Musik adalah bahasa universal. Dengan kata lain dengan menggunakan musik maka setiap insan dari latar belakang yang berbeda sekalipun bisa menerimanya. Maka tak heran, musik kerap dijadikan sarana untuk menyampaikan pesan perdamaian.
Seperti yang terjadi pada konser paduan suara asal Jerman, Fabulous Fridays di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta Selatan, Jumat (4/11) malam. Ratusan penonton yang menghadiri konser itu terpukau oleh penampilan paduan suara yang beranggotakan mahasiswa Universitas Seni Berlin (UdK) tersebut.
Pandangan penonton seakan tak jemu melihat ke arah panggung. Dimana terdapat sekitar 20 mahasiswa yang dipandu Michael Betzner Brandt memberikan suguhan terbaiknya. Tanpa bantuan satu pun alat musik, mereka membawakannya secara akapela.
Melalui suara bening keluar dari mulut mulut, Fabulous Friday mampu menyemangati para pendengarnya. Mereka tak sekedar bernyanyi, tetapi juga memberi nilai tambah dengan koreografi nan apik. Ini terbukti mampu menahan penonton untuk berlama meskipun tak mengerti dengan lirik lagu yang dibawakan.
Usai membawakan lagu, baru kemudian salah seorang diantaranya dan menjelaskan tentang lagu yang dibawakan. Ada lagu tentang kehidupan muda-mudi di Jerman, ada juga tentang cinta dan perdamaian.
Tak jarang juga, mereka menyanyikan lagu yang tidak direncanakan sebelumnya, yang menuntut kemampuan improvisasi di atas panggung. Misalnya saja ketika pemandu Michael Betzner Brandt mengatakan jika mereka kerap melakukan improvisasi salah satu diantaranya dengan menggunakan kalimat "Selamat Datang".
Seluruh anggota paduan suara langsung ambil bagian dan mengeluarkan seluruh kemampuannya. Wow, hasilnya sungguh mengagumkan. Setidaknya itu yang diucapkan salah seorang penonton yang hadir dalam konser itu.
"Wow, paduan suara ini sangat mengagumkan. Suara mereka yang bening ditambah dengan membawakannya tanpa beban membuat paduan suara ini berbeda dari yang lainnya. Ini merupakan pengalaman yang luar biasa," kata salah seorang penonton Didas, kepada ANTARA.
Didas mengaku terpukau dengan penampilan paduan suara itu. Terutama pada saat melakukan improvisasi dadakan di atas panggung.
"Contoh saja ketika membawakan kalimat "selamat datang" dengan berbagai jenis aliran musik. Walaupun nuansa Berlin sangat kental, tapi secara keseluruhan kaya akan musik," kata Didas.
Dia mengaku terhibur dengan konser itu, karena menurutnya bisa menambah wawasannya akan musik dan berharap konser seperti ini dapat rutin diadakan di Jakarta.
Fabulous Friday adalah paduan suara yang beranggotakan mahasiswa-mahasiswa Udk. Setiap semesternya, 30 sampai 70 mahasiswa dari semua jurusan di Udk, Berlin, berkumpul dan bermusik bersama. Repertoar mereka meliputi musik jazz, pop dan gospel. Selain membawakan karya-karya yang sudah ada, mereka menggubah komposisi sendiri dengan lirik dalam Bahasa Jerman, bahkan sebagian menghadirkan nuansa lokal Berlin.
Kualitas tingggi dari para penyanyi muda dan pendidikan musik yang baik, ditambah latar belakang yang beraneka ragam membuat paduan suara ini mampu menyajikan repertoar "crossover" yang cangih, yang mampu melintasi batas antara jazz dan musik klasik.
Sementara itu Michael Betzner Brandt mengatakan paduan suara memang menampilkan sesuatu yang berbeda yakni perpaduan komposi baru antara jazz dan pop ditambah dengan koreografi.
"Kadang kami juga tampil dengan improvisasi ketika berada di atas panggung," ujar Michael.
Michael menambahkan yang membuat perbedaan lainnya, adalah mereka membawakan musik tanpa satupun bantuan instrumen dan melakukannya dengan ceria. Paduan suara ini tak hanya tampil di Jakarta, tetapi juga diundang ke negara lain seperti China.
Untuk Indonesia sendiri, lanjut Michael, dia mengaku kagum dengan penonton yang sangat menghargai dan mampu berkomunikasi dengan para penyanyi. Menurutnya, berbeda sekali dengan penonton di Jerman sendiri yang sulit untuk berkomunikasi.
"Rencananya minggu depan kami akan tampil di Yogyakarta," jelas Michael.
Di Yogyakarta, mereka tak hanya tampil tetapi juga saling berbagi ilmu antara kedua belah pihak. Dia menilai Indonesia juga kaya akan musik tradisional, oleh sebab itu mereka akan belajar banyak di Yogyakarta.
Jerin
Asisten Program Budaya Goethe Institut, Diniyah Latuconsina mengatakan konser ini diadakan untuk memperingati 60 tahun hubungan Jerman dan Indonesia, yang menggelar serangkaian acara salah satunya adalah pergelaran konser ini.
"Konser ini diadakan di tiga kota yakni Bandung, Jakarta dan Yogyakarta. Konser ini memberikan nuansa yang baru bagi paduan suara, tidak seperti paduan suara yang kaku," jelas Diniyah.
Diniyah mengharapkan dengan adanya konser ini dapat memberikan edukasi bagi masyarakat Indonesia, khususnya dalam bidang pertukaran budaya.
Berbagai acara digelar mulai Oktober hingga Februari 2012 untuk memperingati hubungan diplomatik kedua negara itu. Tidak hanya berbicara tentang ekonomi dan politik saja, namun juga ada acara kebudayaan, pameran ilmu pengetahuan, dan kerja sama pembangunan Indonesia dan Jerman.
Duta Besar Jerman untuk Indonesia, Nobert Baas, mengatakan kemitraan Indonesia dan Jerman sama-sama mempunyai banyak nilai penting.
"Banyak alasan mengapa Jerman dan Indonesia harus melihat ke masa depan dan mengidentifikasi bidang mana yang dapat dilakukan agar kerjasama bilateral kedua negara semakin erat," kata Nobert.
Dubes mengatakan dia juga mengajak perusahaan Jerman untuk melihat peluang investasi yang ada di Tanah Air. Untuk bidang budaya, dia mengaku jika pelaku seni budaya di Jerman penasaran untuk menjelajahi panorama kebudayaan di Indonesia.
Nobert juga menambahkan acara yang digelar ini mempunyai karakter yang unik karena Indonesia akan tampil bersama dengan mitra Jerman, mencangkup bidang kerja sama pembangunan, budaya, ilmu pengetahuan, maupun pendidikan.
(T.SDP-13/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar