Adakah kesedihan melebihi saat ini? Saya kira tidak. Ini lebih sedih dari air mata yang jatuh ke dalam.
Ketika semua usaha tak dianggap, di situ kadang saya harus menyerah. Saya harus katakan saya menyerah.
Saya tak akan berupaya lagi untuk mendekatkan diri saya dengan keluarga dari pihak ibu. Tak akan pernah bisa. Keluarga yang tumbuh bersama kebencian yang disemai di setiap insan. Saya lelah.
Saya tak pernah dianggap ada. Semua usaha saya selalu dinilai salah. Semua pengorbanan saya dianggap sia-sia. Uang habis, badan lelah yang ada hanya caci maki.
Saya tak pernah dianggap ada. Saya bukanlah bagian dari keluarga mereka. Meskipun pertalian darah mengikat kami. Tapi saya tak pernah dianggap.
Saya ingat, dulu pertama kali bertemu dengan etek nen yang di Padang, dia tak pernah menanyakan kabar saya. Tidak datang ke pesta pernikahan saya. Tidak pernah melihat anak saya, padahal saat itu hanya berjarak puluhan kilometer saja dari saya.
Kemarin, ketika pernikahan adik saya. Saya salah, saya datang terlambat. Hingga kebencian tampak di wajah mereka. Sudahlah, saya lelah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar