Saya tak punya (lagi) alasan kuat untuk tetap bertahan di perusahaan tempat saya bernaung saat ini, selain bertahan atas nama uang. Bertahan agar tetap bisa melanjutkan pendidikan. Kembali ke tujuan awal, ketika saya mulai bekerja.
Media massa merupakan dunia yang dinamis dan juga kejam. Setidaknya, saya menyimpulkan hal itu setelah beberapa kali bekerja di tempat berbeda. Dinamis karena terus mengikuti perkembangan zaman, tetapi juga tempat dimana fitnah selalu bertebaran tanpa peduli siapa yang akan dituju.
Sikut-menyikut adalah hal yang lumrah. Sesuatu yang menjadi hak seseorang, bisa saja diambil oleh kawan lain dengan dalih senioritas. Tidak yang ada yang lebih tabah selain kesabaran itu sendiri.
Ini dunia yang penuh dengan kecurigaan. Selalu menyelidik, apa yang dikerjakan orang lain. Skeptis terhadap apa yang disampaikan dan penuh jilatan bagi tisu toilet.
Tak ada penghargaan atas apa-apa yang dilakukan, yang ada hanya caci-maki. Kemarau setahun hilang karena hujan sehari. Semua prestasi tak berarti, fakir terhadap motivasi.
Ketika, yang lain sudah terbang jauh menjajah belahan dunia lain, saya masih terpaku di balik layar komputer. Sibuk ke sana-ke mari, berpanas-panas serta bermacet-macetan menuntaskan liputan. Hari libur pun, harus terus dibayangi pekerjaan. Minta cuti seperti minta tambahan gaji, sulit. Tapi adakah dianggap? Tidak sama sekali.
Sekali lagi, tak ada kebaikan yang tampak, semua yang terlihat hanya kesalahan. Fitnah menjadi makanan sehari-hari. Saya merasa tak kuat lagi, mungkin setelah ikatan dinas dan pendidikan selesai saya mungkin saja harus melirik ke yang lain. Maafkan saya.
Media massa merupakan dunia yang dinamis dan juga kejam. Setidaknya, saya menyimpulkan hal itu setelah beberapa kali bekerja di tempat berbeda. Dinamis karena terus mengikuti perkembangan zaman, tetapi juga tempat dimana fitnah selalu bertebaran tanpa peduli siapa yang akan dituju.
Sikut-menyikut adalah hal yang lumrah. Sesuatu yang menjadi hak seseorang, bisa saja diambil oleh kawan lain dengan dalih senioritas. Tidak yang ada yang lebih tabah selain kesabaran itu sendiri.
Ini dunia yang penuh dengan kecurigaan. Selalu menyelidik, apa yang dikerjakan orang lain. Skeptis terhadap apa yang disampaikan dan penuh jilatan bagi tisu toilet.
Tak ada penghargaan atas apa-apa yang dilakukan, yang ada hanya caci-maki. Kemarau setahun hilang karena hujan sehari. Semua prestasi tak berarti, fakir terhadap motivasi.
Ketika, yang lain sudah terbang jauh menjajah belahan dunia lain, saya masih terpaku di balik layar komputer. Sibuk ke sana-ke mari, berpanas-panas serta bermacet-macetan menuntaskan liputan. Hari libur pun, harus terus dibayangi pekerjaan. Minta cuti seperti minta tambahan gaji, sulit. Tapi adakah dianggap? Tidak sama sekali.
Sekali lagi, tak ada kebaikan yang tampak, semua yang terlihat hanya kesalahan. Fitnah menjadi makanan sehari-hari. Saya merasa tak kuat lagi, mungkin setelah ikatan dinas dan pendidikan selesai saya mungkin saja harus melirik ke yang lain. Maafkan saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar