Apa yang terbesit di benak anda ketika menyebut kata Kanada? Sebuah negara dengan bendera yang tepat di bagian tengahnya ada daun mapel, Blackbery dan Justin Bieber.
Dua hal yang disebutkan terakhir memang tak bisa dipisahkan dari negara yang terletak di utara benua Amerika itu. Perangkat telepon cerdas atau "smartphone" Blackberry dan penyanyi remaja multi talenta Justin Bieber berhasil mengangkat nama Kanada ke seluruh dunia.
Begitu juga di tanah air, jumlah pengguna Blackberry merupakan yang terbesar di Asia dengan angka lima juta pengguna hingga akhir tahun lalu. Tak hanya menggemari produknya, penduduk Indonesia pun mengagumi Justin Bieber. Terbukti konsernya pada April 2011 dihadiri ribuan penggemarnya.
Tapi tahukah anda hubungan diplomatik Indonesia dengan Kanada sudah dirintis jauh sebelum era Blackberry dan Justin Bieber? Yah, hubungan diplomatik Indonesia-Kanada sudah berjalan sejak 60 tahun yang lalu.
Dalam situs resmi Kanada, disebutkan hubungan antara kedua negara dimulai 1949 dan diresmikan sebagai hubungan diplomatik pada 1953. Sejak dibukanya hubungan diplomatik, berbagai kerja sama di berbagai bidang dilakukan baik politik, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, penegakan hak asasi manusia hingga kebebasan beragama.
Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa, dalam acara peringatan hubungan diplomatik di kediaman Dubes Kanada untuk Indonesia, Mackenzie Clugston, di Jakarta, mengatakan sejak adanya hubungan diplomatik, hubungan kedua negara mengalami kemajuan yang signifikan.
"Indonesia-Kanada, sering bekerja sama di berbagai forum internasional seperti G20, ASEAN maupun forum dialog lainnya.Ke depan, kami akan terus meningkatkan hubungan kedua negara,” kata Marty.
Persentase perdagangan Indonesia-Kanada, lanjut Marty, saat ini mencapai 65 persen dengan nilai total perdagangan antara kedua negara mencapai Rp25,625 triliun. Dengan produk ekspor utama Indonesia ke Kanada yakni karet alam, produk kertas, kamera, peralatan rekam video, sepatu olahraga, pakaian dalam wanita, ban mobil, furnitur dari kayu, dan lainnya. Sementara impor dari Kanada ini antara lain didominasi oleh potassium chloride, gandum, bahan kimia untuk industri kertas, pakan ternak, gas turbines, asbes, suku cadang pesawat terbang dan peralatan pertambangan.
Di Tanah Air juga banyak perusahaan Kanada yang telah membuka usahanya di Indonesia dan mempekerjakan puluhan ribu karyawan Indonesia.
"Perusahaan asal Kanada yang berada di Indonesia tidak hanya sekedar investasi tetapi juga membangun masyarakat sekitar," tambah Marty.
Dalam kegiatan pengentasan kemiskinan, Kanada menjadi mitra pembangunan Indonesia sejak 1954 melalui Canadian International Development Agency (CIDA). Melalui berbagai proyek air bersih dan sanitas, Kanada membantu lebih dari 350.000 orang mendapatkan akses air bersih dan sekitar 60.000 orang bisa menikmati fasilitas sanitasi.
Saat bencana tsunami melanda Aceh pada 2004, warga Kanada berhasil mengumpulkan lebih dari 213 juta dollar untuk mendukung usaha pertolongan dan rekonstruksi di Indonesia dan negara-negara lain yang terkena dampaknya.
Tak heran, Marty menyebut hubungan kedua negara tak hanya sebatas teman melainkan sebagai sahabat dalam usahanya menjaga perdamaian dunia.
"Kanada tidak hanya menjadi teman tetapi juga penjaga perdamaian bagi dunia," ujar Marty.
Ungkapan Marty itu dilontarkan mengingat pasukan Indonesia dan Kanada bersama-sama tergabung dalam pasukan penjaga perdamaian PBB.
SEMAKIN DIPERERAT
Dubes Kanada untuk Indonesia, Mackenzie Clugston, mengatakan 60 tahun merupakan waktu yang singkat untuk sebuah hubungan.
“Kanada menjadi hubungan dengan Indonesia sejak merdeka. Tentunya banyak aktivitas yang dilakukan kedua negara secara bersama. Kami berharap hubungan ini akan semakin kuat di segala bidang,” kata Mackenzie.
Bahkan pada Juli 2004, Indonesia menganugerahkan pernghargaan tertinggi untuk warga sipil secara anumerta kepada warga negara Kanada, Jenderal Andrew George McNaughton, atas jasa-jasanya terhadap kemerdekaan Indonesia semasa beliau menjabat sebagai Duta Besar Kanada untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1947-1949.
Kanada jua, kata Mackenzie, yang menjadi negara pertama yang memulai dialog formal bilateral Hak Asasi Manusia (HAM) dengan Indonesia pada era 1990-an. Kanada bermitra dnegan kelompok masyarakat madani dalam memberikan pelatihan, kuliah tamu, seminar, dan konferensi dalam isu-isu yang dianggap penting bagi kedua negara termasuk hak asasi manusia, multikulturalisme dan globalisasi.
Meski demikian, Mackenzie tak menampik, hubungan yang hangat antara kedua negara beberapa tahun terakhir justru disebabkan semakin populernya produk telepon cerda BlackBerry dan Justin Bieber.
"Kami berharap pada masa yang akan datang hubungan kedua negara semakin dipererat dalam segala bidang," tambah Dubes yang menjabat di Indonesia hampir tiga tahun itu.
Dalam waktu dekat, Kanada juga mempunyai proyek ekonomi berkelanjutan di Makassar, Sulawesi Selatan. Kemudian kerja sama militer, terkait keinginan Angkatan Udara Kanada yang ingin memperluas kerja sama kedirgantaraan, khususnya industri kedirgantaraan militer dan sipil.
Mackenzie juga menambahkan, produsen Blackberry, Research In Motion (RIM), juga telah menyusun rencana bisnis baru untuk dikembangkan di Indonesia. Sebelumnya, RIM telah memenuhi tiga dari empat syarat yang diajukan Indonesia untuk melanjutkan operasinya di sini. Persyaratan itu adalah membangun pusat layanan purna-jual, memfasilitasi penyadapan sesuai hukum yang berlaku di Indonesia, dan memblokir konten negatif seperti pornografi.
Namun RIM belum memenuhi syarat membangun Regional Network Aggregator di Indonesia. RIM malah membangun router di Singapura.
"Saya bukan orang bisnis, dan saya tidak tahu pasti apa alasan RIM membangun itu di Singapura. Tapi berdasarkan info yang saya peroleh, RIM sudah mempunyai rencana baru yang diharapkan membawa dampak positif bagi hubungan kedua negara" harap Mackenzie.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar