki, Marpuah, hingga Slamet. aku cukup dekat dengan Mariana dan Dwi. Aku sering main bersama mereka usai pulang sekolah atau mereka yang menyambangiku ketika aku menunggu wartel milik om.
Kalau aku dan Mariana pergi sekolah dengan menggunakan angkutan umum, Dwi menggunakan motor. Sekolahnya tak jauh dari rumahnya, tepatnya di Joglo.Maklum, orang tua Dwi tergolong mampu. Orang tuanya walaupun pedagang jamu dan bakso namun dengan kegigihannya mampu bertahan di Jakarta. Bahkan memiliki banyak kontrakan.
Semuanya berawal, ketika Om Tatam mengirim pesan singkat padaku. Om Tatam adalah adik ibu tiriku. Kira-kira isinya begini "Indri, kamu dimana? ada undangan dari Dwi di rumah, mau diantar kemana?". Aku sungguh-sungguh terkejut membaca sms itu.
Kenangan membawaku kembali ke masa silam. Tujuh tahun yang lalu. Ketika aku duduk di bangku SMA dan tinggal bersama Om Tatam di Meruya Selatan. Aku tak mempunyai teman dan baru pertama kali hidup di ibu kota. Aku memutuskan bergaul dengan lingkungan sekitar. Orang-orang mengenal aku sebagai keponakan Pak Haji, nama lain Om Tatam.
Aku mulai mengenal anak-anak tetangga yang sepantaran denganku. Mulai dari Mariana, Dwi, Riki, Marpuah, hingga Slamet. aku cukup dekat dengan Mariana dan Dwi. Aku sering main bersama mereka usai pulang sekolah atau mereka yang menyambangiku ketika aku menunggu wartel milik om.
Kalau aku dan Mariana pergi sekolah dengan menggunakan angkutan umum, Dwi menggunakan motor. Sekolahnya tak jauh dari rumahnya, tepatnya di Joglo.Maklum, orang tua Dwi tergolong mampu. Orang tuanya walaupun pedagang jamu dan bakso namun dengan kegigihannya mampu bertahan di Jakarta. Bahkan memiliki banyak kontrakan.
Senin, 31 Oktober 2011
Memahami Tenses Bagian II
Nah, setelah kemarin saya posting tentang Present Tense atau masa sekarang. Pada postingan kali ini akan dilanjutkan ke postingan tentang masa lalu atau Past Tense. Sama seperti present pada empat bagian, simple, continous, perfect, dan perfect continous... Baiklah, langsung dimulai saja.
1. Simple Past Tenses
Sama seperti simple present tense, tenses ini digunakan untuk menceritakan masa lalu. Hanya saja kita menggunakan bentuk kedua dari irregular verb...misalnya go menjadi went..
ex : I go to school diubah ke past tense menjadi I went go to school.
Sedangkan untuk kalimat yang menggunakan kata sifat, to be yang digunakan was or were. Was digunakan untuk subjeknya I, She, He dan It. Sedangkan Were digunakan untuk subjeknya You, We, dan They. ex.
1.I was very happy when I met her
2. Amir and Budi were absent yesterday.
2. Past Continous Tense
Digunakan untuk menyatakan kejadian yang sedang terjadi pada waktu yang spesifik di masa lampau. Dalam hal ini, spesifikasi waktu biasanya dinyatakan dengan jam (i.e. jam berapa kejadian itu berlangsung). ex
1. My daughter was watching TV at eight o’clock last night. (Anak saya sedang nonton TV jam 8 tadi malam).
2. She was copying the materials at 10 o’clock this morning. (Dia sedang memfotokopi materi jam 10 tadi pagi).
3. I was not being busy at 8 o’clock yesterday morning. (Saya sedang tidak sibuk jam 8 pagi kemarin).
1. Simple Past Tenses
Sama seperti simple present tense, tenses ini digunakan untuk menceritakan masa lalu. Hanya saja kita menggunakan bentuk kedua dari irregular verb...misalnya go menjadi went..
ex : I go to school diubah ke past tense menjadi I went go to school.
Sedangkan untuk kalimat yang menggunakan kata sifat, to be yang digunakan was or were. Was digunakan untuk subjeknya I, She, He dan It. Sedangkan Were digunakan untuk subjeknya You, We, dan They. ex.
1.I was very happy when I met her
2. Amir and Budi were absent yesterday.
2. Past Continous Tense
Digunakan untuk menyatakan kejadian yang sedang terjadi pada waktu yang spesifik di masa lampau. Dalam hal ini, spesifikasi waktu biasanya dinyatakan dengan jam (i.e. jam berapa kejadian itu berlangsung). ex
1. My daughter was watching TV at eight o’clock last night. (Anak saya sedang nonton TV jam 8 tadi malam).
2. She was copying the materials at 10 o’clock this morning. (Dia sedang memfotokopi materi jam 10 tadi pagi).
3. I was not being busy at 8 o’clock yesterday morning. (Saya sedang tidak sibuk jam 8 pagi kemarin).
3. Past Perfect Tense
Umumnya, ada 5 penggunaan past perfet tense, yakni menyatakan kejadian/aktivitas (misalnya, kejadian A) sudah terjadi/dilakukan pada waktu yang tidak spesifik (unspecified/indefinite time) di masa lampau sebelum kejadian/aktivitas yang lain (misalnya kejadian B) di masa lampau, Untuk menyatakan kekerapan (berapa kali) kejadian/aktivitas, untuk menyatakan terus berlangsung mulai dari waktu tertentu di masa lampau sampai waktu tertentu di masa lampau.
Formulanya : Subject + had + verb3 + object + modifier
1.John had traveled around the world before he got married last year. (John telah bertamasya ke seluruh dunia sebelum dia kawin tahun lalu). Sebelum John kawin tahun lalu, dia telah melanglang buana ke seluruh dunia.
2. I had seen the Titanic two times when my friends forced me to join them to watch it again last weekend. (Saya telah nonton Titanic dua kali ketika teman-teman saya memaksa saya untuk menemani mereka menontonnya akhir pekan lalu ).
3. He had married her for 19 years when they finally had a baby last month. (Dia telah mengawininya selama 19 tahun ketika mereka akhirnya punya anak bulan lalu).
Rabu, 26 Oktober 2011
Memahami Tenses
Huh...saya harus memulai tulisan ini dengan keluhan. Setelah bertahun-tahun saya tidak serius belajar bahasa khususnya bahasa inggris, akhirnya saya putuskan untuk belajar bahasa dengan serius. Sejak masih sekolah dasar saya belajar bahasainggris, namun dasar tidak serius semua yang masuk hanya masuk kuping kanan dan kemudian keluar kuping kiri.
Tulisan ini juga bagian dari memahami tenses. Saya agak kesulitan jika harus menghapalnya satu demi satu dari internet.
Baiklah, mari kita mulai.
Tenses adalah berbicara masalah waktu yakni masa lalu, sekarang dan masa akan datang. Secara sederhana tenses yang dipakaiyakni past tense, present tense dan future tense. Tetapi ada penambahan misalnya, keadaan ini masih terus berlangsung dari dulu hingga sekarang atau meerencanakan di masa sekarang apa yang akan terjadi di masa datang.
Tenses adalah berbicara masalah waktu yakni masa lalu, sekarang dan masa akan datang. Secara sederhana tenses yang dipakai yakni past tense, present tense dan future tense. Tetapi ada penambahan misalnya, keadaan ini masih terus berlangsung dari dulu hingga sekarang atau meerencanakan di masa sekarang apa yang akan terjadi di masa datang.
Ribet ya? Intinya gini aja, kalau continous berarti tengah berlangsung, perfect berarti baru saja terjadi tapi masih ada efeknya. Nanti tinggal digabung-gabung aja deh.
1.Simple Present Tense
Tenses ini dipakai untuk menyatakan keadaan sekarang, fakta, generalisasi, kebiasaan atau rutinitas, situasi permanen,pernyataan, sesuatu yang pasti terjadi sesuatu yang sudah yang sudah direncanakan, narasi atau instruksi.
Formulasinya hanya Subjek+Verb I untuk kalimat positif. Sedangkan untuk negatif Subjek+to be+not+verb 1 dan interogative
To be+Subjek+Verb I.
Untuk penggunaan to be sendiri dibagi dua. I, You, We, They menggunakan do, sedangkan he, she, it menggunakan does. Tetapi ingat sebenarnya penggunaannya hanya pada penggunaan negatif.
Sebenarnya pada kalimat positif to be ini sebenarnya ada, tetapi tidak diperlihatkan. Contonya I do love you, I do play football namun karena dihilangkan kalimat ini menjadi I love you, I play football. Mudah kan? Dari dulu saya binggung dengan pola ini, namun selama ini tidak ada yang bisa menjawab. Pertanyaan ini baru terjawab setelag googling. Thanks uncle google.
Nah dalam simple present tense ini juga ada penambahan. Khususnya untuk kalimat dengan menggunakan orang ketiga maka kata kerja harus ditambah S/ES. Contohnya He loves me, He plays the football.
Contohnya guru mengajar di kelas, bumi mengelilingi matahari atau saya tinggal di Jakarta. Atau jika ditulis dalam bahasa inggris nya.
+ Teacher teaches in the class
- Teacher doesn't teach in the class >>>>>> teach kembali bentuk semula karena udah ada does.
? Does teacher teach in the class?
+ The earth goes around the sun.
- The earth doesn't go around the sun
? Does earth go around the sun?
Kadang saya juga berpikir kalau dalam bahasa inggris tidak menggunakan S/ES yang ganda. Jika sudah mengerti ini klik di sini untuk latihannya
2. Present Continous
Tenses ini digunakan untuk menyatakan keadaan yang masih berlangsung hingga sekarang, keadaan sementara, keadaan yang berlangsung sejak lama, janji atau rencana secara personal, tendensi atau tren, kejengkelan atau kemarahan.
Formulasinya adalah S+To be+ Verb ing.
Contohnya
+ I'm drinking a glass of juice >>>> kondisi saat ini
+ I'm riding a bike to get a work because my car is broken >>>>> kondisi sementara
+ They are not talking each other after the last argument >>>>> kondisi sementara
+ They are working hard to earn money >>> proses yang berlangsung lama namun masih terjadi
+ Jim is studying hard to become a doctor >>> proses yang berlangsung lama namun masih terjadi
+ I'm studying english hard to pass international desk >>> ini curhat...lewatkan saja
+ I'm meeting with Nicolas Saputra at 4 pm >>> sudah direncakan dan pasti terjadi (personal ya).
+ Our province is getting bigger >>> tendensi
+ I'm always asking the stupid question >>> ungkapan kejengkelan
Jika sudah memahami, klik di sini untuk latihannya.
3. Present Perfect Tense
Nah tenses ini digunakan untuk mengekspresikan aksi yang terjadi sebelumnya atau memulai pada masa lalu hingga saat ini. Intinya, aktifitas itu masih mempunyai efek pada saat ini. Biasanya tenses ini sering menggunakan kata for atau since.
Formulasinya : S + have/has + Verb 3
+ I have eaten the apple
+ I have already had a breakfast.
+ He has been to England.
+ He has finished his work >>>> jadi sekarang dia bisa istirahat
+ Mary has worked as a teacher for over 25 years
Nah perlu diingat, mulai tenses ini harap menghapalkan irregular verb http://www.englishclub.com/vocabulary/irregular-verbs-list.htm
Untuk latihannya klik di sini
4. Present Perfect Continous Tense
Tenses ini digunakan untuk menyatakan sudah berapa lama suatu keadaan/aksi berlangsung, keadaan yang baru aja berhenti dan situasi sementara. Check this out
Formula S + have/has + been + V-ing + Time marker
+ He has been painting the house for 5 hours >>>> dia masih mengecat
+ I have been waiting for you for half an hour! > sekarang saya tidak menunggu lagi karena kamu sudah datang
+ have been living here for 20 years
+ I have been living in Boston for two months
Untuk latihan klik di sini
Tulisan ini juga bagian dari memahami tenses. Saya agak kesulitan jika harus menghapalnya satu demi satu dari internet.
Baiklah, mari kita mulai.
Tenses adalah berbicara masalah waktu yakni masa lalu, sekarang dan masa akan datang. Secara sederhana tenses yang dipakaiyakni past tense, present tense dan future tense. Tetapi ada penambahan misalnya, keadaan ini masih terus berlangsung dari dulu hingga sekarang atau meerencanakan di masa sekarang apa yang akan terjadi di masa datang.
Tenses adalah berbicara masalah waktu yakni masa lalu, sekarang dan masa akan datang. Secara sederhana tenses yang dipakai yakni past tense, present tense dan future tense. Tetapi ada penambahan misalnya, keadaan ini masih terus berlangsung dari dulu hingga sekarang atau meerencanakan di masa sekarang apa yang akan terjadi di masa datang.
Ribet ya? Intinya gini aja, kalau continous berarti tengah berlangsung, perfect berarti baru saja terjadi tapi masih ada efeknya. Nanti tinggal digabung-gabung aja deh.
1.Simple Present Tense
Tenses ini dipakai untuk menyatakan keadaan sekarang, fakta, generalisasi, kebiasaan atau rutinitas, situasi permanen,pernyataan, sesuatu yang pasti terjadi sesuatu yang sudah yang sudah direncanakan, narasi atau instruksi.
Formulasinya hanya Subjek+Verb I untuk kalimat positif. Sedangkan untuk negatif Subjek+to be+not+verb 1 dan interogative
To be+Subjek+Verb I.
Untuk penggunaan to be sendiri dibagi dua. I, You, We, They menggunakan do, sedangkan he, she, it menggunakan does. Tetapi ingat sebenarnya penggunaannya hanya pada penggunaan negatif.
Sebenarnya pada kalimat positif to be ini sebenarnya ada, tetapi tidak diperlihatkan. Contonya I do love you, I do play football namun karena dihilangkan kalimat ini menjadi I love you, I play football. Mudah kan? Dari dulu saya binggung dengan pola ini, namun selama ini tidak ada yang bisa menjawab. Pertanyaan ini baru terjawab setelag googling. Thanks uncle google.
Nah dalam simple present tense ini juga ada penambahan. Khususnya untuk kalimat dengan menggunakan orang ketiga maka kata kerja harus ditambah S/ES. Contohnya He loves me, He plays the football.
Contohnya guru mengajar di kelas, bumi mengelilingi matahari atau saya tinggal di Jakarta. Atau jika ditulis dalam bahasa inggris nya.
+ Teacher teaches in the class
- Teacher doesn't teach in the class >>>>>> teach kembali bentuk semula karena udah ada does.
? Does teacher teach in the class?
+ The earth goes around the sun.
- The earth doesn't go around the sun
? Does earth go around the sun?
Kadang saya juga berpikir kalau dalam bahasa inggris tidak menggunakan S/ES yang ganda. Jika sudah mengerti ini klik di sini untuk latihannya
2. Present Continous
Tenses ini digunakan untuk menyatakan keadaan yang masih berlangsung hingga sekarang, keadaan sementara, keadaan yang berlangsung sejak lama, janji atau rencana secara personal, tendensi atau tren, kejengkelan atau kemarahan.
Formulasinya adalah S+To be+ Verb ing.
Contohnya
+ I'm drinking a glass of juice >>>> kondisi saat ini
+ I'm riding a bike to get a work because my car is broken >>>>> kondisi sementara
+ They are not talking each other after the last argument >>>>> kondisi sementara
+ They are working hard to earn money >>> proses yang berlangsung lama namun masih terjadi
+ Jim is studying hard to become a doctor >>> proses yang berlangsung lama namun masih terjadi
+ I'm studying english hard to pass international desk >>> ini curhat...lewatkan saja
+ I'm meeting with Nicolas Saputra at 4 pm >>> sudah direncakan dan pasti terjadi (personal ya).
+ Our province is getting bigger >>> tendensi
+ I'm always asking the stupid question >>> ungkapan kejengkelan
Jika sudah memahami, klik di sini untuk latihannya.
3. Present Perfect Tense
Nah tenses ini digunakan untuk mengekspresikan aksi yang terjadi sebelumnya atau memulai pada masa lalu hingga saat ini. Intinya, aktifitas itu masih mempunyai efek pada saat ini. Biasanya tenses ini sering menggunakan kata for atau since.
Formulasinya : S + have/has + Verb 3
+ I have eaten the apple
+ I have already had a breakfast.
+ He has been to England.
+ He has finished his work >>>> jadi sekarang dia bisa istirahat
+ Mary has worked as a teacher for over 25 years
Nah perlu diingat, mulai tenses ini harap menghapalkan irregular verb http://www.englishclub.com/vocabulary/irregular-verbs-list.htm
Untuk latihannya klik di sini
4. Present Perfect Continous Tense
Tenses ini digunakan untuk menyatakan sudah berapa lama suatu keadaan/aksi berlangsung, keadaan yang baru aja berhenti dan situasi sementara. Check this out
Formula S + have/has + been + V-ing + Time marker
+ He has been painting the house for 5 hours >>>> dia masih mengecat
+ I have been waiting for you for half an hour! > sekarang saya tidak menunggu lagi karena kamu sudah datang
+ have been living here for 20 years
+ I have been living in Boston for two months
Untuk latihan klik di sini
Selasa, 25 Oktober 2011
Indonesia Defeats Timor Leste In U-23
Indonesia's under-23 years of age soccer team (U-23 team) defeated Timor Leste 5-0 in friendly match at the Bung Karno main stadium Jakarta, Tuesday.
Indonesia's winning goal were made by Abdulrahman at 5th minute, Ferdinan Sinaga at 7th minute, Patrick Wanggai 17th minute, Egi Megiansah 21st minute, and Samsir Alam 71st minute.
The national team which was trained by coach Rahmad Darmawan dominated the first round with four goals. Although two goals in penalty line.
Timor Leste give the pressure in the second round. Timor Leste's which was trained by Antonio Viera directly threatened Indonesia's wicket watched by its goalkeeper Andrithany Ardhiyasa.
Indonesia's winning goal were made by Abdulrahman at 5th minute, Ferdinan Sinaga at 7th minute, Patrick Wanggai 17th minute, Egi Megiansah 21st minute, and Samsir Alam 71st minute.
The national team which was trained by coach Rahmad Darmawan dominated the first round with four goals. Although two goals in penalty line.
Timor Leste give the pressure in the second round. Timor Leste's which was trained by Antonio Viera directly threatened Indonesia's wicket watched by its goalkeeper Andrithany Ardhiyasa.
Senin, 24 Oktober 2011
Mereka Berjuang Demi Setetes Air Bersih
Manisa (36) tampak kerepotan dengan tangan kanan dan kirinya membawa jirigen yang berisi air, Jumat (21/10) siang. Sesekali perempuan yang mengenakan baju kaos merah itu berhenti dan menyeka keringat yang mengucur di wajahnya.
Warga Pademangan Barat, Jakarta Utara itu, baru saja membeli air dari kios milik Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya. Untuk mendapatkan air bersih, Manisa harus berjalan kaki sejauh satu kilometer ke kios air terdekat. Setiap hari, ia harus merogoh kocek hingga Rp10.000 ribu untuk mendapatkan air bersih.
Sejak dua tahun lalu dia memilih membeli langsung air dari kios yang memang disediakan untuk melayani penduduk di kawasan itu. Sebelumnya, dia pernah menjadi pelanggan PAM, namun kemudian berhenti karena air yang mengalir kecil dan keruh.
"Bayarnya juga lebih mahal. Makanya lebih memilih membeli melalui kios aja," kata ibu dua anak ini.
Air itu digunakan untuk keperluan memasak. Sedangkan untuk keperluan mandi dan mencuci keluarganya menggunakan air sumur yang menurut Manisa keruh, bau dan rasanya asin. Tak jarang juga air dari PAM pun berwarna hitam dan bau.
"Memang sejak saya kecil kondisi sudah seperti itu. Tapi tampaknya pemerintah kurang memperhatikannya," keluh Manisa.
Kerusakan Lingkungan Dalam Balutan Warna
Apa jadinya jika pelukis menggambarkan tentang kerusakan lingkungan? Tentu jawabnya kaya dengan khasanah warna.
Para pelukis dari berbagai aliran seni lukis menuangkan semua kegundahan atas kerusakan lingkungan pada sehelai kanvas. Ada yang menggambarkan pemanasan global dan perubahan iklim dalam garis yang menghasilkan ritme dan secara gamblang menvisualkannya. Tapi ada juga pelukis yang menampilkannya hanya dalam simbol-simbol.
Itulah yang terjadi ketika 24 pelukis yang tergabung dalam Himpunan Pelukis Jakarta (HIPTA) menampilkan hasil 48 karyanya dalam pameran yang bertajuk "Shaping a Biosphere" di Taman Ismail Marzuki, 17 hingga 31 Oktober.
Pameran minim publikasi mengkampanyekan ketidakseimbangan lingkungan yang ditimbulkan akibat ulah manusia yang serakah.
Pelukis dengan karyanya mengkritik manusia yang lalai penyelarasan dan kebersamaan hidup dan lingkungan. Pelukis juga menampilkan wajah perempuan dengan semua keindahannya dalam pameran itu.
"Dalam paradigma yang salah maka manusia kerap terjebak dalam egoisme sektoral dan sektoral yang cenderung eksploitatif dan serakah. Sehingga menjadi paradoks bagi kodrat ke-Illahi-an manusia," kata Ketua Umum HIPTA, Imam P Radjasa di Jakarta, Kamis.
Perubahan iklim yang disebabkan rusaknya lingkungan mengakibatkan krisis multidimensi seperti kelangkaan pangan dan energi.Jika sudah demikian, manusia tidak hanya menyiapkan masa depan dengan sebuah bencana tetapi juga merendahkan kodrat manusia itu sendiri.
Pameran ini sendiri, kata Imam, dimaksudkan untuk menggugah kepedulian masyarakat atas krisis yang terjadi. Dimana dalam krisis kelangkaan pangan kaum perempuan kelompok yang paling terkena dampak krisis karena peran dalam keberlangsungan hidup keluarga.
"Salah satu isu yang diangkat dalam kampanye kerusakan lingkungan adalah mengenai krisis pangan dan energi," tambah Imam lagi.
Dalam sambutannya juga, Imam kembali mengingatkan kaum perempuan untuk kembali pada dasarnya, seperti ibu-ibu dan para gadis di desa-desa menumbuk padi di lesung, sebelum tergantikan oleh beras impor.
Menurut dia, irama gerak yang teratur dan dihayati membuat lesung seakan bersenandung. Daripadanya tidak ada yang terbuang, mulai dari sekam untuk membakar batu bata, dedak untuk pakan ternak, hingga bekatul dan beras yang layak untuk dikonsumsi.
Para pelukis dari berbagai aliran seni lukis menuangkan semua kegundahan atas kerusakan lingkungan pada sehelai kanvas. Ada yang menggambarkan pemanasan global dan perubahan iklim dalam garis yang menghasilkan ritme dan secara gamblang menvisualkannya. Tapi ada juga pelukis yang menampilkannya hanya dalam simbol-simbol.
Itulah yang terjadi ketika 24 pelukis yang tergabung dalam Himpunan Pelukis Jakarta (HIPTA) menampilkan hasil 48 karyanya dalam pameran yang bertajuk "Shaping a Biosphere" di Taman Ismail Marzuki, 17 hingga 31 Oktober.
Pameran minim publikasi mengkampanyekan ketidakseimbangan lingkungan yang ditimbulkan akibat ulah manusia yang serakah.
Pelukis dengan karyanya mengkritik manusia yang lalai penyelarasan dan kebersamaan hidup dan lingkungan. Pelukis juga menampilkan wajah perempuan dengan semua keindahannya dalam pameran itu.
"Dalam paradigma yang salah maka manusia kerap terjebak dalam egoisme sektoral dan sektoral yang cenderung eksploitatif dan serakah. Sehingga menjadi paradoks bagi kodrat ke-Illahi-an manusia," kata Ketua Umum HIPTA, Imam P Radjasa di Jakarta, Kamis.
Perubahan iklim yang disebabkan rusaknya lingkungan mengakibatkan krisis multidimensi seperti kelangkaan pangan dan energi.Jika sudah demikian, manusia tidak hanya menyiapkan masa depan dengan sebuah bencana tetapi juga merendahkan kodrat manusia itu sendiri.
Pameran ini sendiri, kata Imam, dimaksudkan untuk menggugah kepedulian masyarakat atas krisis yang terjadi. Dimana dalam krisis kelangkaan pangan kaum perempuan kelompok yang paling terkena dampak krisis karena peran dalam keberlangsungan hidup keluarga.
"Salah satu isu yang diangkat dalam kampanye kerusakan lingkungan adalah mengenai krisis pangan dan energi," tambah Imam lagi.
Dalam sambutannya juga, Imam kembali mengingatkan kaum perempuan untuk kembali pada dasarnya, seperti ibu-ibu dan para gadis di desa-desa menumbuk padi di lesung, sebelum tergantikan oleh beras impor.
Menurut dia, irama gerak yang teratur dan dihayati membuat lesung seakan bersenandung. Daripadanya tidak ada yang terbuang, mulai dari sekam untuk membakar batu bata, dedak untuk pakan ternak, hingga bekatul dan beras yang layak untuk dikonsumsi.
Jalan Buntu Jaminan Sosial
Lelaki berumur 67 tahun ini berkali-kali menghela nafas, sebelum terucap kata dari bibirnya. Matanya terus menerawang, baru kemudian mulutnya terbuka.
"Andai saya tahu, mungkin banyak uang yang menjadi hak saya yang seharusnya diterima," kata Kadir, salah seorang pensiunan PT Kereta Api (Persero) yang ditemui ANTARA di Jakarta, Rabu.
Kadir yang mengakhiri masa tugasnya di PT Kereta Api terhitung 1 April 2007 itu paham benar bagaimana berbelitnya persoalan dana pensiun itu. Bahkan ribuan pegawai Kereta Api harus turun ke jalan selama dua tahun pada 2003 dan 2004 untuk menuntut hak mereka. Penyebabnya ketika itu, PT Kereta Api menyatakan hanya bisa membayar pensiun sampai 2006.
"Sebagai perusahaan umum, gaji kami berasal APBN dan perusahaan. Porsinya 68 persen dari APBN, lalu 32 persen dari perusahaan. Nah, ketika itu perusahaan hanya mampu membayar gaji dan pensiunan hingga 2006. Tentu saja, kami tidak bisa menerimanya," kenang Kadir.
Saat itu, jumlah pegawai dan pensiunan mencapai 10 ribu orang. Persoalan ini bermula beralihnya status perusahaan itu dari Perusahaan jawatan (Perjan) menjadi Perusahaan Umum (Perum) berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No 57/1990, lalu pada 1998 PT KA resmi menjadi Persero. Peralihan ini membuat status pegawai berubah dari PNS menjadi pegawai perusahaan. Pengalihan ini melalui Keputusan Menteri Perhubungan KP304/2/1/17-PHB-92 tanggal 15 Januari 1992.
"Ketika itu saya tidak punya pilihan dan harus menandatangani peralihan status ini. Jika tahu akan merugikan, tentunya kami semua sepakat menolak," kata Kadir yang masuk ke PT Kereta Api pada 1978 itu.
Sabtu, 22 Oktober 2011
Bodohnya Saya
Kadang saya suka keki kalau bertemu seniman entah itu penyair, sastrawan, pelukis atau apalah namanya. Salah-salah pilih kata saya bisa diusir hingga dipermalukan. Bagi saya, seniman itu adalah manusia dengan ego yang amat sangat besarnya. Dan juga mempunyai pribadi yang kompleks. Ucapannya menyakitkan hati, walaupun niatnya baik. Tidak semua memang.
Saya ingat benar, dulu ketika masih kuliah sekitar 2008, saya bermain ke Rumah Dunia di Serang. Saya sudah beberapa kali main di komunitas itu. Nah, suatu ketika saya melihat mas Gola Gong dan tanpa pikir panjang, saya mendekati. Mulailah saya bertanya ini itu. Hingga akhirnya, dia berjalan ke arah perpustakaan dan memberikan saya sebuah potongan koran yang dibingkai dalam pigura.
"Lebih baik kamu membaca semua tentang saya di sini," kata mas Gong.
Saya hanya bisa tersenyum keki. Kemudian suatu waktu lagi, saya kembali ke Rumah Dunia dan bertemu penyair Banten, Toto ST Radik. Setelah bertanya ini itu tentang puisi, saya pun hendak menanyakan pendapatnya tentang puisi saya. Tapi sebelumnya saya berkata.
"Mas, ini puisi saya. Tapi ini bukan puisi terbaik saya," kata saya sambil memberikan buku saya.
Mendengar hal itu, Toto ST Radik langsung marah dan melempar buku saya. Lalu dia berkata.
"Pergi kamu!!!!" usir dia.
Saya hanya terdiam, tak tahu harus bagaimana.
"Pergi kamu, saya tidak mau melihat kamu di sini," kata dia lagi.
Saya pun mengambil buku yang dilempar dan memasukkannya ke dalam tas. Seingat saya, sebelum meninggalkan tempat itu saya sempat mengatakan saya akan mengalahkan dia suatu waktu nanti.
Begitu juga di Riau, kampung halaman saya. Ketika mulai menjalani profesi jurnalistik, saya pun wawancara beberapa seniman. Ada yang baik sambutannya, tapi ada juga yang ngejengkelin seperti di atas.
"Karya-karya bapak sulit dimengerti oleh awam," kata saya pada Yusmar Yusuf.
Tanpa tedeng aling, Yusmar pun berkata :
"Makanya jangan jadi orang awam,"
Saya hanya terdiam, dalam hati misuh-misuh alias maki-maki, pukimak bapak ni.
Begitu juga dengan senior saya, yang juga seniman teater, Fedli Azis. Awalnya saya hanya bertanya liputan dimana, hingga pada suatu kesimpulan dia berkata kalau saya menyuruh dia.
"Apa hak kau menyuruh aku," oala..ampunlah.
Ketika dari Jakarta pun, peristiwa memalukan terus terjadi. Contohnya ketika wawancara pelukis Agoes Jolly. Dia dengan seenaknya menyuruh saya mencari lukisannya dan suruh mencari maknanya sendiri.
Saya ingat benar, dulu ketika masih kuliah sekitar 2008, saya bermain ke Rumah Dunia di Serang. Saya sudah beberapa kali main di komunitas itu. Nah, suatu ketika saya melihat mas Gola Gong dan tanpa pikir panjang, saya mendekati. Mulailah saya bertanya ini itu. Hingga akhirnya, dia berjalan ke arah perpustakaan dan memberikan saya sebuah potongan koran yang dibingkai dalam pigura.
"Lebih baik kamu membaca semua tentang saya di sini," kata mas Gong.
Saya hanya bisa tersenyum keki. Kemudian suatu waktu lagi, saya kembali ke Rumah Dunia dan bertemu penyair Banten, Toto ST Radik. Setelah bertanya ini itu tentang puisi, saya pun hendak menanyakan pendapatnya tentang puisi saya. Tapi sebelumnya saya berkata.
"Mas, ini puisi saya. Tapi ini bukan puisi terbaik saya," kata saya sambil memberikan buku saya.
Mendengar hal itu, Toto ST Radik langsung marah dan melempar buku saya. Lalu dia berkata.
"Pergi kamu!!!!" usir dia.
Saya hanya terdiam, tak tahu harus bagaimana.
"Pergi kamu, saya tidak mau melihat kamu di sini," kata dia lagi.
Saya pun mengambil buku yang dilempar dan memasukkannya ke dalam tas. Seingat saya, sebelum meninggalkan tempat itu saya sempat mengatakan saya akan mengalahkan dia suatu waktu nanti.
Begitu juga di Riau, kampung halaman saya. Ketika mulai menjalani profesi jurnalistik, saya pun wawancara beberapa seniman. Ada yang baik sambutannya, tapi ada juga yang ngejengkelin seperti di atas.
"Karya-karya bapak sulit dimengerti oleh awam," kata saya pada Yusmar Yusuf.
Tanpa tedeng aling, Yusmar pun berkata :
"Makanya jangan jadi orang awam,"
Saya hanya terdiam, dalam hati misuh-misuh alias maki-maki, pukimak bapak ni.
Begitu juga dengan senior saya, yang juga seniman teater, Fedli Azis. Awalnya saya hanya bertanya liputan dimana, hingga pada suatu kesimpulan dia berkata kalau saya menyuruh dia.
"Apa hak kau menyuruh aku," oala..ampunlah.
Ketika dari Jakarta pun, peristiwa memalukan terus terjadi. Contohnya ketika wawancara pelukis Agoes Jolly. Dia dengan seenaknya menyuruh saya mencari lukisannya dan suruh mencari maknanya sendiri.
Rabu, 19 Oktober 2011
'Parkinson' Reshuffle Kabinet
Penyakit mundurnya sistem saraf pusat atau Parkinson semakin dikenal sejak petinju legendaris dunia, Muhammad Ali menderita penyakit itu.
Parkinson telah membuat Muhammad Ali tidak mampu mengontrol syaraf motoriknya, sehingga tangan dan kakinya gemetar terus menerus. Kini "Parkinson" tak hanya menyerang manusia, tetapi telah menjalar ke pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
"Kabinet SBY saat ini seperti terserang Parkinson. SBY telah kehilangan kontrol atas pemerintahannya sendiri, terutama saat melakukan resuffle kabinet," ujar Pakar Hukum Tata Negara LIPI Syafuan Rozi Soebhan, kepada ANTARA, menanggapi reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu jilid II di Jakarta, Senin.
Soebhan menilai Presiden SBY telah kehilangan kontrol karena ia terlihat khawatir dengan ancaman parpol yang akan keluar koalisi jika ia mengganti menteri-menteri parpol. Oleh karena itu ia hanya berani menambah wakil menteri dalam kabinetnya, sementara "jatah" menteri dari parpol relatif tetap.
Padahal, menurut Soebhan, pemerintahan SBY saat ini sangat membutuhkan orang-orang profesional untuk memimpin kementerian, demi meningkatkan kinerja pemerintahannya.
Perombakan atau reshuffle kabinet, kata Soebhan, akan lebih berarti jika SBY mengganti beberapa menteri dari parpol dengan orang-orang profesional, ketimbang penambahan wakil menteri yang bisa menyebabkan kabinet menjadi gemuk.
Perombakan atau reshuffle kabinet, kata Soebhan, akan lebih berarti jika SBY mengganti beberapa menteri dari parpol dengan orang-orang profesional, ketimbang penambahan wakil menteri yang bisa menyebabkan kabinet menjadi gemuk.
"Penambahan wakil menteri yang tidak dijelaskan fungsinya oleh presiden juga akan menyebabkan terjadinya gejala 'parkinsonisasi'," katanya.
SBY melakukan penambahan wakil menteri dalam resuffle Kabinet Indonesia Bersatu II, dengan harapan bisa memperbaiki kinerja sejumlah kementerian yang bermasalah, namun sayang menurut Rozi Soebhan, pemekaran birokrasi yang dilakukan pemerintah justru tidak sesuai dengan fungsinya.
Senin, 17 Oktober 2011
Batik Kian Membumi, Batik Kian di Hati
Sejak diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu, dan Budaya atau UNESCO pada 2009, batik kian hari kian populer.
Batik yang sewindu lalu, lebih banyak digunakan pada saat acara adat maupun perkawinan, kini semakin membumi. Saban hari kita bisa melihat tua, muda hingga anak-anak mengenakan batik, sudah bergeser tidak lagi menjadi busana pelengkap. Batik juga bisa dilihat dimana-mana, mulai dari kantor pemerintahan hingga swasta.
Begitu juga dengan penggunanya, kalau dulu hanya orang-orang tertentu yang boleh menggunakan motif batik tertentu. Misalnya, hanya keluarga keraton yang boleh mengenakan batik dengan motif kuno keraton seperti motif Panji, Gringsing, Kawung, dan Parang.
Transportasi Umum dan Hilangnya Rasa Aman Kaum Perempuan
Kasus pemerkosaan yang dialami oleh RS (27) di dalam angkutan kota D-02 jurusan Ciputat - Pondok Labu pada Kamis (1/9) cukup membuat masyarakat Jakarta tercengang.
Pasalnya, kejadian itu berselang tak lama setelah kasus pemerkosaan serupa yang dialami mahasiswi Bina Nusantara, Livia Pavita Soelistio (22) pada pertengahan Agustus.
RS diperkosa oleh empat pelaku yakni A , YG, AR, dan SB, juga memaksakan hubungan badan secara bergilir. yang berada di dalam angkutan kota. Kejadian bermula ketika dirinya pulang kerja sekitar pukul 00.30 dengan menumpang Kopaja P19 jurusan Tanah Abang-Ragunan.
Dia turun di wilayah Cilandak untuk melanjutkan perjalanan ke arah Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Tak lama kemudian, datang angkot D02 mendekat dan menawari korban untuk mengantar langsung ke Pasar Rebo.
RS pun mengiyakan tawaran itu dan langsung naik ke angkot karena mengenal A, satu dari empat pelaku pemerkosa. Saat korban naik angkot, A mengajak untuk melakukan hubungan badan.
Korban pun menolak, tapi tetap dipaksa melayani nafsu pelaku. Pemerkosaan berlangsung selama angkot itu berjalan dan memutar-mutar di wilayah Trakindo hingga Cilandak.
Hadiani Punguti Beras Demi Lima Cucu
Mentari bersinar terik ketika satu persatu truk pengangkut beras memasuki kawasan Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Selasa siang.
Puluhan buruh angkut dengan sigap berdiri begitu truk menepi di depan toko. Membuka terpal yang menutupi dan pintu belakang truk. Kemudian satu persatu karung beras diangkut dari truk ke dalam toko.
Hadiani (66) hanya bisa berdiri dan menatap aktivitas buruh pengangkut beras di pasar itu. Tangan kirinya memegang sapu lidi, sedangkan tangan kanannya menggenggam pengki. Sementara di punggungnya melilit kain yang dijadikan pengganti tas.
Begitu aktivitas buruh angkut selesai, nenek lima orang cucu ini dengan cekatan menyapu beras yang berjatuhan ke jalanan. Tak pedulikannya mentari yang bersinar terik.
Dengan tekun dikumpulkannya butir-butir beras yang bercampur dengan tanah jalanan. Kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik yang disandangnya.
Puluhan buruh angkut dengan sigap berdiri begitu truk menepi di depan toko. Membuka terpal yang menutupi dan pintu belakang truk. Kemudian satu persatu karung beras diangkut dari truk ke dalam toko.
Hadiani (66) hanya bisa berdiri dan menatap aktivitas buruh pengangkut beras di pasar itu. Tangan kirinya memegang sapu lidi, sedangkan tangan kanannya menggenggam pengki. Sementara di punggungnya melilit kain yang dijadikan pengganti tas.
Begitu aktivitas buruh angkut selesai, nenek lima orang cucu ini dengan cekatan menyapu beras yang berjatuhan ke jalanan. Tak pedulikannya mentari yang bersinar terik.
Dengan tekun dikumpulkannya butir-butir beras yang bercampur dengan tanah jalanan. Kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik yang disandangnya.
Hikayat Si Kentang yang 'Dibenci' Petani Lokal
Apakah anda pernah membaca kisah anak-anak tentang kentang dan kebencian? Kisah yang mengajarkan budi pekerti ini banyak beredar di dunia maya.
Cerita berawal dari seorang guru TK yang mengadakan "permainan" dan meminta tiap muridnya untuk membawa membawa kantong plastik transparan dan kentang.
Setiap kentang yang dimasukkan ke plastik dan diberi nama yang berdasarkan orang yang yang dibenci. Jumlahnya tidak dibatasi. Terserah. Pada hari yang disepakati tiap murid membawa kentang `kebencian` itu ke sekolah. Ada yang bawa satu, dua, tiga hingga sepuluh.
Sang guru pun memerintahkan untuk membawa kantong plastik berisi kentang kemana saja mereka pergi, bahkan ke toilet sekalipun, selama satu minggu.
Silih hari berganti, kentang-kentang pun mulai membusuk. Banyak yang mengeluh karena berat dan bau tidak sedap, apalagi yang membawa sepuluh kentang.
Gangguan Jiwa Pupus Impian Yuli Jadi Dokter
Sesosok perempuan berusia 30 tahunan itu tampak duduk tercenung di salah satu rumah di kawasan padat penduduk Pasar Baru, Sawah Besar Jakarta Pusat.
Blus bermotif bunga-bunga yang dia kenakan kemungkinan lebih tua dibanding usianya. Matanya menatap lurus ke depan, kosong. Sesekali dipandangnya langit-langit rumahnya yang kusam.
Perempuan itu mempunyai nama panggilan Yuli. Tepat di sampingnya, duduk perempuan yang lebih muda, Ratnawati (29). Dialah yang merawat Yuli sejak tiga tahun lalu.
Ratna, biasa dia dipanggil, mengatakan, Yuli menderita gangguan jiwa sejak 18 tahun silam. Gangguan itu bermula ketika Yuli lepas dari sekolah menengah. Dia mulai banyak melamun dan terkadang tertawa.
Awalnya keluarganya hanya mengira sakit biasa dan tak begitu menghiraukantnya. Namun, dari hari ke hari, perilaku Yuli semakin aneh dan membuat resah. Misalnya saja, tiba-tiba ia berteriak dan mengamuk tanpa alasan yang jelas. Jika sudah mengamuk, tangannya menutup kedua telinganya, matanya menyiratkan amarah dan mulutnya mengeluarkan kata umpatan.
"Kalau sudah mengamuk, paling tidak butuh dua orang untuk menenangkannya," ujar Ratna.
Berbagai upaya telah dilakukan baik pengobatan medis maupun alternatif demi kesembuhannya. Berbagai macam dokter didatangi. Dokter yang menanganinya mengatakan Yuli mengalami gangguan kejiwaan jenis `skizofrenia paranoid`.
Blus bermotif bunga-bunga yang dia kenakan kemungkinan lebih tua dibanding usianya. Matanya menatap lurus ke depan, kosong. Sesekali dipandangnya langit-langit rumahnya yang kusam.
Perempuan itu mempunyai nama panggilan Yuli. Tepat di sampingnya, duduk perempuan yang lebih muda, Ratnawati (29). Dialah yang merawat Yuli sejak tiga tahun lalu.
Ratna, biasa dia dipanggil, mengatakan, Yuli menderita gangguan jiwa sejak 18 tahun silam. Gangguan itu bermula ketika Yuli lepas dari sekolah menengah. Dia mulai banyak melamun dan terkadang tertawa.
Awalnya keluarganya hanya mengira sakit biasa dan tak begitu menghiraukantnya. Namun, dari hari ke hari, perilaku Yuli semakin aneh dan membuat resah. Misalnya saja, tiba-tiba ia berteriak dan mengamuk tanpa alasan yang jelas. Jika sudah mengamuk, tangannya menutup kedua telinganya, matanya menyiratkan amarah dan mulutnya mengeluarkan kata umpatan.
"Kalau sudah mengamuk, paling tidak butuh dua orang untuk menenangkannya," ujar Ratna.
Berbagai upaya telah dilakukan baik pengobatan medis maupun alternatif demi kesembuhannya. Berbagai macam dokter didatangi. Dokter yang menanganinya mengatakan Yuli mengalami gangguan kejiwaan jenis `skizofrenia paranoid`.
Bemo Disayang Bemo Dibuang
Deru mesin kendaraan saling berpacu memecah keheningan di perempatan Grogol, Jakarta Barat, Rabu siang. Matahari bersinar terik. Beberapa pejalan kaki yang tengah menyeberang terengah-engah setengah berlari menghindar dari serbuan kendaraan yang berdatangan.
Berjalan sedikit ke arah Jalan Prof Dr Latumeten terdapat puluhan bemo, parkir sejajar di pinggir jalan. Kendaraan roda tiga yang pernah menguasai jalan ibu kota ini terlihat tua dan lusuh, dengan cat yang mengelupas dan karat di hampir setiap bagian.
Para penumpang mulai berdatangan dan duduk teratur di dalam kendaraan asal Jepang itu. Sementara tak jauh dari bemo, sejumlah lelaki memenuhi sebuah warung. Ada yang menghirup kopi tetapi tak sedikit juga yang memandang lurus ke jalan raya yang dijejali kendaraan.
Gaung Kemerdekaan Palestina di Konser Maher Zain
Maher Zain, dengan suaranya yang merdu dan wajah tampan khas Timur Tengah mampu menyedot perhatian penggemar musik di Tanah Air.
Penyanyi Swedia keturunan Lebanon itu membawa nafas baru dalam genre musik pop religi. Maher mengusung lagu Islami dalam balutan nuansa modern nan ngepop dan mudah diterima telinga penikmat musik.
Berbekal album debutnya yang berjudul `Thank You Allah` dia mampu membawa perubahan. Maher, sesuai dengan keinginannya, ingin menunjukkan pada dunia bahwa Islam itu tidak kaku dan membosankan.
Lelaki kelahiran 16 Mei 1981 ini juga ingin musiknya bisa diterima semua kalangan dan bisa membawa generasi muda ke arah positif. Tentunya, melalui lirik lagu nan apik dan penuh motivasi.
Penyanyi Swedia keturunan Lebanon itu membawa nafas baru dalam genre musik pop religi. Maher mengusung lagu Islami dalam balutan nuansa modern nan ngepop dan mudah diterima telinga penikmat musik.
Berbekal album debutnya yang berjudul `Thank You Allah` dia mampu membawa perubahan. Maher, sesuai dengan keinginannya, ingin menunjukkan pada dunia bahwa Islam itu tidak kaku dan membosankan.
Lelaki kelahiran 16 Mei 1981 ini juga ingin musiknya bisa diterima semua kalangan dan bisa membawa generasi muda ke arah positif. Tentunya, melalui lirik lagu nan apik dan penuh motivasi.
Indonesia Emas, Mungkinkah?
Puluhan atlet atletik berdatangan ke Lapangan Madya di Jalan Asia Afrika, Jakarta, pekan lalu.
Tak berlama-lama setelah menaruh barang bawaan, mereka langsung melakukan pemanasan. Ada yang berlari-lari kecil dan ada juga yang bermain bola bersama rekan sesama atlet.
Fadlin (20), sprinter muda andalan Indonesia pada SEA Games 2011 turut bermain bola dengan rekannya, sprinter Farel Oktaviandi dalam pemanasan itu. Fadlin merupakan peraih medali emas nomor lari 100 meter putra di Kejuaraan Nasional Atletik 2011.
Sang pelatih Eni Nuraini, dari kejauhan mengawasi anak asuhnya. Sesekali ia menegur para atlet yang terlihat kurang serius.
Setelah sesi pemanasan, Eni mengajak sprinter muda itu untuk pindah menuju lintasan. Di sana, para sprinter dilatih fisik dan teknik berlari.
"Latihan untuk persiapan SEA Games sejak setahun lalu. Bedanya, kalau sekarang `speed` nya lebih tinggi," kata atlet asal Bima, Nusa Tenggara Barat itu usai latihan.
Mengenal Gateball, Olahraga yang Digemari Para Lansia
Sepuluh laki-laki dan perempuan paruh baya memenuhi salah satu lapangan rumput yang terletak di Parkir Timur Kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis siang.
Mereka berpakaian rapi dan masing-masing memegang tongkat di tangannya. Tongkat yang digunakan pun terbilang unik, seperti palu namun dipakai terbalik. Fungsinya untuk memukul bola agar masuk ke dalam gawang kecil.
Masing-masing peserta yang terbagi dalam dua tim menunggu giliran untuk memukul bola. Selain memegang tongkat, pemain juga memegang bola yang harus dimasukkan ke dalam gawang.
Walau mayoritas berumur diatas 60 tahun, para pemain tampak antusias dan bersemangat menunggu giliran.
Sepak Bola Bawa Naim Ke Spanyol
Naim sebelum keberangkatan ke Spanyol di Kantor Kemenpora. Di Spanyol Naim memperoleh prediket kiper terbaik dua dunia karena - hanya kebobolan tujuh gol selama kompetisi. |
Sesekali mereka serius bahkan tak jarang juga bersenda gurau, ketika Menteri Pemuda dan Olahraga, Andi Mallarangeng, sedang memberikan sambutannya sebelum melepas secara simbolis tim junior Indonesia yang akan berlaga di final dunia sepak bola anak U-12 Danone Nation Cup (DNC) di Stadion Santiago Bernabeu, Madrid, Spanyol, 6-9 Oktober.
Adalah Kurnaim (12), pelajar kelas I MTSN Balangbalang Makasar yang menjadi bahagian dari tim itu. Naim, biasa dia dipanggil, bungsu dari tiga bersaudara ini tak pernah menyangka kecintaannya akan sepak bola membawanya terbang jauh ke Madrid, Spanyol.
Jumat, 07 Oktober 2011
Kembali Menangis
Pagi ini saya kembali menangis. Saya benci kenangan. Kenangan yang diciptakan sahabat-sahabat terbaik saya. Saya menangis pagi ini, begitu adik tingkat saya Randy, komentar di fesbuknya. Komentarnya begini,"Teriak dr lantai 2 kostan hilman d palem dulu: "Wey ndri satean sini,." :D "...
Saya jadi ingat semua kenangan ketika kuliah. Semuanya berlangsung cepat, bagai kilas balik. Dan saya benci semua kenangan.
Saya jadi ingat semua kenangan ketika kuliah. Semuanya berlangsung cepat, bagai kilas balik. Dan saya benci semua kenangan.
Oktober Biru
Sudah lama rasanya saya tidak menulis di blog kesayangan ini. Sekalinya nulis, saya bercerita tentang 'kehilangan'. Yah, di tengah kesibukan yang lumayan tingggi, saya merasa kehilangan. Kehilangan pertama adalah ketika teman saya, Mona, mengatakan Ewid (teman saya jg) mengundurkan diri dari Kursus Dasar Pewarta (Susdape) yang dijalani.
Awalnya saya tidak percaya dengan apa yang saya dengar. Saya langsung konfirmasi ke Ewid melalui pesan singkat. Dan, dia menjawab kalau dia memang mengundurkan diri karena ingin melanjutkan kuliah komunikasi di Australia. Perasaan saya campur aduk, antara senang melihat kemajuan teman dan juga sedih kehilangan dirinya.
Walau memang saya tidak begitu dekat dengan Ewid, saya tetap saja merasa kehilangan. Perasaan ini sama, ketika dulu teman saya Intan dan Ebi disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Entahlah, seingat saya ketika di kelas Ewid adalah anak yang gigih belajar. Dia terus belajar, nanya sana nanya sini. Bahkan dia mau meluangkan waktunya untuk belajar lebih banyak.
Awalnya saya tidak percaya dengan apa yang saya dengar. Saya langsung konfirmasi ke Ewid melalui pesan singkat. Dan, dia menjawab kalau dia memang mengundurkan diri karena ingin melanjutkan kuliah komunikasi di Australia. Perasaan saya campur aduk, antara senang melihat kemajuan teman dan juga sedih kehilangan dirinya.
Walau memang saya tidak begitu dekat dengan Ewid, saya tetap saja merasa kehilangan. Perasaan ini sama, ketika dulu teman saya Intan dan Ebi disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Entahlah, seingat saya ketika di kelas Ewid adalah anak yang gigih belajar. Dia terus belajar, nanya sana nanya sini. Bahkan dia mau meluangkan waktunya untuk belajar lebih banyak.
Minggu, 21 Agustus 2011
From Pekanbaru to Pasar Baru
This post is edited by my friend, Ida Nurcahyani..
Finally, I realize that I go nowhere. On the first of May, I went to Jakarta leaving my town, Pekanbaru. I went there for joining journalistic course. In Jakarta, I stay at Pasar Baru. Near my campuss.
And you know what? actually I feel that I'm not moving at all. Because, Pekanbaru and Pasar Baru mean same. Pekan in Malay means market. While pasar is means the same. So, I'm going nowhere. Only moved in different city but same name :)
Finally, I realize that I go nowhere. On the first of May, I went to Jakarta leaving my town, Pekanbaru. I went there for joining journalistic course. In Jakarta, I stay at Pasar Baru. Near my campuss.
And you know what? actually I feel that I'm not moving at all. Because, Pekanbaru and Pasar Baru mean same. Pekan in Malay means market. While pasar is means the same. So, I'm going nowhere. Only moved in different city but same name :)
Sabtu, 20 Agustus 2011
They Underestimated Me
This afternoon, when I'm studying at class. One of my friend asked me about my recruitment process joining this company. His question shocked me. Because, we been together for long time but why he only now. And the worst is he my close friend.
I was trying to hide my dissapointment. Answer that question and I follow recruitment step by step. He is not only one that asking me. There are also some friends asked me same question. So, what else I can do besides answering. I know what is they mind.
Ohh, my dear friends. Why do you so underestimated me. Because, I was contributor at my region! it doesn't mean I got some special treatment. Have to emphasis that I'm not like that. I fight for it...
I was trying to hide my dissapointment. Answer that question and I follow recruitment step by step. He is not only one that asking me. There are also some friends asked me same question. So, what else I can do besides answering. I know what is they mind.
Ohh, my dear friends. Why do you so underestimated me. Because, I was contributor at my region! it doesn't mean I got some special treatment. Have to emphasis that I'm not like that. I fight for it...
Now or Never
I think its difficult for me to learn english now. You know, I have been learning english since elementary school, but till now, I'm not fluent in English. I use Bahasa n some other mother languages everyday.
And you know what, I'm so stressfull about tenses. In Bahasa there are no tenses. You can state an event no matter what the time setting is. You only need to add the time adverbial to explain wether it happens in the past, present or future. Oohh...its difficult for me after a long time. But I must try because now or never...
Kamis, 18 Agustus 2011
Pemimpin Plin-Plan, Rencana Buyar
Boleh jadi, Rabu (17/8) kemarin adalah hari menyebalkan buat saya. Bukan karena "dipaksa" hadir pagi-pagi untuk mengikuti upacara 17 Agustusan. Tapi ini tentang seorang pemimpin plin-plan yang membuat semua rencana menjadi buyar.
Ini bermula pada awal Juni lalu, ketika seorang pimpinan di lembaga tempat saya kursus mengatakan tidak ada libur saat lebaran. Alasannya, biasanya anak baru "diberdayakan" untuk liputan lebaran. Jadi, katanya, jangan beli tiket dahulu.
Selama beberapa bulan hingga menjelang puasa, kami pun hidup dengan ketidakpastian. Antara libur atau tidak.
Begitu juga, ketika beliau yang terhormat itu masuk ke kelas. Dan dengan seyakin-yakinnya mengatakan tidak ada libur lebaran. Alasannya, pada 25 Agustus mendatang, kursus berakhir dan kami akan dipindahkan ke redaksi.
Baiklah, dengan sepenuh hati saya terima keputusan ini. Saya pun memutar otak, terbayang wajah emak saya sendirian di rumah saat lebaran, karena abang dan adik pastinya ngelayap.
Akhirnya, saya sampaikan ide gila pada abang saya. Saya bilang, sebaiknya emak lebaran di Jakarta saja, sekalian berobat dan jalan2. Walau dengan berat hati abang saya pun mengizinkannya.
Diputuskan, emak saya berangkat pada Rabu (17/8) sore. Saya akan jemputnya di bandara usai upacara.
Nah, kesebalan saya muncul usai upacara 17 Agustusan, ketika pemimpin saya yang terhormat dengan bangganya mengatakan ada LIBUR LEBARAN!!!
Ini bermula pada awal Juni lalu, ketika seorang pimpinan di lembaga tempat saya kursus mengatakan tidak ada libur saat lebaran. Alasannya, biasanya anak baru "diberdayakan" untuk liputan lebaran. Jadi, katanya, jangan beli tiket dahulu.
Selama beberapa bulan hingga menjelang puasa, kami pun hidup dengan ketidakpastian. Antara libur atau tidak.
Begitu juga, ketika beliau yang terhormat itu masuk ke kelas. Dan dengan seyakin-yakinnya mengatakan tidak ada libur lebaran. Alasannya, pada 25 Agustus mendatang, kursus berakhir dan kami akan dipindahkan ke redaksi.
Baiklah, dengan sepenuh hati saya terima keputusan ini. Saya pun memutar otak, terbayang wajah emak saya sendirian di rumah saat lebaran, karena abang dan adik pastinya ngelayap.
Akhirnya, saya sampaikan ide gila pada abang saya. Saya bilang, sebaiknya emak lebaran di Jakarta saja, sekalian berobat dan jalan2. Walau dengan berat hati abang saya pun mengizinkannya.
Diputuskan, emak saya berangkat pada Rabu (17/8) sore. Saya akan jemputnya di bandara usai upacara.
Nah, kesebalan saya muncul usai upacara 17 Agustusan, ketika pemimpin saya yang terhormat dengan bangganya mengatakan ada LIBUR LEBARAN!!!
Selasa, 16 Agustus 2011
Sehari Bersama Pius Pope
Ada yang berbeda pada materi pelatihan Kursus Dasar Pewarta (Susdape) kali ini, Selasa . Kali ini pemateri yang dihadirkan adalah Pius Pope, pengajar pendidikan penyiaran di Lembaga Pers Dr.Soetomo (LPDS). Awalnya, saya ogah-ogahan, karena materi ini sebelumnya sudah diberikan oleh Rinto Navis pada sesi televisi.
Pius Pope datang terlambat setengah jam, dari jadwal seharusnya. Begitu datang, ia langsung otak-atik komputer. Perawakannya kecil, sebagian rambutnya mengalami penipisan. Usianya kemungkinan diatas 60-an (dia mengatakan datang ke Jakarta pada 1959 untuk kuliah).
Pius bukan orang yang suka berbasa-basi. Ia langsung ke topik dan mengajar dengan sepenuh hati. Pertama-tama disuruh mengucapkan kata AAAaaaaaa...mulai dari nada tinggi hingga rendah. Saya yang setengah mengantuk, pun mengikutinya. AAaaaa....
Dia mengatakan, untuk menjadi penyiar harus menggunakan suara rendah. Apa sebab? karena penyiar membutuhkan hubungan emosional yang sangat dekat dengan pemirsanya. Jadi tidak perlu dengan menggunakan nada tinggi. Menurutnya cukup dengan suara rendah saja.
Dalam pengucapannya pun, Pius mengatakan tidak sembarang ucap. Perlu bantuan tangan untuk mengatur tinggi rendahnya. Kata dia, tinggi rendah suara dapat diatur dengan menggunakan tangan. Semula, saya tidak percaya hal itu. Tapi setelah dipraktikan..Wow...
Coba deh, anda angkat tangan tinggi-tinggi dan kemudian menurunkannya sembari mengucapkan kata AAAAA...maka secara otomatis, tinggi rendahnya suara yang dikeluarkan pun akan mengikutinya.
I'tikaf di Istiqlal (Part II)
Seorang jamaah sedang membaca Alquran di Istiqlal/ Indriani Eriza |
Itikaf di Istiqlal/ Indriani Eriza |
Suasan i'tikaf di Istiqlal/ Indriani Eriza |
Setelah kejadian itu (baca I'tikaf di Istiqlal ), mba Tini akhirnya memutuskan pulang ke kosan. Tinggallah saya yang masih bingung hendak melanjutkan atau tidak. Akhirnya, saya bulatkan tekad untuk melakukan i'tikaf pada Sabtu malam itu.
Untuk lebih jelas, perlu kita ketahui dahulu apa arti dari i'tikaf. cekidot..
I'tikaf dalam pengertian bahasa berarti berdiam diri yakni tetap di atas sesuatu. Sedangkan dalam pengertian syari'ah agama, I'tikaf berarti berdiam diri di masjid sebagai ibadah yang disunahkan untuk dikerjakan di setiap waktu dan diutamakan pada bulan suci Ramadhan, dan lebih dikhususkan sepuluh hari terakhir untuk mengharapkan datangnya Lailatul Qadr.
Minggu, 14 Agustus 2011
I'tikaf di Istiqlal
ni dia, mba tini. teman kos saya |
"Ndri, hayu kita i'tikaf di Istiqlal," ajaknya suatu malam usai solat tarawih.
"Hayu aja..eng, tapi saya belum pernah i'tikaf mba,"jawab saya.
"Ah enggak apa-apa, saya juga belum pernah," tepis dia.
"Ok deh, saya coba. Masa' seumur hidup saya ga pernah i'tikaf," kata saya optimis.
Ia pun tersenyum bangga, bisa mengajak saya untuk i'tikaf di masjid. Sayup-sayup saya mendengar dia berkata beruntung ramadan kali ini punya teman untuk beribadah bersama.
Akhirnya, disepakati untuk melakukan i'tikaf pada Sabtu (13/8) malam. Dengan pertimbangan besoknya adalah hari libur. Jadi kalau saya mengantuk, bisa dilampiaskan dengan tidur seharian di kamar kos.
Sampailah pada malam eksekusi....
Sebelum berangkat tarawih di Istiqlal, mba Tini mewanti-wanti minta agar usai solat pulang dulu ke kamar kos untuk mengambil bekal untuk sahur. Dengan perasaan ragu-ragu saya menyanggupinya. Takut ga ada perempuan yang i'tikaf lah, hingga takut kedingginan tidur di masjid. Saya menguatkan hati, sambil berkata ini cobaan dalam beribadah.
Jumat, 12 Agustus 2011
Shoot sana, shoot sini
Saya dan Ewit |
Behind The Scene “Perang Harga Jelang Lebaran”
Pada mulanya saya menganggap membuat video merupakan hal yang sepele. Setelah dijalani, huufff, bukan perkara yang muda ternyata.
Saya dan rekan kerja, Ewit, terpaksa berkali-kali mengambil gambar. Buat kami ini merupakan kepahitan dunia kedua puluh sembilan.
Bayangkan sodara, sodara. Di saat kami puasa dan cuaca terik, berulang kali ambil gambar. Kalau tak saya, ya si ewit yang bolak balik LPJA- Pasar Baru buat ambil gambar.
Ada-ada aja kesalahannya sodara. Mulai gambar yang goyang, kurang lah hingga tak bisa dipakai.
Dan lebih parah lagi, ketika voice over, gambar tak bisa dipakai karena banyak gangguan pada suaranya.
Dan dengan susah payah pula, gambar yang sudah disusun dirombak ulang. Mencari gambar lain yang pantas. Pfyuh…Memang lah.
Kadang saya berpikir, kalau ini adalah cobaan ketika puasa.
Letih memang, tapi secara keseluruhan saya banyak mendapatkan pelajaran. Betapa pentingnya perencanaan dalam suatu liputan.
Memang sebelumnya, saya kurang perencanaan. Hari sebelumnya saya sakit dan komunikasi hanya dilakukan m
Rabu, 10 Agustus 2011
Hanna Tajima Wannabe
Hanna Tajima Simpson...ya nama itu akhir-akhir ini akrab di telinga saya. Bermula dari sahabat saya Ida Nurcahyani yang menyarankan agar saya mengubah penampilan dalam mengenakan jilbab yang terlalu monoton. Well, saya memang hanya bisa memodifikasi kan jilbab. Lalu, dia kemudian menunjukkan video tutorial menggunakan jilbab seperti Hanna Tajima...
Begitu melihatnya...wow, hanya kata itu yang terucap oleh saya. Keren... caranya berjilbab yang menarik menginspirasi saya.
Saya penasaran dan kemudian gugling tentang si Hanna Tajima ini. Nih dia artikelnya :
Begitu melihatnya...wow, hanya kata itu yang terucap oleh saya. Keren... caranya berjilbab yang menarik menginspirasi saya.
Saya penasaran dan kemudian gugling tentang si Hanna Tajima ini. Nih dia artikelnya :
Hana Tajima Simpson, siapa fashionista Inggris yang tak mengenalnya? Lama bergelut dengan dunia mode, ia kini menekuni lini busana Muslimah trendy namun tetap syar'i, dengan label Maysaa.
Busana-busana rancangannya kerap diulas majalah mode negeri itu. Bahkan, majalah sekelas Vogue pun pernah memajang kreasinya.
Ciri rancangan Hana adalah simpel, mengikuti tren, dan tentu saja, tetap syar'i. Rancangannya jauh dari kesan bahwa busana Muslimah itu harus kedodoran, padanan warnanya norak, dan tak rapi.
"Menjadi Muslimah di negara barat dapat sedikit enakutkan. Anda tahu, busana juga bisa menciptakan sesuatu yang akan membantu Muslimah di mana-mana terus termotivasi untuk tetap mengenakan hijab namun juga "diterima" karena pakaian mereka," ujarnya.
Hana belajar dari pengalamannya. Ia menjadi mualaf lima tahun lalu. Sejak bersyahadat, ia memutuskan untuk berbusana Muslimah. "Seluruh pakaian masa lalu, saya wariskan pada adik perempuan saya," ujarnya.
Ia memadupadan sendiri penampilannya. Hingga akhirnya ia sadar, harus berbuat sesuatu untuk "mendandani" Muslimah. Maka ia merintis blog fashion, sebelum akhirnya membuat majalah mode dan lini produk sendiri, Maysaa.
***
Indonesia = Jakarta
Saya bisa memahami bagaimana perasaan masyarakat Papua akan Pemerintah Indonesia. Yah, pemerintah yang berpusat di Jakarta itu.
Siapa yang tak miris hatinya melihat kekayaan alam yang dimiliki mereka diangkut ke pusat dan hanya dinikmati segelintir orang. Sementara mereka hidup dalam kemiskinan.
Bagaimana gunung yang dianggap ibu bagi mereka, diratakan dengan tanah. Belum lagi dengan kekayaan alam lainnya.
Sementara mereka hidup dalam kemiskinan, pendidikan yang terlupakan maupun bergelut dengan AIDS, yang dicap sebagian orang sebagai cara untuk memusnahkan orang Papua.
Saya juga memahami keinginan mereka untuk melawan? Tapi apa daya, mereka dianggap separatis yang menginginkan kemerdekaan. Padahal mereka adalah orang-orang yang bermental pejuang.
Saat ini saja, belasan ribu tentara diterjunkan ke Papua. Tentu saja dengan alasan memberantas separatisme.
Pemerintah daerah dibujuk rayu dengan diberikannya otsus. Jatah 30 persen dari kekayaan alam mereka itu akhirnya masuk ke kantong-kantong pejabat yang korup.
Kejadian seperti ini tak hanya terjadi di Papua. Hampir terjadi di seluruh Indonesia, khususnya yang kaya akan sumber daya alam.
Saya masih ingat, ketika menemani teman dari Aceh berkunjung ke Monas tiga tahun lalu. Dengan nanar, ia menatap emas yang ada di puncak bangunan itu.
"Itu, asal kamu tahu itu kepunyaan orang Aceh," kata dia.Aceh, yah Aceh. Sepanjang hayatnya, orang Aceh berjuang untuk kemerdekaan republik ini. Tapi begitu merdeka, dengan seenaknya semua kekayaan alam dikeruk dan dibawa ke Jakarta.
Orang Aceh bermental pejuang, mereka tak pernah rela membiarkan hal itu. Hingga kemudian tercetus Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sebagai bentuk kekecewaan terhadap Indonesia.
Tapi lagi-lagi, pemerintah Indonesia nan cerdas itu menanggapinya dengan operasi militer.
Minggu, 31 Juli 2011
Makhluk Angkuh Bernama Manusia
Pujangga angkatan '45, Chairil Anwar, dalam sajaknya berjudul Aku mengatakan keinginannya untuk hidup seribu tahun lagi.
Namun apa daya, pada usia 26 tahun 10 bulan, ia meninggal dunia karena penyakit TBC. Tepatnya pada tanggal 26 April 1946.
Apakah anda pernah menonton film The Island? Sebuah film besutan sutradara Michael Bay yang dirilis pada Juli 2005.
Film ini menceritakan tentang Lincoln Six Echo (Ewan McGregor) yang hidup di sebuah senyawa yang sangat ketat peraturannya. Pengawasan dilakukan pada semua aspek, kalori yang masuk, pakaian yang digunakan, aktivitas hingga hubungan sosial.
Saat itu, kondisi bumi terkontaminasi patogen yang mematikan. Dan satu-satunya tempat yang tidak terkontaminasi adalah Pulau. Semua penduduk sangat menginginkan pergi ke Pulau. Untuk mendapatkan itu, harus memenangkan lotre.
Namun apa daya, pada usia 26 tahun 10 bulan, ia meninggal dunia karena penyakit TBC. Tepatnya pada tanggal 26 April 1946.
Apakah anda pernah menonton film The Island? Sebuah film besutan sutradara Michael Bay yang dirilis pada Juli 2005.
Film ini menceritakan tentang Lincoln Six Echo (Ewan McGregor) yang hidup di sebuah senyawa yang sangat ketat peraturannya. Pengawasan dilakukan pada semua aspek, kalori yang masuk, pakaian yang digunakan, aktivitas hingga hubungan sosial.
Saat itu, kondisi bumi terkontaminasi patogen yang mematikan. Dan satu-satunya tempat yang tidak terkontaminasi adalah Pulau. Semua penduduk sangat menginginkan pergi ke Pulau. Untuk mendapatkan itu, harus memenangkan lotre.
Balimau Kasai atau Petang Megang
Mumpung besok mau puasa, saya posting artikel lama. Judul aslinya Balimau Kasai yang mulai kehilangan makna. Tradisi ini biasa dilakukan di sebagian besar wilayah Riau. Namun namanya berbeda-beda yakni Balimau Kasai ataupun Petang Megang...
Balimau Kasai bagi masyarakat Riau mempunyai makna yang mendalam yakni bersuci sehari sebelum Ramadhan. Biasanya dilakukan ketika petang sebelum Ramadhan berlangsung. Tua-muda turun ke sungai dan mandi bersama.
Balimau artinya membasuh diri dengan ramuan rebusan limau purut atau limau nipis. Sedangkan kasai yang bermakna lulur dalam bahasa Melayu adalah bahan alami seperti beras, kunyit, daun pandan dan bunga bungaan yang membuat wangi tubuh.
Tradisi ini, berlangsung sejak turun menurun di kalangan Melayu Riau. Tradisi dilakukan hampir di seluruh kabupaten/kota yang ada, dengan nama berbeda satu sama lain. Contohnya saja Balimau Kasai lebih dikenal oleh masyarakat Kabupaten Kampar dan Kuantan Singingi. Di Pekanbaru, tradisi ini dinamakan Petang Megang sedangkan di Indragiri Hulu cukup dengan nama Balimau saja.
Jumat, 29 Juli 2011
The Script Episode II
Setelah kejadian memalukan di kelas itu (baca The Script), saya terus berlatih agar bisa tampil maksimal depan kamera. Lebih-lebih teman kursus, bung Panji Pratama dengan lantang mengatakan bukan saya tidak berbakat jadi presenter, hanya kurang latihan saja.
Semangat saya pun semakin menjadi-jadi. Bergelora, melebihi abege yang tengah jatuh cinta. Layaknya motivator Mario Kempes (eh Mario Teguh), saya pun memotivasi diri saya sendiri. Saya harus bisa...harus bisa...bisa harus...
Siang malam saya latihan. Dimanapun, kapanpun dan dalam kesempatan apapun. Apalagi, sejak tahu kamera saya bisa merekam video. Semakin bergelora semangat di dada.
Semangat saya pun semakin menjadi-jadi. Bergelora, melebihi abege yang tengah jatuh cinta. Layaknya motivator Mario Kempes (eh Mario Teguh), saya pun memotivasi diri saya sendiri. Saya harus bisa...harus bisa...bisa harus...
Siang malam saya latihan. Dimanapun, kapanpun dan dalam kesempatan apapun. Apalagi, sejak tahu kamera saya bisa merekam video. Semakin bergelora semangat di dada.
Senin, 25 Juli 2011
Ternyata Saya Ga Berbakat Jadi Presenter...
Sejujurnya saya harus katakan saya tidak berbakat menjadi presenter apalagi presenter televisi. Gestur, suara cempreng dan tampang saya yang pas-pasan tidak memungkinkan untuk itu.
Sejak sepekan yang lalu, materi kelas diisi oleh orang-orang dari dunia pertelevisian. Ada Ninok Haryani, Eko alias Yulika Satria Daya, Rinto A Navis, Gleen, Freedy and many more.
Senin (25/7) siang tadi, adalah untuk pertama kalinya saya sadar, saya tidak berbakat jadi presenter.
Ceritanya begini, kak Rinto, meminta maju kedepan dan stand up. Waduh...buat saya ini merupakan tragedi dunia kesepuluh.
Bayangkan, berakting di depan kamera. Ditonton puluhan pasang mata yang siap-siap ketawa kalo saya salah lagi...Padahal sejujurnya saya grogian dan ga percaya diri.
Bagaimana tragedi itu bermula. Ceritanya kak Rinto yang juga pendongeng ini meminta, saya dan teman-teman menulis script. Katanya boleh apa saja.
Mendengar boleh apa saja, saya langsung girang dan menulis script. Ini scriptnya.
"PEMIRSA/ SAAT INI SAYA SEDANG BERADA DI PLANET JUPITER// PLANET JUPITER ADALAH PLANET TERBESAR DI JAGAD RAYA/ DAN KELIMA TERDEKAT DARI MATAHARI// DIMANA UNTUK PERTAMA KALINYA DALAM SEJARAH/ ASTRONOT ASAL INDONESIA MENDARAT DI SINI// BAGAIMANA LIPUTANNYA/ JANGAN KEMANA-MANA/ PEMIRSA// AWW/ RUPANYA ADA LEMARI TERBANG PEMIRSA//"
Pertama disuruh maju kedepan, percaya dirinya minta ampun. Habis tu, ngakak habis. Saya ga bisa menahan ketawa saya. Grogian pun semakin menjadi-jadi. Baru setelah empat kali pengulangan, saya bisa mengucapkannya.
Dan apa komentar kak Rinto. Katanya khayalan saya ketinggian...hehehe.
Dan saya sulit membayangkan, karena belum pernah ke Jupiter.
Akhirnya saya sadar, kalau saya tidak berbakat jadi presenter televisi.
They Talked About Me !!!!
Judul diatas bukan untuk gagahan. Tapi memang mereka berbicara tentang saya. Yang dimaksud mereka adalah rekan-rekan saya di Kursus Dasar Pewarta (Susdape) XVI.
Jadi ceritanya, Sabtu dan Ahad (23-24 Juli) kemarin, saya dan rekan-rekan mengikuti kegiatan outbond di Desa Caringin, Bogor.
Pada mulanya, saya membayangkan outbond adalah kegiatan bersenang-senang. Misalnya ada flying fox, rafting, gitar-gitaran dan lain sebagainya.
Namun semua bayangan saya itu sirna. Tau ga apa saja kegiatannya? Pelatihan cing. Bayangkan ini sama saja memindahkan kelas dari Pasar Baru ke Caringin.
Hufftthhh... tampak jelas raut kecewa di muka rekan-rekan saya. Terlebih saya. Saya pun jadi males-malesan mengikutinya.
Dengan setengah hati juga saya ikuti outbond ini. Ekspektasi saya tak sesuai dengan realita. Hmmm...kepahitan dunia rupanya.
Rabu, 20 Juli 2011
Harapan di Negeri Bedebah
Memasuki pertengahan tahun, wajah perpolitikan di negeri Lancang Kuning semakin sulit dimengerti. Kemunafikan dan kerakusan semakin terlihat.
Mulai dari keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang memerintahkan pilkada ulang kota Pekanbaru. Hingga penunjukan mantan Bupati Bengkalis, Syamsurizal, sebagai Plt wali kota Pekanbaru.
Banyak yang bersorak, tapi tak sedikit yang putus asa. Semakin apatis terhadap reformasi di negeri itu.
Keputusan MK itu menyentil sisi humanis masyarakat yang tersinggung dengan keputusan itu. Seakan suara mereka tak pernah didengar oleh lembaga konstitusi tertinggi di negeri ini. Tapi siapa yang peduli? Toh, kemenangan hanya milik penguasa.
Dengan demikian hasil keputusan KPU yang menetapkan pasangan Firdaus-Ayat dibatalkan. Pilkada diulang kembali, dengan dua pasangan Firdaus-Ayat dan Septina Primawati Rusli (yang tak lain adalah istri gubernur)- Erizal Muluk.
Selasa, 19 Juli 2011
Hai Bujad
Hai...Hai...
Perkenalkan nama saya Bujad alias Budak Jadah. Tak tau siapa yang memberi, Bujad sudah menjadi bagian hidup saya selama sepuluh tahun belakangan ini. Teman-teman sekolah memanggil saya demikian,
Perkenalkan nama saya Bujad alias Budak Jadah. Tak tau siapa yang memberi, Bujad sudah menjadi bagian hidup saya selama sepuluh tahun belakangan ini. Teman-teman sekolah memanggil saya demikian,
Sabtu, 16 Juli 2011
?????
Nenenda yang tersayang...
Apa kabar di sana? Apakah surga jauh lebih indah dari planet bumi. Layaknya fantasi yang selalu kubayangkan ketika masih kecil.
Nenenda, sejujurnya aku rindu dengan dirimu. Seperti rinduku akan masa kanak-kanak. Rindu ketika tidur dipelukanmu.
Masa itu adalah masa terindah bagiku. Aku berada dipelukanmu dan dirimu mulai mencari kutu di kepalaku.
Yah, masa itu adalah saat tersulit dalam kehidupan kita. Kepalaku dipenuhi makhluk kecil penghisap darah. Teman-temanku juga demkian. Makhluk itu melompat dari satu kepala ke kepala lainnya. Alhasil satu kelas muridnya penuh dengan kutu.
Dirimu nenenda, dengan sepenuh hati tak pernah membiarkan itu terjadi. Dengan jari rentamu, menelusuri helai demi helai rambutku. Dirimu menamakan kegiatan ini "menelisik".
Jumat, 15 Juli 2011
How to make a caption in News Photograph
Sometimes, making caption for some people is so difficult. But some photographer from Antara News Agency give me tips how to make caption. Check this out.
Caption is words that are printed underneath a picture, cartoon, etc. That explain or describe it. [Oxford University Press]
Caption is the explanatory comment or designation accompanying a pictorial illustration [Merriam-Webster]
Roland Barthes in 1977 said
"frequently, it is the caption select one out of many possible meanings from the image and anchors it with words."
Ulang-Ulang Poteh, Si Mujarab Yang Ditinggalkan
"Aku bersujud pada Allah berpedoman pada Nabi...Aku berwujud pada Allah bergantung pada Nabi."
Lantunan syair khas Melayu Riau disenandungkan tak henti-hentinya oleh seorang lelaki berpakaian hitam-hitam. Memecah kesunyian malam di Pekanbaru pada akhir Juli lalu. Bau kemenyan semerbak ke udara bercampur dengan hawa sejuk malam itu.
Mengenakan ikat kepala kuning, lelaki tersebut menutup bagian belakang tubuhnya dengan kain putih. Lelaki yang akrab disapa Bomo atau dukun besar tersebut memutar kepalanya dari ke kiri dan ke kanan. Sepuluh orang asisten yang berada di belakangnya sibuk meramuk racikan, tanda dimulainya pengobatan ala Sakai.
Lantunan syair khas Melayu Riau disenandungkan tak henti-hentinya oleh seorang lelaki berpakaian hitam-hitam. Memecah kesunyian malam di Pekanbaru pada akhir Juli lalu. Bau kemenyan semerbak ke udara bercampur dengan hawa sejuk malam itu.
Mengenakan ikat kepala kuning, lelaki tersebut menutup bagian belakang tubuhnya dengan kain putih. Lelaki yang akrab disapa Bomo atau dukun besar tersebut memutar kepalanya dari ke kiri dan ke kanan. Sepuluh orang asisten yang berada di belakangnya sibuk meramuk racikan, tanda dimulainya pengobatan ala Sakai.
Randai Kuantan Bertahan di Tengah Gempuran
Malam semakin larut ketika sayatan dawai biola memecah keheningan malam, disusul tabuhan gendang bertalu-talu, dan tiupan serunai. Gabungan tiga alat musik tersebut menghasilkan irama khas Melayu daratan.
Dua puluh lelaki yang pada mulanya duduk melingkar, beranjak berdiri dan mulai menghentakkan kaki ke bumi. Mereka berjoget bersama. Raut muka ceria dan gelak tawa menghiasi wajah mereka. Tak lama kemudian, satu per satu penonton memasuki panggung dan turut berjoget bersama.
Yah, itu merupakan salah satu bagian pembuka dari Randai Kuantan yang berasal dari Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, yang dipertontonkan di Taman Budaya Riau, Sabtu malam (27/3).
Selama ini Randai identik dengan seni tradisional Sumatra Barat, namun hal tersebut dipatahkan dengan adanya Randai Kuantan yang berasal dari Riau.
Para Pembangkang di Negeri Upeti
Suasana tenang Senin siang di sebuah rumah makan di Jalan Paus, Pekanbaru, tiba-tiba berubah gaduh oleh datangnya sekelompok petugas berpakaian lengkap.
Mengenakan seragam hijau tua, sepatu lars panjang, ditambah baret yang terpasang di kepala, satu kompi Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) masuk rumah makan itu.
Sontak para pengunjung yang sedang santap siang terkejut, termasuk Hamdan, salah seorang pelayan rumah makan tersebut.
Hati Hamdan semakin ciut ketika salah seorang petugas Satpol PP mendekatinya dan menanyakan pajak 10 persen yang belum disetor oleh majikannya
"Saya tidak tahu apa-apa mengenai pajak," kilahnya terbata-bata.
Tak berapa lama kemudian, datang Buyung, pemilik rumah makan menghampiri petugas Satpol PP tersebut. Tanpa basa-basi petugas yang ditemani pegawai Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) langsung mengulang kembali pertanyaan; mengapa tidak membayar pajak rumah makan?.
Mengenakan seragam hijau tua, sepatu lars panjang, ditambah baret yang terpasang di kepala, satu kompi Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) masuk rumah makan itu.
Sontak para pengunjung yang sedang santap siang terkejut, termasuk Hamdan, salah seorang pelayan rumah makan tersebut.
Hati Hamdan semakin ciut ketika salah seorang petugas Satpol PP mendekatinya dan menanyakan pajak 10 persen yang belum disetor oleh majikannya
"Saya tidak tahu apa-apa mengenai pajak," kilahnya terbata-bata.
Tak berapa lama kemudian, datang Buyung, pemilik rumah makan menghampiri petugas Satpol PP tersebut. Tanpa basa-basi petugas yang ditemani pegawai Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) langsung mengulang kembali pertanyaan; mengapa tidak membayar pajak rumah makan?.
Tari Melayu, Antara Tradisi Dan Eksistensi
Tari Zapin |
Rumpun Melayu kaya akan khasanah budaya. Banyak ragam tarian yang tak lepas dari nuansa Islami yang berasal dari daerah itu.
Tarian Melayu identik dengan gerak yang lemah gemulai dan sarat makna. Penari Melayu pantang membelakangi para penonton, karena itu sama saja dengan menghina. Jika pun mundur itu dengan perlahan tanpa membelakangi.
Begitu juga gerak tari Melayu, jarang yang berjingkrak atau melompat. Karena dianggap melanggar kesopanan.
Gerak tangannya pun demikian. Tak ada yang sampai memperlihatkan bagian ketiak. Dan lagi...lagi karena dianggap tidak sopan jika memperlihatkan ketiak.
Untuk pakaiannya pun menggunakan baju lengan pajang. Orang Melayu biasa menyebutnya sebagai baju kurung.
Kamis, 14 Juli 2011
Manusia Serigala
Pernah mendengar cerita fiksi anak-anak yang berjudul Si Kerudung Merah dan Manusia Serigala atau dalam bahasa aslinya Red Riding Hood. Cerita tentang si gadis kecil yang selalu mengenakan kerudung merah dan ingin mengunjungi neneknya. Begini kisahnya.
Photography Clinic, Man Behind The Gun
If your pictures aren't good enough, you're not close enough - Robert Capa
Dua pekan belakangan ini, siswa Susdape XVI memiliki semangat baru. Seperti baterei telepon seluler yang dicharge kembali.
Ada energi dan semangat baru. Setelah hampir dua bulan hanya berada di kelas yang kerjanya hanya mendengarkan dan mendengarkan.
Yah, mulai awal Juli lalu, kami belajar tentang fotografi. Instrukturnya, tak jauh-jauh. Para fotografer yang bekerja di Antara Foto.
Ada Pak Hermanus, Mas Maha Eka Swasta, Mas Prasetyo, Mas Himawan, Bang Ismar Paritzki, Mas Saptono dan Mas Andhika Wahyu.
Belajar fotografi, seakan membuat adrenalin terpacu. Penasaran akan hal-hal baru. Termotivasi untuk mendapatkan gambar-gambar unik dan bagus.
Buatku sendiri, ini sangat membantu. Punya kamera digital, tapi tidak bisa mengoperasikan (selalu saja auto). Tak mengerti apa itu diafragma, kecepatan dan iso.
Rabu, 06 Juli 2011
Ketika Harus Mengakhiri
Ratusan remaja tanggung menjejali lapangan basket Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Beragam ekspresi tergambar.
Ada yang tertawa bersama teman sejawat. Tersenyum simpul melihat lawan jenis ataupun diam, karena tak satu pun yang dikenal. Hanya ada beberapa wajah yang ku kenal seperti temanku di sekolah menengah Abdul Muis, selebihnya asing.
Hingga kemudian, lelaki bertubuh bongsor memecah suasana. Dengan suara baritonnya, ia seakan memberikan shock therapy. Apalagi dengan nada suara menekan yang membuat ciut nyali yang mendengarnya.
Ada yang tertawa bersama teman sejawat. Tersenyum simpul melihat lawan jenis ataupun diam, karena tak satu pun yang dikenal. Hanya ada beberapa wajah yang ku kenal seperti temanku di sekolah menengah Abdul Muis, selebihnya asing.
Hingga kemudian, lelaki bertubuh bongsor memecah suasana. Dengan suara baritonnya, ia seakan memberikan shock therapy. Apalagi dengan nada suara menekan yang membuat ciut nyali yang mendengarnya.
Selamat Jalan Pak Kiai
Dalam perjalanan nan membosankan akhir pekan lalu, sekilas aku membaca tentang dai sejuta umat, KH Zainuddin MZ. Berita tentang dirinya bukan menjadi fokus utama, yang utama adalah muktamar PPP. Berita itu menyebutkan mantan Ketua PPP Hamzah Haz, meminta kejadian Zainuddin MZ keluar dari PPP dan membuat partai baru tidak terulang kembali. Toh, pada akhirnya partai pimpinan sang dai itu gagal meraih 2,5 persen suara di parlemen atau parlementary treshold.
Pada Senin (4/7) pagi, saat aku berjalan melintasi pasar baru. Aku mendengar ceramah dari dai tersebut. Dipasang para pedagang yang tengah asyik menggelar dagangannya.
Pada Senin (4/7) pagi, saat aku berjalan melintasi pasar baru. Aku mendengar ceramah dari dai tersebut. Dipasang para pedagang yang tengah asyik menggelar dagangannya.
Selasa, 05 Juli 2011
Ketika Cinta Bicara
Untuk sahabatku Febryanti Sahara
Ketika Cinta Bicara
Masih setengah tak percaya, aku menyaksikan pemandangan di depanku. Sepasang kekasih yang bersanding di pelaminan. Si perempuan tampil menawan dengan mengenakan baju kebaya coklat muda. Sesekali ia tersenyum sumringah ke pengunjung yang hadir. Sedangkan pasangannya, lelaki muda tegap, memeluknya dengan penuh kehangatan. Seakan tak peduli dengan puluhan pasang mata yang menatap iri dengan adegan itu.
Aku masih tertegun, sungguh tak percaya dengan apa yang kulihat. Ketika temanku, Retno, mengajakku untuk melangkah jauh ke dalam. Dengan perlahan, aku mencoba menggerakkan kedua kakiku. Tetap saja, ada perasaan yang aku tak mengerti apa itu. Aku seperti bermimpi saja rasanya.
Ketika Cinta Bicara
Masih setengah tak percaya, aku menyaksikan pemandangan di depanku. Sepasang kekasih yang bersanding di pelaminan. Si perempuan tampil menawan dengan mengenakan baju kebaya coklat muda. Sesekali ia tersenyum sumringah ke pengunjung yang hadir. Sedangkan pasangannya, lelaki muda tegap, memeluknya dengan penuh kehangatan. Seakan tak peduli dengan puluhan pasang mata yang menatap iri dengan adegan itu.
Aku masih tertegun, sungguh tak percaya dengan apa yang kulihat. Ketika temanku, Retno, mengajakku untuk melangkah jauh ke dalam. Dengan perlahan, aku mencoba menggerakkan kedua kakiku. Tetap saja, ada perasaan yang aku tak mengerti apa itu. Aku seperti bermimpi saja rasanya.
Senin, 20 Juni 2011
Lelaki dan Libido
Apa yang paling sulit untuk ditaklukkan di dunia ini? Bukan sebuah kerajaan melainkan hawa nafsu akan dunia. Buat para lelaki adalah gairahnya akan perempuan.
Hampir beberapa tahun terakhir, pemberitaan media banyak menyorot tentang lemahnya laki-laki akan godaan perempuan. Perempuan yang kemudian memporak-porandakan karir, perempuan yang membuat Antasari Azhar terjungkal dari kursi ketua KPK dan menghuni penjara.
Sebut saja skandal seks yang menyeret pegolf dunia Tiger Woods yang menyedot perhatian dunia pada tahun lalu.
Tak hanya terjebak dengan satu perempuan saja, Tiger Woods tidur dengan puluhan perempuan. Tentu saja hal ini membuat istrinya Elin Nordegren frustasi dan ingin bunuh diri, sebelum akhirnya memutuskan untuk bercerai.
Langganan:
Postingan (Atom)