Setelah menuding negara-negara Barat berada di balik sekulerisme negara-negara Muslim, mantan pemain kriket Pakistan yang beralih profesi menjadi politikus, Imran Khan, membantah jika dia seorang yang anti-Barat.
Tokoh yang berusia 59 tahun itu bahkan mempunyai visi mewujudkan masyarakat Muslim yang sejahtera seperti masyarakat di negara-negara Skandinavia.
Imran Khan, yang berhasil menarik simpati ribuan pengikutnya dalam beberapa bulan terakhir --setelah bertahun-tahun terjun ke dunia politik, menegaskan kritiknya yang terus-menerus terhadap kampanye Amerika Serikat melawan gerakan Islam fanatik. Sama seperti yang disampaikan oleh dia di hadapan khalayak dalam forum di Ibu Kota Amerika Serikat, Washington.
Namun, dia menolak pemahaman yang mengatakan pandangan tersebut anti-Barat. Imran Khan adalah lulusan Oxford dan pernah menikah dengan anak milyarder yang juga seorang penulis, Jemima Khan.
Imran Khan mengatakan dia adalah satu dari sedikit politikus Pakistan yang menghabiskan waktunya di Barat.
"Menjadi anti terhadap Barat sama sekali tidak masuk akal. Barat adalah geografi. Bagaimana anda bisa menjadi anti geografi?" jelas Khan kepada lembaga kebijakan publik, Atlantic Council, melalui penyedia saluran internet video Skype.
"Dan menjadi anti-Amerika. Bagaimana anda bisa mengatakan anti seluruh negara, saat begitu banyaknya terdapat pandangan," tambah dia.
Imran dengan tegas mengatakan bahwa dia anti terhadap perang Amerika melawan teror. Dia mengatakan itu merupakan perang yang gila.
Selama satu dasawarsa Pakistan enggan mendukung operasi melawan Al Qaeda di Afghanistan, Imran Khan mengatakan bahwa negaranya jauh lebih radikal dan miliaran dolar telah dihambur-hamburkan untuk perang itu.
"Saya tidak pernah memahami apa yang mereka ingin capai. Saya masih tidak mengetahui apa itu kemenangan dalam perang melawan teror," ujar dia.
Tapi Imran Khan --yang pernah disebut pemerintah militer Pervez Musharaf sebagai Taliban tanpa jenggot-- mengatakan bahwa dia harus "mengungkapkan" idenya mengenai masyarakat Muslim kepada dunia Barat.
"Jika anda menanyakan kepada saya hari ini, apa yang mendekati ideal? Saya akan menjawabnya, yang paling ideal adalah negara-negara Skandinavia," kata Imran Khan.
Imran memuji penduduk negara-negara itu karena lebih manusiawi dengan adanya aturan hukum, satu masyarakat yang mengurus kelemahannya dan kekurangannya.
Masyarakat seperti itu, kata Imran, bertolak-belakang dengan Pakistan, tempat orang miskin mensubsidi orang kaya, sementara penjara banyak dihuni oleh orang miskin.
Imran berhasil menarik lebih dari 100.000 orang untuk turun ke jalan, melakukan aksi unjuk rasa di Pakistan, Desember lalu. Dalam unjuk rasa itu dia berjanji untuk melakukan "tsunami kebenaran" melawan ketidakadilan dan korupsi.
Popularitas Imran Khan meningkat di seluruh Pakistan melalui kampanyenya mengatasi sejumlah masalah seperti kekurangan listrik dan gas, lemahnya ekonomi, bahaya banjir, gesekan antara pemimpin sipil dan militer serta ketegangan dengan Washington.
Imran Khan memanfaatkan gelombang ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintah Presiden Asif Ali Zardari, yang berkuasa melalui Partai Rakyat Pakistan (PPP). Zardari sekarang menghadapi tantangan dari militer, Mahkamah Agung dan lawan-lawan politiknya yang tidak puas dengan kekuasaannya.
Imran Khan dengan Pakistan Tehreek-i-Insaaf (PTI), atau Gerakan Pakistan untuk Keadilan, diperkirakan memiliki massa lebih dari 500.000.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar